Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MELAWAN PENGGUSURAN DENGAN PERKUSI DI BUKIT DURI

Rumah Sanggar Ciliwung turut dihancurkan dalam penggusuran di Bukit Duri. Mereka melawan dengan aksi teatrikal dan perkusi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta,  Teriakan macam meminta tolong kian bergema oleh puluhan anggota Sanggar Ciliwung. Suara alunan perkusi pun mengiringi setiap kali alat berat menghantam tembok rumah warga Kelurahan Bukit Duri.

Tangan-tangan sebagian dari mereka terus memukul alat musik. Ada jimbe, angklung, gitar, kaleng bekas, gentong plastik biru dan alat-alat perkusi bekas lainnya.

Tak ada suara nyanyian, hanya teriakan yang terlontar dari mulut. Iringan perkusi menyaingi gemuruh tembok-tembok rumah yang dihancurkan di RW 12 RT 008 Kelurahan Bukit Duri.

"Whuuuuuuu," teriak mereka di sepanjang jalan kecil Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (28/9).

Rumah Sanggar Ciliwung merupakan salah satu tempat yang digusur. Rumah ini berada berdampingan dengan sejumlah rumah warga di bantaran sungai.

Sanggar itu berdiri sejak 27 Agustus 2000. Berbagai program menyangkut budaya dan kesenian menjadi fokus. Seni tari dan seni musik menjadi andalan untuk berpartisipasi dengan warga.

Sedikit demi sedikit tembok rumah itu dihancurkan. Debu tebal menutupi sebagian rumah yang masih tersisa. Serpihan debu tak lantas membuat permainan perkusi itu selesai.

Tak peduli dengan himbauan Satuan Polisi Pamong Praja dan kepolisian, mereka tetap mengiringi penggusuran dengan suara musik yang mereka mainkan.


Sebagian anggota Sanggar Ciliwung berada di depan barisan. Mereka tak mengucapkan sepatah kata, hanya mata merah berlinang air mata yang mereka tunjukkan saat melihat rumah Sanggar itu dihancurkan.

Patung wayang golek Si Cepot yang ditempel di dinding depan rumah menjadi saksi bisu saat bagian rumahnya telah hancur berkeping-keping.

Perkusi Terus Bergema

Pukulan tangan terhadap alat musik semakin keras saat alat berat menghantam tembok rumah. Lagi, anggota Sanggar Ciliwung berteriak.

"Whuuuuuuu," teriak mereka.

Tak hanya ramai oleh Sanggar Ciliwung, warga pun berdesakan untuk melihat rumah mereka satu per satu hancur.

Iringan perkusi terus bergema saat pembongkaran masih dilakukan ke rumah warga lainnya.

Deni Damara (20), pemain perkusi, menuturkan iringan perkusi itu adalah sebagai lambang pemberontakan atas pembongkaran itu.

"Biar mereka sadar warga enggak akan berontak. Seni budaya berharga di Bukit Duri," kata Deni. 







Sumber: cnnindonesia.com