Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HUT TNI: MENGEMBALIKAN KESEDERHANAAN KE CILANGKAP

Presiden Joko Widodo saat menjadi inspektur upacara HUT TNI ke-70 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, 5 Oktober 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta,  Tentara Nasional Indonesia melewati tanggal 5 Oktober 2016 tanpa hiruk-pikuk. Tidak ada pesawat tempur yang hilir mudik di atas barisan prjurit. Tak ada pula dentuman meriam. TNI merayakan hari kelahiran mereka secera sederhana.

Selama dua tahun terakhir, peringatan hari lahir TNI digelar meriah. Tahun 2014, Susilo Bambang Yudhoyono untuk terakhir kalinya bertindak sebagai inspektur upacara HUT TNI. Lima belas hari setelah ulang tahun TNI ke-69, purnawirawan jenderal itu mengakhiri masa jabatan sebagai presiden.

5 Oktober 2015, SBY memimpin pertunjukan alutsista yang meriah di Markas Komando Armanda Timur, Surabaya, Jawa Timur. Ia mengklaim perayaan itu sebagai yang terbesar sepanjang sejarah institusi militer Indonesia.

“Sesuatu yang tak pernah terjadi sejak republik berdiri hingga saat ini,” ucapnya.

Selain menjadi salam perpisahan, peringatan hari jadi TNI tahun 2014 juga menjadi pertunjukan hasil pembangunan minimum essential forces selama dua periode kepemimpinan SBY. Moeldoko yang ketika itu berstatus orang nomor satu di TNI menyebut pembelian dan peremajaan alutsista berjalan sesuai rencana pada era pemerintahan SBY.

Tahun lalu, Joko Widodo untuk pertama kalinya memimpin peringatan hari ulang tahun TNI. Otoritas militer saat itu juga mengklaim perayaan yang mereka gelar sebagai yang terbesar.

TNI memusatkan peringatan HUT ke-70 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, milik Grup Sinar Mas. Dengan slogan TNI besar karena rakyat, perayaan yang sarat defile dan demonstrasi alat pertahanan terkini itu dibuka untuk publik.
Masyarakat ketika itu diizinkan untuk berada sangat dekat dengan titik upacara. Mereka bahkan beramai-ramai menaiki dan berkeliling dermaga di atas tank amfibi milik TNI Angkatan Darat.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat itu berkata, institusinya memilih dermaga Indah Kiat karena demonstrasi alutsista menggunakan peluru tajam. Di kawasan itu pun tidak terdapat bangunan tinggi, Sukhoi dan F-16 pun dimungkinkan terbang rendah.

Desingan mesin jet tempur itu menggelegar dan memikkan telinga.

“Ajang ini ingin menunjukkan kebersamaan antara TNI dan rakyat, sesuai apa yang menjadi tema ulang tahun kami. Bersama rakyat, TNI akan kuat dan profesional,” ujar Gatot.

Selama 20 tahun terakhir, ulang tahun TNI kerap dirayakan secara terpusat di dua lokasi: Lanud Halim Perdanakusuma dan Markas Besar TNI di Cilangkap. Tanpa mengecilkan angkatan lain, pertunjukan udara jet-jet tempur TNI Angkatan Udara kerap menjadi pusat perhatian.

Tahun 1995 dan 1996 misalnya, Tim Aerobatik Elang Biru yang diperkuat Mayor Agus Supriatna mempertontonkan beragam formasi calypso dan inverted to inverted. Agus kini menjabat Kepala Staf Angkatan Udara.

Berdasarkan hitung-hitungan sederhana, untuk menerbangkan sejumlah Sukhoi dari Lanud Hasanuddin, Makassar ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, TNI AU perlu menganggarkan dana bahan bakar lebih dari Rp100 juta. Begitu pula untuk kendaraan perang lain, baik darat maupun laut.

Anggaran itulah yang tidak keluar pada perayaan ulang tahun TNI ke-71.

“Pemerintah dan rakyat Indonesia dengan kondisi seperti ekonomi yang sekarang sedang bangkit. Tidak sepantasnya TNI melakukan upacara dengan besar-besaran,” kata Gatot, Rabu pagi tadi.

Gatot menuturkan, usulan perayaan ulang tahun TNI secara sederhana muncul dari internal lembaganya. Ia kemudian mengajukan rencana tersebut ke Jokowi.

“Presiden sangat apresiasi ini,” ujarnya. Namun Jokowi tidak datang ke Cilangkap. Di Istana Negara, pagi tadi Jokowi menerima Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I dari pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan. Jabatan Inspektur upacara HUT TNI ke-71 dijalankan oleh Gatot.

Menurut Gatot, hari jadi TNI sebenarnya merupakan momentum lembaga militer untuk melaporkan pembangunan alutsista kepada masyarakat. Setelah peringatan meriah tahun 2015, ia menyebut TNI tidak memiliki alat tempur baru.

Gatot berharap, tahun 2017 TNI dapat kembali memamerkan pembelian alat tempur terbaru mereka. Peningkatan anggaran belanja TNI pun menjadi sebuah keniscayaan. Merujuk pernyataan otoritas tiga angkatan di tubuh TNI, pembelian sejumlah alat tempur terhambat kondisi kas.

Tahun 2014, pemerintah memberikan Rp92,2 triliun untuk TNI Nominal itu 0,89 persen dari total pendapatan domestik bruto. Tahun lalu, anggaran belanja TNI meningkat menjadi Rp108,6 triliun atau 0,97 persen dari PDB.

Angka itu sebenarnya dapat terus meningkat hingga ke angka 1,5 persen. Namun sebagaimana dinyatakan Jokowi pada Perpres 97/2015 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015 hingga 2019, besaran anggaran belanja TNI itu baru dapat terwujud jika pertumbuhan ekonomi nasional mencapai tujuh persen.
 
Masyarakat menumpang alutsista TNI di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, 5 Oktober 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Kesederhanaan yang ditampilkan TNI pada 5 Oktober ini bisa jadi merupakan bentuk baru dari mentalitas dan sikap Panglima Besar Soedirman: pejuang yang selalu mengedepankan kepentingan rakyat.

“Pak Dirman sangat dekat dengan rakyatnya. Dalam setiap perjuangan, di manapun berada , dia selalu dekat dengan rakyatnya,” kata Gatot saat berziarah ke makam Soedirman di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta, Rabu pekan lalu.

Kedekatan tentara dan rakyat hari ini dapat dimaknai sebagai sebuah empati. Penghematan TNI adalah bagian dari upaya bersama untuk mengefektifkan keuangan negara.

Seperti kata Jokowi saat mengomentari rencana pembelian helikopter angkut berat AgustaWestland, “Semuanya harus dikalkulasi. Semuanya harus dihitung.”
 
 
 
 
 
Sumber: cnnindonesia.com