Mengapa warga Balikpapan menolak FPI dan GNPF-MUI?
![]() |
Aliansi Pemuda Pemudi Muslim Balikpapan (APPMB) menuntut Wali kota Balikpapan tidak mengizinkan FPI dan GNPF-MUI melakukan aktivitas di kota itu karena dikhawatirkan akan menganggu keberagaman. |
Lebih dari 100
orang dari sejumlah ormas kepemudaan dan mahasiswa menggelar unjuk rasa
menolak keberadaan Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Nasional
Pembela Fatwa-Majelis ulama Indonesia (GNPF-MUI) di kota Balikpapan,
Kalimantan Timur, Senin (10/01).
Menamakan diri Aliansi Pemuda
Pemudi Muslim Balikpapan (APPMB), mereka menuntut agar Wali kota
Balikpapan tidak mengizinkan dua organisasi itu melakukan aktivitas di
kota itu karena dikhawatirkan akan menganggu keberagaman dan
kebhinekaan masyarakat.
"GNPF-MUI itu gerakan politik, dan
arahnya dapat menganggu stabilitas keagamaan dan keberagaman bangsa,"
kata Ketua umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kalimantan Timur, Muhamad
Fajri Al Faroby , kepada BBC Indonesia, Selasa (11/01).
Dia mencontohkan, sikap GNPF-MUI -dalam dua kali unjuk rasa di
Jakarta akhir 2016- yang menuduh umat Islam yang menolak ikut dalam
unjuk rasa tersebut "dipertanyakan keyakinan dan keimanannya".
"Mengambil
langkah berbeda, dipertanyakan keimanannya. Ini 'kan bisa mengganggu,"
kata Al Faroby. Selain melibatkan Ansor, demo ini diikuti antara lain
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) serta Gerakan Pemuda asli
Kalimantan (Gepak).
![]() |
Selain membacakan orasi, perwakilan unjuk rasa menyampaikan aspirasinya saat diterima oleh Wakil Wali kota Balikpapan, Rahmad Mas'ud. |
Selain membacakan orasi, perwakilan unjuk rasa
menyampaikan aspirasinya saat diterima oleh Wakil Wali kota Balikpapan,
Rahmad Mas'ud.
Sampai Selasa (11/01) malam, BBC Indonesia telah
mencoba menghubungi pimpinan GNPF-MUI Bachtiar Natsir dan pimpinan FPI
Sobri Lubis melalui sambungan telepon, tetapi keduanya tidak
menanggapinya.
Wali kota Balikpapan, Rizal Effendi tidak
menanggapi pertanyaan tertulis yang dilayangkan BBC Indonesia karena
alasan sakit. "Maaf saya sakit," kata Rizal Effendi dalam pesan
pendeknya melalui WhatsApp Selasa (11/01) malam.
Namun dalam keterangannya kepada situs berita Prokal.co,
Selasa (10/01), aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan pengurus
GNPF-MUI kota Balikpapan, Abdul Rais, mengatakan tuntutan APPMB itu
disebutnya "tidak berdasar".
Menurutnya, "FPI dan GNPF-MUI boleh saja (berdiri
dan beraktivitas) ada di kota Balikpapan" selama "prosedur dan
persyaratan yang diatur dalam undang-undang telah terpenuhi.".
Dirinya
juga mengatakan kebebasan berorganisasi, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat itu diatur dalam UUD 1945. "Selama ormas itu tidak melakukan
pelanggaran undang-undang dan peraturan lainnya, maka sah saja berdiri."
FPI ditolak di beberapa tempat
Di
kota Balikpapan, unjuk rasa menolak FPI ini bukankah yang pertama kali.
Lima tahun lalu, 20 Februari 2012, sejumlah ormas kepemudaan juga
menolak keberadaan Front Pembela Islam, FPI di kota itu, karena dianggap
akan menganggu ketenangan antar umat beragama.
Saat itu, para
pendemo -yang menamakan Forum Masyarakat Kalimantan Bersatu- juga
meminta pemda agar menolak jika ada permintaan FPI di Balikpapan. Banser
NU dan Gerakan Pemuda Anshor juga terlibat dalam aksi ini.
Penolakan
terhadap FPI sebelumnya disuarakan oleh sebagian masyarakat di
Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 11 Februari 2012. Menyebut dirinya
sebagai perwakilan masyarakat Dayak, mereka menolak kehadiran Rizieq
Shihab yang diklaim akan mengadakan tabligh akbar di kota itu.
Pemberitaan saat itu menyebutkan warga anti-FPI sempat
mendatangi Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya untuk mencegat pesawat
penumpang yang diklaim membawa pimpinan FPI.
Pada pertengahan
Februari 2016, sejumlah organisasi massa di Banyumas, Jawa Tengah,
menolak apa yang diklaim sebagai rencana deklarasi FPI di kota itu.
Penolakan itu dilatari alasan organisasi itu identik dengan 'tindak
kekerasan', kata kelompok Koalisi Benteng Nusantara.
Akhir
Desember 2016 lalu, muncul pula penolakan terhadap pimpinan FPI Rizieq
Syihab di kota Medan, Sumatra UTara, oleh sebuah kelompok yang menamakan
diri Forum Pemuda Indonesia. Mereka menolak kegiatan yang disebut
sebagai road show Aksi Bela Islam Jilid III.
Penolakan
terhadap FPI pernah terjadi juga antara lain di kota Padang, Sumatra
Barat (November 2013), Samarinda, Kaltim (Agustus 2014), Demak, Jateng
(Mei 2014), serta Tulung Agung, Jatim (Oktober 2014).
Apa tanggapan FPI?
Menanggapi
pemberitan tentang adanya penolakan masyarakat terhadap mereka, FPI
menyebut isi pemberitaan itu sebagai "label negatif oleh media sekuler"
dengan tujuan "masyarakat terpengaruh".
"Fakta di lapangan,
masyarakat justu sangat menerima kehadiran FPI dan bahkan bersyukur ada
FPI yang telah memberantas kemaksiyatan," demikian keterangan FPI dalam
situs resminya, Jumat, 26 Februari 2016.
Mereka kemudian menyebut
aksi penolakan di Palangkaraya dilakukan kelompok "preman", sementara
penolakan di kota Padang dilakukan orang-orang yang "tidak mengantongi
izin dari kepolisian".
Walaupun sempat ditolak di Samarinda, Demak, Tulung
Agung, menurut FPI, pimpinannya tetap bisa tampil dalam acara di
kota-kota tersebut. Di Purwakarta, FPI mengklaim acara pelantikan tetap
bisa digelar kendati ditolak oleh kelompok penentangnya.
Kendati
menuding media ikut berperan "memancing di air keruh" terkait
pemberitaan penolakan sebagian masyarakat, dalam situs resminya, FPI
mengatakan:
"Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pro dan kontra
memang selalu ada. Ada sebagian masyarakat yang tidak setuju, sebagian
mendukung dan sebagian lain bersikap netral terhadap keberadaan FPI di
sekitar mereka".
Sejak pembentukannya lebih dari 15 tahun silam,
aktivitas FPI dalam perjalanannya acap dilekatkan dengan tindak
kekerasan dan dicap sebagai organisasi anti-toleran, sehingga muncul
usulan agar mereka dibubarkan.
Sumber: bbc.com
Foto
: Ansor Kaltim