MASIKAH ENGKAU MENCINTAIKU?
![]() |
Foto: istimewa |
Pertanyaan menuntun kita pada kesejatian siapa kita.
”Masihkah Engkau
mencintaiku?” tanyanya pagi ini.
Aku masih belum sadar betul dari
tidurku.
Seketika aku terbangun. Aku ingat.
Ini adalah hari ulang tahun
pernikahan kami yang masih seumur jagung. Dia mengulangnya lagi sembari
memalingkan wajahnya kearahku.
”Tentu, aku mencintaimu,” jawabku
kepadanya lembut sembari mengecup keningnya.
Semakin dipikirkan, semakin sulit menjawab pertanyaan sederhana itu.
Semakin sulit menemukan jawaban apakah aku benar-benar mencintai dia.
Aku memang tak pernah meninggalkan dia, tetapi betapa sering aku
membiarkan dia sendiri menjaga anak-anak kami.
Aku memang tak pernah
berlaku atau berkata kasar padanya, namun betapa sering aku tidak
mendengarkan dia dengan sungguh.
Kalau tidak tertidur, ya terdistraksi
dengan yang lain. Aku memang tak pernah selingkuh, tetapi betapa sering
aku lebih peduli anak-anak daripada dia. Pertanyaan itu menuntunku
kepada the real me.
Kita butuh pertanyaan. Pertanyaan akan menuntun kita pada kesejatian siapa kita. Pertanyaan akan menuntun kita kepada raison d’etre.
Pertanyaan juga menolong kita dalam menentukan pilihan hidup.
Pertanyaan menyadarkan bahwa kita masih hidup, belum mati. Pertanyaan
mengingatkan apakah kita bergerak dinamis atau mekanis serta
dikendalikan keadaan atau mengendalikan keadaan.
Sekalipun demikian, kita harus waspada dengan pertanyaan. Dia
memiliki kekuatan magis. Dia bisa menarik kita sampai terhisap
kedalamnya.
Kita bisa jadi lupa bahwa kita hidup dalam dunia nyata bukan
dunia ide.
Ide dan gagasan memang lahir dari pertanyaan, tetapi salah
bertanya membuat kita tersesat.
Sumber: satuharapan.com