Sejumlah gereja mundurkan jadwal ibadah demi 'dukung umat Muslim salat Idul Fitri'
![]() |
Spanduk yang terbentang di pagar Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan, Solo, Jawa Tengah. |
Berbagai gereja di Indonesia, dari
Jakarta hingga Kota Malang, Jawa Timur, mengundurkan jadwal misa dan
kebaktian 'demi mendukung umat Muslim' menunaikan ibadah salat Ied pada
Minggu (25/06) mendatang.
Di Kota Malang, Jawa Timur, Gereja
Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel mengundurkan jadwal kebaktian
pukul 08.00 WIB menjadi pukul 09.00 WIB.
Ketua majelis jemaat
GPIB Immanuel Malang, Pendeta Richard Agung Sutjahjono, mengatakan
keputusan ini diambil untuk mengakomodasi jamaah Masjid Agung Jami' Kota
Malang yang menunaikan salat Idul Fitri atau salat Ied.
Para
jemaat gereja pun telah diberitahu melalui warta jemaat, sebuah buletin
yang menjadi wahana komunikasi antara majelis gereja dengan jemaat.
"Diumumkan dua kali di warta jemaat," kata Pendeta Richard kepada
wartawan di Malang, Eko Widianto.
Sebelumnya, Pendeta Richard menerima sepucuk surat
dari takmir Masjid Agung Jami' tertanggal 12 Juni 2017. Surat
ditandatangani Ketua Takmir Kiai Haji Zainuddin A. Muchit dan Sekretaris
Takmir Mochamad Effendi.
Dalam surat itu, takmir menginformasikan
mengenai salat Idul Fitri yang dilaksanakan di Masjid Agung Jami'.
Namun, menurut Zainuddin, masjid tak bisa menampung seluruh jamaah.
Tahun lalu, sebagian jemaah menggelar sajadah di jalan raya dan kawasan
sekitar Alun-Alun Kota Malang.
Menanggapi informasi itu, Pendeta
Richard mengatakan "sekeliling gereja dapat dimanfaatkan oleh umat yang
salat Ied menyambut Idul Fitri".
Menurutnya, sikap toleransi ini
terjalin sejak jaman penjajahan Belanda. Saat itu, gereja dibangun pada
1861, sedangkan masjid dibangun pada 1874 dan mengalami perluasan pada
1902. "Toleransi terjalin sejak jaman kolonial Belanda," ujarnya.
Kiai
Haji Zainuddin A Muchit mengamini adanya toleransi antara umat kedua
tempat ibadah. "Selama bertetangga hubungannya baik, tak ada gesekan,"
tegasnya.
![]() |
Letak GPIB Immanuel Malang dan Masjid Agung Jami' Kota Malang hanya dipisahkan sebuah kantor asuransi. |
Meniadakan kebaktian pagi
Sementara
itu di Kota Solo, Jawa Tengah, Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Joyodiningratan meniadakan jadwal kebaktian pagi pukul 06.30 WIB untuk
memberi kesempatan jemaah Masjid Al Hikmah menunaikan salat Idul Fitri
pada Minggu (25/06).
Bangunan GKJ Joyodiningratan dan Masjid Al
Hikmah berbagi tembok. Alamat dua tempat ibadah itu juga cukup unik
karena sama-sama berada di Jalan Gatot Subroto Nomor 222, Serengan,
Solo.
"Ini sebagai bentuk kita saling menghargai dan toleransi
karena jalan di depan gereja digunakan untuk Salat Ied," jelas Pendeta
GKJ Joyodiningratan, Nunung Istining Hyang, kepada wartawan di Solo,
Fajar Sodiq.
Nunung menjelaskan jika kebaktian tetap digelar saat
pelaksanaan Salat Ied dikhawatirkan akan mengganggu kekhusyukan jemaah
muslim dalam beribadah.
![]() |
Bangunan GKJ Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah sama-sama berada di Jalan Gatot Subroto Nomor 222, Serengan, Solo. |
Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, H Muhamad Nasir Abu
Bakar mengakui toleransi antara umat dan pengurus kedua tempat ibadah
sudah terjadi sejak masjid dan gereja ini berdiri berdampingan. "Dari
dulu hingga sekarang tidak ada masalah. Insya Allah sampai kami mati pun
tidak ada masalah dalam hal kehidupan bertoleransi di sini," ucapnya.
H
Muhamad Nasir Abu Bakar mengatakan gereja dan masjid memang kerap
saling mencocokkan jadwal ibadah satu sama lain. Dia mencontohkan jadwal
pengajian Maulid Nabi pada 2015 dimajukan agar jemaat gereja bisa
menggelar ibadah malam Natal pada 24 Desember.
"Kita tahu bahwa tanggal 24 pasti ada ibadat malam Natal, maka kita memajukan pengajian Maulid Nabi," kata Nasir.
Begitu
pula setiap Natal, pihak takmir masjid menghormati umat Kristiani yang
sedang menggelar kebaktian Natal, dengan tidak mengeraskan volume saat
azan berkumandang. Tak hanya itu, durasi waktu azan juga diperpendek.
"Kalau
hari biasa, volume pengeras suara azan cukup keras dan azannya pun
panjang. Tapi saat ada Natal dikurangi volumenya biar tidak mengganggu
umat Kristiani yang sedang melaksanakan kebaktian Natal," papar Nasir.
Toleransi
antara umat dan pengurus dua tempat ibadah ini sudah terjadi puluhan
tahun. Dilihat dari sejarahnya, gereja dibangun 1939. Lalu pada 1947,
dibangun musala di sebelah gereja yang pada akhirnya berubah menjadi
masjid. Sebagai penanda kerukunan dua agama didirikan prasasti Tugu
Lilin di sebelah selatan masjid.
![]() | |
Pengumuman penyesuaian jadwal ibadah Gereja Katedral yang diunggah di laman Keuskupan Agung Jakarta. |
'Mendukung kaum muslim'
Di Jakarta, pengurus Gereja Katedral telah mengumumkan penyesuaian jadwal misa mengingat halaman gereja akan dipakai "untuk mendukung terlaksananya kegiatan saudara kita kaum muslim jemaah Masjid Istiqlal untuk menunaikan salat Idul Fitri".Pada laman Facebook milik Keuskupan Agung Jakarta, pengumuman penyesuaian jadwal itu diunggah dan menuai beragam komentar positif.
Nadine, salah seorang pengguna media sosial tersebut, menulis, "Semoga Tuhan membalas kebaikan anda semua atas pengertian dan sikap toleransi antar umat. Semoga kita semua diberkati kedamaian dan tetap 1 menjaga kerukunan walaupun kita berbeda".
Ada pula Yulia Dewi Rakhmawati yang menulis, "Makasih yaa atas pengertianya di agamamu kami orang islam suka senang s'x (sekali) toleransi saling menghormati beragama yg (yang) ada di indonesia ttp (tetap) rukun yaa".
Sumber : bbcindonesia.com