PERKATAAN YANG MENJADI BERKAT
Baca: Ulangan 32:1-4
"Pasanglah telingamu, hai langit, aku mau berbicara, dan baiklah bumi mendengarkan ucapan mulutku." Ulangan 32:1
Alkitab menyatakan bahwa apa yang keluar dari mulut adalah luapan dari dalam hati (baca Matius 12:34). Jika hati dipenuhi oleh hal-hal negatif, yang keluar dari mulut pun perkataan yang negatif, demikian pula sebaliknya. Karena itu rasul Paulus menasihati, "Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan." (2 Timotius 2:16).
"Pasanglah telingamu, hai langit, aku mau berbicara, dan baiklah bumi mendengarkan ucapan mulutku." Ulangan 32:1
Alkitab menyatakan bahwa apa yang keluar dari mulut adalah luapan dari dalam hati (baca Matius 12:34). Jika hati dipenuhi oleh hal-hal negatif, yang keluar dari mulut pun perkataan yang negatif, demikian pula sebaliknya. Karena itu rasul Paulus menasihati, "Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan." (2 Timotius 2:16).
Mengapa kita harus menghindari omongan kosong dan tak suci? Karena
hanya akan menambah kefasikan, sia-sia dan tak bermanfaat. Dalam hidup
sehari-hari perkataan-perkataan manis yang terlontar dari mulut
seseorang biasanya hanya bualan semata, bukan keluar secara tulus dari
dalam hati. Semakin banyak kita mengubar ucapan atau memerkatakan
hal-hal yang sia-sia semakin banyak pula kesalahan yang terjadi, sebab "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."
(Amsal 10:19).
Maka berhati-hatilah dan berpikirlah 1000x jika hendak
berbicara, sebab setiap kata sia-sia yang kita ucapkan harus kita
pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan pada saatnya. "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."
(Matius 12:36-37).
Orang Kristen yang sudah mengerti kebenaran firman
ini akan mampu mengontrol setiap ucapannya. Rasul Petrus menulis, "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" (1 Petrus 4:11).
Hendaklah kita belajar dari Musa, yang berusaha sedemikian rupa
menjaga setiap ucapan atau perkataannya, sehingga yang keluar dari
mulutnya adalah perkataan yang menyenangkan, membangun, menguatkan dan
menyejukkan, sebab yang diperkatakannya adalah firman Tuhan. Roh Tuhan
yang bekerja di dalam diri Musa memberikan ilham dan hikmat kepadanya
untuk mengucapkan perkataan-perkataan yang senantiasa menjadi berkat
bagi orang lain yang mendengarnya.
"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." Kolose 4:6
airhidupblog.blogspot.co.id