Mindanao Jadi Basis ISIS di Asia Tenggara, 40 Petempur Asing Terlibat
Pasukan marinir Filipina berpatroli di jalan-jalan yang sunyi akibat ditinggalkan penduduk di kota Marawi yang diserbu kelompok militan Maute |
MARAWI, - Puluhan gerilyawan asing
bertempur bersama dengan sayap kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah
(ISIS) di Mindanao, Filipina, untuk melawan pasukan pemerintah sepanjang
pekan lalu.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa wilayah paling bergolak di Filipina selatan itu telah dengan cepat menjadi pusat tujuan kelompok teroris di Asia, dan menjadi basis baru bagi ISIS di Asia Tenggara.
Sumber intelejen Filipina mengatakan, ada 400-500 petempur di Marawi, Selasa lalu, sebagaimana dilaporkan Reuters pada Selasa (30/5/2017).
Fenomena ini menjadi bukti bahwa wilayah paling bergolak di Filipina selatan itu telah dengan cepat menjadi pusat tujuan kelompok teroris di Asia, dan menjadi basis baru bagi ISIS di Asia Tenggara.
Sumber intelejen Filipina mengatakan, ada 400-500 petempur di Marawi, Selasa lalu, sebagaimana dilaporkan Reuters pada Selasa (30/5/2017).
Di antara mereka, ada 40 orang yang datang dari luar negeri, termasuk dari negara-negara Timur Tengah dan Indonesia.
Sumber yang sama mengungkapkan mereka berasal dari Indonesia,
Malaysia, satu orang Pakistan, satu dari Arab Saudi, satu dari Chechnya,
seorang dari Yaman, India, Maroko, dan Turki.
"ISIS tengah menuju kehancuran di Irak dan Suriah, mereka merespon dengan menyebar ke Asia dan wilayah Timur Tengah lain," kata Rohan Gunaratna, pakar keamanan di S Rajaratnam School of International Studies.
"Salah satu area yang menjadi tujuan mereka adalah Asia Tenggara dengan Filipina sebagai pusatnya," kata dia.
Banyak pejabat di Mindanao yang sudah memperingatkan bahwa kemiskinan, tidak tegaknya hukum, dan konflik perbatasan di area Muslim tersebut akan menjadi lahan subur bagi radikalisme Asia Tenggara, terutama pada saat gerilyawan ISIS terusir dari Irak dan Suriah.
"ISIS tengah menuju kehancuran di Irak dan Suriah, mereka merespon dengan menyebar ke Asia dan wilayah Timur Tengah lain," kata Rohan Gunaratna, pakar keamanan di S Rajaratnam School of International Studies.
"Salah satu area yang menjadi tujuan mereka adalah Asia Tenggara dengan Filipina sebagai pusatnya," kata dia.
Banyak pejabat di Mindanao yang sudah memperingatkan bahwa kemiskinan, tidak tegaknya hukum, dan konflik perbatasan di area Muslim tersebut akan menjadi lahan subur bagi radikalisme Asia Tenggara, terutama pada saat gerilyawan ISIS terusir dari Irak dan Suriah.
Pertempuran di Marawi adalah yang pertama di Asia Tenggara di mana
ISIS berkonfrontasi langsung dengan pasukan keamanan dalam waktu lama.
Pada tahun lalu, sejumlah petempur ISIS dari Asia Tenggara di Suriah merilis video yang mendesak agar para pengikutnya bergabung dengan perjuangan di wilayah selatan Filipina, alih-alih terbang ke Suriah.
Pakar terorisme lain, Sidney Jones, mengungkap beberapa pesan Telegram yang digunakan oleh pendukung ISIS.
Pada tahun lalu, sejumlah petempur ISIS dari Asia Tenggara di Suriah merilis video yang mendesak agar para pengikutnya bergabung dengan perjuangan di wilayah selatan Filipina, alih-alih terbang ke Suriah.
Pakar terorisme lain, Sidney Jones, mengungkap beberapa pesan Telegram yang digunakan oleh pendukung ISIS.
Satu
orang pengguna mengaku tengah berada di Marawi di mana dia menyaksikan
tentara "lari seperti babi" dan "darah kotor mereka bercampur dengan
mayat sesama."
"Hijrahlah ke Filipina. Pintu telah terbuka," kata seorang pengguna lainnya.
"Hijrahlah ke Filipina. Pintu telah terbuka," kata seorang pengguna lainnya.
Pertempuran di Marawi dimulai dengan serangan tentara untuk menangkap
Isnilon Hapilon, mantan pemimpin Abu Sayyay, sebuah kelompok yang
terkenal karena banyak melakkan penculikan dan pemenggalan kepala orang
kulit putih.
Abu Sayyaf dan kelompok bersenjata Maute, dua-duanya sudah berbaiat kepada ISIS, bertempur bersama di Marawi .
Abu Sayyaf dan kelompok bersenjata Maute, dua-duanya sudah berbaiat kepada ISIS, bertempur bersama di Marawi .
Mereka membakar sebuah rumah sakit, membakar sebuah gereja Protestan,
dan menculik seorang pastor Katolik dari gereja Kathedral di kota itu.
Menurut sebuah laporan intelejen, pemerintah di Jakarta memperkirakan ada 38 warga Indonesia yang terbang ke Filipina untuk bergabung dengan afiliasi ISIS di sana.
Menurut sebuah laporan intelejen, pemerintah di Jakarta memperkirakan ada 38 warga Indonesia yang terbang ke Filipina untuk bergabung dengan afiliasi ISIS di sana.
Sekitar 22 di antara mereka turut bertempur di Marawi, demikian Reuters melaporkan.
Namun demikian, sumber Reuters lain mengatakan bahwa angka sebenarnya bisa melampaui 40 orang.
Sumber dari Densus 88, unit anti-terorisme Indonesia, menyatakan bahwa mereka telah meningkatkan pengawasan di kawasan utara Kalimantan dan Sulawesi untuk mencegah para teroris pergi ke Filipina dengan jalur laut.
Sumber dari Densus 88, unit anti-terorisme Indonesia, menyatakan bahwa mereka telah meningkatkan pengawasan di kawasan utara Kalimantan dan Sulawesi untuk mencegah para teroris pergi ke Filipina dengan jalur laut.
Sumber : kompas.com