Senjata Rakitan ISIS Tak Kalah Canggih dengan Milik Militer
![]() |
Ilustrasi militan ISIS (CNN Indonesia/Laudy Gracivia) |
Jakarta, ISIS dilaporkan memproduksi senjata dengan skala dan
kecanggihan yang setara dengan peralatan pasukan militer nasional.
Kelompok militan yang mengklaim kekuasaan di Irak dan Suriah ini bahkan
memiliki standar khusus dalam merakit senjata mereka.
Kelompok pengawas senjata, Conflict Armament Research (CAR), mengungkapkan bahwa ISIS memiliki "rantai pasokan yang kuat" dengan bahan baku dari Turki dan produksi senjata "rakitan" yang masif.
"Meski fasilitas produksi mereka menggunakan berbagai bahan non-standar dan peledak kimia, namun tingkat organisasi, kontrol kualitas, dan manajemen persediaan bahan baku menunjukkan sistem produksi industri senjata yang kompleks dan terkontrol," bunyi laporan CAR, dikutip dari Reuters, Rabu (14/12).
Kelompok pengawas senjata, Conflict Armament Research (CAR), mengungkapkan bahwa ISIS memiliki "rantai pasokan yang kuat" dengan bahan baku dari Turki dan produksi senjata "rakitan" yang masif.
"Meski fasilitas produksi mereka menggunakan berbagai bahan non-standar dan peledak kimia, namun tingkat organisasi, kontrol kualitas, dan manajemen persediaan bahan baku menunjukkan sistem produksi industri senjata yang kompleks dan terkontrol," bunyi laporan CAR, dikutip dari Reuters, Rabu (14/12).
|
Laporan CAR itu dirilis menyusul kunjungan kelompok itu ke enam
fasilitas perakitan senjata ISIS yang ditemukan di Mosul timur, Irak,
bulan lalu.
Sejak 17 Oktober lalu, Irak melancarkan operasi militer untuk merebut kembali Mosul, kota yang menjadi markas besar terakhir bagi ISIS di negara itu.
Pasukan tentara elit Irak berhasil merebut kembali seperempat kota Mosul dari tangan ISIS melalui operasi militer yang didukung AS. Namun, kemajuan yang dialami militer Irak terus menurun lantaran para tentara kewalahan menghadapi berbagai pertempuran di jalan-jalan kecil di pedesaan maupun peperangan masif di perkotaan.
CAR, kelompok yang mengidentifikasi dan melacak senjata serta amunisi dalam berbagai konflik di dunia, melaporkan bahwa fasilitas ISIS yang mereka kunjungi di Mosul adalah bagian dari sistem produksi senjata yang sesuai dengan pedoman dari sebuah otoritas yang terpusat.
Proses produksi senjata ISIS dilengkapi dengan sistem pengawasan yang teratur, laporan yang rinci soal tingkat produksi, dan standar yang sudah ditetapkan. Perakitan senjata ini dilakukan di seluruh daerah yang dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.
"Mortir yang diproduksi di salah satu wilayah yang dikuasai ISIS akan sesuai dengan tabung mortir yang diproduksi di fasilitas lain," bunyi laporan itu.
Dalam laporannya, para analis CAR memperkirakan bahwa ISIS telah memproduksi puluhan ribu roket dan mortir dalam beberapa bulan menjelang serangan militer Irak ke Mosul.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa standarisasi dalam perakitan senjata memerlukan ketersediaan bahan baku yang konsisten, melalui jaringan dari Turki dan rantai pasokan yang membentang dari Suriah hingga ke Mosul.
CAR juga melaporkan bahwa selain memiliki standar dalam perakitan senjata, ISIS juga meniru fungsi kekuatan militer nasional dalam upaya "melegitimasi kapasitas kelompok dan koherensi di mata pejuang ISIS."
Ketika mengunjungi fasilitas ISIS di Mosul, CAR juga menemukan sejumlah dokumen yang mengindikasikan kelompok militan itu memberikan petunjuk yang canggih bagi para pejuangnya untuk membuat dan menanam bom rakitan serta mengoperasikan sistem persenjataan yang kompleks, seperti peluru kendali antitank.
Sejak 17 Oktober lalu, Irak melancarkan operasi militer untuk merebut kembali Mosul, kota yang menjadi markas besar terakhir bagi ISIS di negara itu.
Pasukan tentara elit Irak berhasil merebut kembali seperempat kota Mosul dari tangan ISIS melalui operasi militer yang didukung AS. Namun, kemajuan yang dialami militer Irak terus menurun lantaran para tentara kewalahan menghadapi berbagai pertempuran di jalan-jalan kecil di pedesaan maupun peperangan masif di perkotaan.
CAR, kelompok yang mengidentifikasi dan melacak senjata serta amunisi dalam berbagai konflik di dunia, melaporkan bahwa fasilitas ISIS yang mereka kunjungi di Mosul adalah bagian dari sistem produksi senjata yang sesuai dengan pedoman dari sebuah otoritas yang terpusat.
Proses produksi senjata ISIS dilengkapi dengan sistem pengawasan yang teratur, laporan yang rinci soal tingkat produksi, dan standar yang sudah ditetapkan. Perakitan senjata ini dilakukan di seluruh daerah yang dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.
"Mortir yang diproduksi di salah satu wilayah yang dikuasai ISIS akan sesuai dengan tabung mortir yang diproduksi di fasilitas lain," bunyi laporan itu.
Dalam laporannya, para analis CAR memperkirakan bahwa ISIS telah memproduksi puluhan ribu roket dan mortir dalam beberapa bulan menjelang serangan militer Irak ke Mosul.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa standarisasi dalam perakitan senjata memerlukan ketersediaan bahan baku yang konsisten, melalui jaringan dari Turki dan rantai pasokan yang membentang dari Suriah hingga ke Mosul.
CAR juga melaporkan bahwa selain memiliki standar dalam perakitan senjata, ISIS juga meniru fungsi kekuatan militer nasional dalam upaya "melegitimasi kapasitas kelompok dan koherensi di mata pejuang ISIS."
Ketika mengunjungi fasilitas ISIS di Mosul, CAR juga menemukan sejumlah dokumen yang mengindikasikan kelompok militan itu memberikan petunjuk yang canggih bagi para pejuangnya untuk membuat dan menanam bom rakitan serta mengoperasikan sistem persenjataan yang kompleks, seperti peluru kendali antitank.
Sumber:cnnindonesia.com