Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KBRI Khartoum: Tak Benar Polisi RI Selundupkan Senpi di Sudan

Salah satu kontingen pasukan penjaga perdamaian Indonesia untuk UNAMID, saat tiba di El Geneina, Darfur Barat, pada 21 Februari 2015.

Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Khartoum, Sudan, membantah tegas berita di Sudan Tribune yang menyebutkan pasukan penjaga perdamaian asal Indonesia ditangkap karena menyelundupkan senjata api.

Situs berita itu dalam edisi Jumat (20/01) mengutip Wakil Gubernur Darfur Utara, Mohamed Hasb al-Nabi, yang mengatakan aparat keamanan di Bandara El-Fasher menyita sejumlah besar senjata dan amunisi milik pasukan UNAMID, atau pasukan penjaga perdamaian PBB untuk Darfur, Sudan barat.

Sementara Direktur Bea Cukai Darfur Utara, Asim Hamid, dikutip menyebut bahwa unitnya menangkap 'pasukan Indonesia karena kepemilikan senjata'.

Namun Fungsi Politik KBRI di Khartoum, Asrarudin Salam, membantah tuduhan itu ketika dihubungi oleh wartawan BBC Indonesia, Liston P Siregar.

"Itu berita di Sudan Tribune tidak benar, kalau anggota pasukan penjaga perdamaian kita di Darfur itu ditangkap. Yang ada dimintai keterangan mengenai siapa yang memiliki senjata itu.'"

"Tapi senjata itu bukan milik pasukan penjaga perdamaian Indonesia karena tidak ada label bendera merah putih, tidak ada nama, tidak ada pangkat di dalam tas yang ditemukan. Dan tas itu terpisah dari bagasi milik pasukan Indonesia, yang sudah dicek, dan di-seal (disegel) oleh oleh tim pemeriksa UNAMID."

Membantu UNAMID sejak 2007
Di Jakarta, Komisi Kepolisian Nasional -yang bulan lalu baru mengirim tiga komisionernya melakukan supervisi terhadap pasukan dari Polri di Darfur- juga mengeluarkan pernyataan yang meyakini Polri sama sekali tidak terlibat dalam dugaan penyelundupan senjata.

"Bahwa barang-barang yang berisi senjata illegal tersebut jelas faktanya bukan milik Polri ataupun pasukan FPU 8, tidak menggunakan label atau tanda identitas pasukan FPU 8, bahkan tidak ada dalam manifest barang pasukan FPU-8," seperti dinyatakan Kompolnas dalan siaran persnya merujuk pada kontingen polisi Indonesia di UNAMID.

Darfur
UNAMID didukung oleh 19.000 personel lebih dan anggaran sekitar Rp 13,3 triliun.

Sunday Tribune melaporkan bahwa dari tas yang diperiksa, ditemukan 29 senapan Kalashnikov, empat pucuk senjata, enam pucuk senjata GM3, dan 61 pistol jenis beragam, serta sejumlah besar amunisi.

Pasukan penjaga perdamaian Indonesia ikut membantu UNAMID sejak tahun 2007 dengan masa tugas selama setahun sebelum diganti dengan pasukan lain, yang juga asal Indonesia.

Terdapat sekitar 140 personel polisi asal Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian UNAMID, untuk membantu proses perdamaian di Darfur, Sudan barat.

UNAMID merupakan pasukan penjaga perdamaian terbesar kedua di dunia dengan anggaran dilaporkan mencapai US$1 miliar atau sekitar Rp 13,3 tirliun dengan kekuatan sekitar 19.000 personel lebih.






 Sumber : detik.com