DPR 'Paling Korup' Menurut Persepsi Masyarakat Indonesia
![]() |
Sebagian besar masyarakat menempatkan DPR di peringkat pertama lembaga negara yang dianggap korup, diikuti birokrasi pemerintah dan DPRD. |
Dewan Perwakilan
Rakyat dipandang masyarakat Indonesia sebagai lembaga negara paling
korup, sementara polisi menempati posisi terkorup kelima.
Survei
oleh Global Corruption Barometer (GCB) yang disusun Transparency
International itu juga memperlihatkan 65% masyarakat Indonesia
menganggap level korupsi meningkat dalam 12 bulan terakhir.
GCB mengukur persepsi masyarakat terhadap kinerja pemberantasan korupsi di Asia Pasifik.
Survei
GCB di Indonesia meliputi 1.000 responden berusia 18 hingga 55 tahun,
yang tersebar di 31 provinsi dengan metode wawancara langsung maupun
melalui telepon mulai 26 April sampai 27 Juni 2016.
Hasilnya menunjukkan, sebagian besar masyarakat menempatkan DPR
di peringkat pertama lembaga negara yang dianggap korup, diikuti
birokrasi pemerintah, dan DPRD.
Dalam survei GCB yang dilakukan
sebelumnya 2013, kepolisian dianggap sebagai pihak paling korup oleh
para responden sedang DPR berada di peringkat dua.
Menurut kepala departemen riset Transparency
International, Wawan Suyatmiko, penilaian badan legislatif sebagai
lembaga paling korup bisa disebabkan dua hal.
Pertama, banyaknya
kasus korupsi yang melibatkan anggota legislatif, di daerah maupun pusat
dan yang kedua karena kinerja mereka dalam menjalankan fungsi utamanya
maupun dalam memberantas korupsi internal yang tidak maksimal.
Persepsi masyarakat terhadap DPR juga dipengaruhi oleh pemberitaan di media.
"Ketika
banyak anggota DPR yang tertangkap, walaupun mereka tidak berinteraksi
langsung dengan anggota DPR tersebut, mereka bisa menjawab bahwa lembaga
paling korup itu DPR. Tandanya apa? Ditangkap oleh KPK," jelas Wawan.
Di luar dugaan, temuan ini ditanggapi positif oleh anggota DPR,
Syarief Hasan. "Kalau itu hasil survei yang valid, bisa jadi bahan
introspeksi bagi DPR untuk lebih berbenah diri," katanya.
Betapapun
politikus partai Demokrat ini tetap saja meminta agar DPR 'tidak
digeneralisir' karena sebagai badan legislasi, mereka sebetulnya tidak
bersentuhan langsung dengan anggaran.
Ia menyatakan persentase
anggota DPR yang korupsi mungkin tidak sebesar yang dibayangkan akan
tetapi anggota DPR memang mendapatkan sorotan tajam dari pers dan
masyarakat.
"Tetapi itu wajar, karena DPR memang harus betul-betul steril."
Persepsi terhadap polisi membaik
Sedikit
kabar baik bagi korps kepolisian, yang pada 2013 menempati peringkat
satu dalam daftar lembaga negara yang dianggap paling korup namun kini
turun ke peringkat lima.
Wawan Suyatmiko dari Transparency
International mengatakan persepsi masyarakat terhadap polisi membaik
karena reformasi di tubuh kepolisian dapat dirasakan masyarakat.
"Medio
April sampai Juni tahun lalu ketika survei dilaksanakan, memang waktu
itu belum ada Saber Pungli, belum ada Kapolri baru, tapi berbagai upaya
melakukan pencegahan sudah dirasakan oleh kepolisian dan itu dirasakan
oleh masyarakat sipil. Misalnya registrasi SIM online, e-SAMSAT, dan
sebagainya."
Akan tetapi meskipun tidak lagi dianggap sebagai
lembaga negara paling korup, kepolisian tetap saja dianggap sebagai
tempat paling sering terjadi praktik suap.
"Ini memang masih ada gap yang sangat lebar antara idealita dan realita," kata Wawan.
"Kita
temukan itu mulai dari 2013 (studi GCB sebelumnya), bahwa masyarakat
Indonesia secara idealisme menolak korupsi tetapi ketika menemukan
masalah yang dihadapi sehari-hari, misalnya terkena operasi polisi saat
sedang terburu-buru, kebanyakan mereka masih bayar 'uang damai."
Kendati
sebagian besar masyarakat menilai tingkat korupsi bertambah, survei GCB
secara umum menunjukkan hasil yang optimis, kata Wawan.
"Sebanyak
78% dari 1.000 responden mengatakan mereka setuju kalau masyarakat
biasa bisa melawan korupsi, dan 64% percaya bahwa pemerintah sekarang
bekerja lebih baik dalam memberantas korupsi.
"Lalu ketika ditanya
apa yang dilakukan untuk melawan korupsi, paling banyak menjawab
menolak suap. Temuan-temuan inilah yang jadi afirmasi terhadap bagaimana
optimisme itu terbangun," tandasnya.
Sumber: bbc.com