Menag Minta Terjemahan Alkitab Sesuai Konteks Indonesia
Menteri
Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang
menjaga dan memelihara Alkitab sebagai panduan bagi umat Kristen dalam menjalankan
agamanya. HHal ini disampaikan dalam sambutannya saat membuka Konsultasi Nasional
Revisi Alkitab Terjemahan Baru (Konas TB2) Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) di Bogor, Rabu (7/2) kemarin.
Dia turut mendukung
proses revisi Alkitab yang saat ini dilakukan LAI. Karena menurutnya proses revisi
ini bukan untuk mengubah firman Tuhan yang ada dalam Alkitab, melainkan untuk
mengadaptasikannya sesuai dengan perkembangan bahasa dari waktu ke waktu. Hal
inilah yang harus dipahami supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman di kalangan umat beragama.
“Firman
Tuhan
itu tidak mungkin kita ubah, yang kita ubah adalah cara pandang kita
terhadap teks-teks kitab suci,” ucap menteri Lukman, seperti dikutip
dari laman resmi Kemenag.go.id, Rabu (7/2).

Terkait
hal
ini, dia mengingatkan supaya revisi terjemahan Alkitab ini bisa menjaga
dan memelihara
paham keagamaan yang moderat. Dia juga menegaskan bahwa penafsiran
firman Tuhan
datangnya dari Tuhan sendiri. Karena manusia terbatas untuk memahami
sepenuhnya setiap perkataan Tuhan yang terilhami dalam Kitab Suci.
Tapi di
sisi lain, Lukman juga menilai bahwa mempertahankan teks aslinya juga bisa membuat
umat beragama kehilangan konteks. Tuhan menurunkan kitab suci bukan hanya sebagai
panduan, tapi juga menurunkan orang suci untuk memudahkan manusia mengamalkan ajaran agamanya.
Menag berharap
revisi dan terjemahan Alkitab ini bisa sesuai dengan pemahaman konteks Indonesia.
“Apapun bentuk revisi dan terjemahan yang dilakukan, mari kita terus gaungkan pemahaman
dalam konteks Indonesia, beragama itu adalah berindonesia, sebagaimana berindonesia itu adalah beragama,” ucapnya.
Terkait
anjuran itu, Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia Pendeta Ishak P. Lambe menegaskan
bahwa proses revisi itu sama sekali tidak akan berubah isi Alkitab. Revisi yang dilakukan saat ini tak lain adalah
untuk menyesuaikan Alkitab pada perkembangan bahasa saat ini, khususnya
munculnya banyak istilah baru. Proses ini pun dinilai tidak mudah karena Alkitab
itu pada dasarnya ditulis dalam terjemahan Ibrani, Yunani dan Arab.
Sumber : Kemenag.go.id/Jawaban.com