Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Percayalah pada Rencana Tuhan, Meski Waktu-Nya Tampak Tidak Masuk Akal




Bacaan Hari ini:
Lukas 1:20 “Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya."

Anda tentu tahu tentang tiga orang majus, tetapi dalam kisah Natal juga ada tiga wanita bijak: Elisabet, Maria, dan Hanna.

Mereka bertiga berada dalam tiga fase kehidupan berbeda. Satu menikah, satu lajang, dan satu lagi janda. Dan masing-masing membuat keputusan bijak yang bisa Anda pelajari.

Keputusan mereka adalah keputusan sama yang kita semua harus ambil: percaya pada rencana Tuhan ketimbang menjadi kepahitan; percaya pada Firman Tuhan ketimbang pada kekhawatiran; dan fokus pada hadirat Tuhan, bukan pada kekecewaan.

Pada beberapa renungan berikutnya, Anda akan mengenal para wanita ini dan mempelajari tentang keputusan yang mereka buat berdasarkan iman.

Hari ini, kita belajar tentang Elisabet. Kisahnya memperlihatkan bagaimana Tuhan bekerja melalui kekecewaan dan sakit hati meskipun kita tidak bisa langsung melihat bagaimana Ia tengah bekerja di dalam hidup kita.

Alkitab mengatakan Elisabet dan suaminya, Zakharia, ialah orang-orang yang beriman dan saleh. Tetapi mereka berkecil hati karena anak yang mereka dambakan tidak kunjung hadir.

Selama bertahun-tahun Elisabet mendoakan hadirnya seorang bayi — tetapi saat itu usianya sudah melampaui batas usia wanita hamil. Doanya yang paling penting dan terlama belum juga terkabul.

Dia telah melakukan segalanya dengan benar, tetapi Tuhan belum juga memberikan apa yang paling ia inginkan. Elisabet berhadapan dengan godaan untuk membenci Tuhan.

Namun dalam hikmatnya, Elisabet memilih untuk tidak marah atau getir terhadap Tuhan. Sebaliknya, ia memilih untuk mempercayai-Nya— dan berdoa.

Kemudian, di saat yang tepat, Tuhan pun menjawab doanya. Dia menganugerahkan Elisabet seorang putra, Yohanes Pembaptis, yang akan mempersiapkan jalan bagi Yesus, sang Mesias.

Seandainya Yohanes Pembaptis lahir di lain waktu, maka dia tidak mungkin menggenapi rancangan-Nya untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus. Dia harus dilahirkan di sekitar waktu yang sama dengan Yesus.

Elisabet terus berdoa dan meskipun bertanya-tanya apakah Tuhan mendengar doanya, tapi dia tetap memilih untuk percaya pada rencana Tuhan. Dia percaya bahwa waktu Tuhan lebih baik daripada waktunya.

Untuk Elisabet, dan untuk Anda, penundaan Tuhan bukan berarti Tuhan menyangkal doa Anda. Orang yang bijak tahu perbedaan "tidak" dan "belum.”  Ketika rasa frustrasi dan penundaan datang, orang yang berhikmat akan percaya pada Tuhan alih-alih menjadi kepahitan.

Seperti Elisabet, Anda mungkin sudah punya rencana di tahun ini yang harus Anda batalkan. COVID-19 telah menutup sekolah dan bisnis. Itu memaksa orang-orang untuk mengadakan pernikahan dan pemakaman dengan cara yang berbeda. Itu juga mengubah cara kita merayakan Natal tahun ini.

Namun, seperti Elisabet dan Zakharia, Anda dapat memilih untuk percaya pada Tuhan walaupun keadaan Anda tidak mudah.

Di Natal ini, pilihlah untuk berhikmat seperti Elisabet. Pilihlah untuk percaya bahwa Tuhan mendengar doa Anda dan sedang bekerja di tengah permasalahan Anda, bahkan ketika Anda tidak bisa melihatnya.

Renungkan hal ini:
- Apa yang sudah lama Anda minta dari Tuhan? Bagaimana Anda mengatasi jawaban-jawaban doa Anda yang tertunda?
- Bagaimana waktu Tuhan dalam menjawab doa Anda lebih baik daripada waktu Anda sendiri?
- Bagaimana 2021 bisa lebih baik jika Anda percaya kepada Tuhan dengan doa Anda yang tekun?




Pilihlah selalu untuk percaya.
 

 

 

 

(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)  
Gambar : google.com

Posting Komentar untuk "Percayalah pada Rencana Tuhan, Meski Waktu-Nya Tampak Tidak Masuk Akal"