BUNI, TUMBUHAN PIONER BERBUAH CANTIK
![]() |
Buni (Antidesma bunius (L.) Spreng.). (Foto: sscri.cn) |
Buah buni atau wuni, yang memiliki nama ilmiah Antidesma bunius
(L.) Spreng., adalah buah berukuran kecil, tersusun dalam satu tangkai
panjang menyerupai rantai. Jika matang, warna buahnya merah, dapat
dimakan dalam keadaan segar, namun meninggalkan warna merah pada mulut
dan jari.
Buahnya yang mentah agak asam rasanya, biasanya untuk campuran salad.
Karena buah-buah dalam satu tandan tidak matang bersamaan, buah buni
lebih sering diolah menjadi selai dan jeli. Sementara itu, buah yang
matang difermentasi menjadi minuman beralkohol, seperti biasa dilakukan
di Filipina.
Di Indonesia, buni biasanya tumbuh alami, di pekarangan-pekarangan
rumah, namun belakangan sudah jarang dijumpai. Buni biasanya dibuat
saus-asem untuk mengolah ikan. Daun mudanya juga berguna untuk memberi
aroma ikan atau daging rebus (stew).
Buah muda maupun daun muda, juga
dapat digunakan sebagai pengganti cuka. Daun muda juga dimakan sebagai
lalap, atau dirajang untuk dimasak dengan nasi.
Di Filipina, pohon buni biasanya tumbuh di semak-semak, di lahan
terbuka, dan di hutan sekunder. Seperti halnya beberapa jenis lain
dalam marga (genus) ini, buni memiliki nilai untuk reklamasi lahan-lahan
kritis.
Jenis Antidesma ghaesembilla Gaertner, misalnya, dapat
mengungguli alang-alang yang tumbuh di lahan itu, dan dapat menonjol
sekali setelah terjadi kebakaran rumput tahunan.
Buah buni yang berubah-ubah warnanya menyebabkan tanaman ini menjadi pohon hias yang menarik.
Buni, mengutip dari forestryinformation. wordpress.com,
adalah tumbuhan pohon dengan ukuran tinggi 3-10 meter, bahkan ada yang
mencapai 30 meter menurut Wikipedia. Batangnya tegak, biasanya bercabang
rendah.
Daun-daunnya berseling, berbentuk lanset-lonjong, pangkalnya tumpul atau membulat. Ujungnya melancip (acuminate)
atau tumpul, pinggirannya rata, teksturnya menjangat, berkilap, tulang
daun utama menonjol di lembaran bawah daun, panjang tangkai daun
mencapai 1 cm.
Perbungaan berada dl ujung atau di ketiak daun, berbentuk bulir
sempit atau tandan. Buni berbunga banyak. Bunga jantan tidak bertangkai,
daun kelopak mirip cawan, memiliki 3-4 cuping yang pendek, membundar,
bersilia, berwarna kemerah-merahan. Bakal buah yang rudimenter, berada
di atas cakram berdaging.
Bunga betina bertangkai, daun kelopak mirip
cawan-genta, bercuping 3-4, berukuran kira-kira 1 mm x 2 mm, tidak
rontok. Bakal buah berbentuk bulat telur sungsang, kepala putik 3-4
butir, cakramnya kecil. Pada pohon betina sering kali sebagian besar
bunganya sempurna.
Buahnya berupa buah batu, berbentuk bulat atau bulat telur,
berdiameter 8-10 mm, berwarna merah kekuning-kuningan sampai ungu
kebiru-biruan, mengandung banyak sari buah. Biji buah buni berbentuk
bulat telur-Ionjong.
Kulit dan daun mengandung alkaloid yang memiliki khasiat obat, tetapi
dilaporkan juga beracun. Kayunya berwarna kemerah-merahan dan keras
tetapi kurang bermanfaat.
Manfaat dan Khasiat Buah Buni
Mengutip dari Wikipedia, jenis pohon dari keluarga atau suku
Phyllanthaceae ini disebutkan sebagai tumbuhan asli Asia Tenggara dan
kawasan utara Australia. Buahnya kadang-kadang dijual di pasar atau toko
buah khusus.
Di daerah penyebarannya, buni memiliki aneka nama lokal, seperti
bignay (Filipina), dan bugnay atau bignai (warga yang berbahasa China),
mao luang (Thailand). Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan
nama herbert river-cherry, queensland-cherry, salamander-tree, wild
cherry, currant tree, atau juga bignay.
Karena penampilannya yang menarik, dengan buah yang aneka warna,
tidak menuntut banyak perhatian dalam perawatan, selalu hijau, buni acap
dipilih sebagai tanaman penghias halaman yang luas. Jenis tertentu
Antidesma dapat mencapai diameter 1 meter, dan baru bercabang pada
ketinggian 10 meter.
Buni, mengutip dari situs tropical.theferns.info, mulai
berbuah 5 – 6 tahun jika ditanam dari biji, atau 2 – 3 tahun jika
ditanam dari cangkokan. Tumbuhan ini menyukai daerah panas, dataran
rendah hingga di daerah dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan
air laut, dengan pancaran sinar matahari penuh.
Di Filipina, tumbuhan ini dikategorikan spesies invasif.
Buku Rangkuman Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat, terbitan
Merapi Farma Herbal menyebutkan buni memiliki khasiat obat. Daun buni
dimanfaatkan untuk obat herbal penutup luka dan pelancar haid, sementara
buahnya yang matang berkhasiat untuk penambah ASI.
Di beberapa wilayah tertentu di Asia, seperti dikutip dari tropical.theferns.info, daunnya dimanfaatkan untuk obat digigit ular. Daun dan akarnya, dimanfaatkan untuk obat luka.
Beberapa peneliti melakukan peneliti an untuk menggali kandungan
senyawa buni. L Butkhup dan S Samappito dari Departemen Bioteknologi,
Fakultas Teknologi Universitas Mahasarakham Thailand, termasuk peneliti
yang aktif menggali potensi kandungan senyawa aktif buni. Dalam
penelitian yang dipublikasikan di Pakistan Journal of Biological Sciences 2008, keduanya mendapati kandungan flavonoid bunius adalah catechin, procyanidin B1, dan procyanidin B2.
Amalia dan Galih Nur Afnani dalam penelitian yang dimuat di Journal Food and Pharmaceutical Sciences (2013), melakukan tes stabilitas dan ekstraksi antosianin dari buni sebagai pewarna makanan alami alternatif yang aman.
Selain khasiat kandungan senyawanya, karena tahan hidup di daerah
panas, tumbuhan buni dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pioner dalam
kegiatan penghijauan di daerah gersang.
Sumber: satuharapan.com