Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CIREBON POWER DRONG PLTU GUNAKAN TEKNOLOGI BATU BARA BERSIH

Heru Dewanto, Vice President Director PT Cirebon Electric Power (kanan) mendorong pemanfaatan teknologi batubara bersih dalam proyek 35 ribu MW agar masalah emisi gas buang tidak lagi memberikan citra buruk bagi PLTU di Indonesia. (Dok. Cirebon Electric Power).
Jakarta,  PT Cirebon Electric Power mendorong pemanfaatan batubara bersih untuk proyek berstatus Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam program 35 ribu Megawatt (MW) pemerintah.

Heru Dewanto, Vice President Director Cirebon Power menuturkan saat ini Indonesia memiliki lebih dari 5 ribu pembangkit listrik dengan kapasitas total 55 ribu MW. Namun, sebagian besar masih menggunakan teknologi subcritical yang masih banyak mengkonsumsi batubara, menghasilkan emisi gas buang tinggi, dan penanganan limbah PLTU yang seringkali belum memenuhi standar.

“Inilah yang menyebabkan PLTU yang digerakkan oleh batubara dinilai merusak lingkungan. Banyak yang mendorong peralihan ke energi terbarukan seperti yang dilakukan negara-negara lain, namun biaya pengembangannya lebih mahal empat kali lipat,” kata Heru, Selasa (27/9).

Untuk itu, Heru mendorong pemerintah untuk mensyaratkan penggunaan teknologi batubara bersih dalam proyek-proyek PLTU yang menjadi bagian dari program 35 ribu MW. Pasalnya, langkah tersebut telah dilakukan oleh negara-negara maju yang menegaskan dukungan mereka terhadap PLTU, selama menggunakan teknologi batubara bersih.

“Dengan teknologi batubara bersih, PLTU tidak seperti dulu lagi. Teknologi subcritical mulai ditinggalkan dan beralih ke teknologi ultracritical yang membuat PLTU bisa beroperasi dengan lebih efisien. Lebih sedikit konsumsi batubara, lebih sedikit emisinya,” jelasnya.

PLTU Cirebon berkapasitas 660 MW yang dikelola Cirebon Power sejak 2012, disebut Heru menjadi salah satu dari dua proyek PLTU di Indonesia yang menggunakan teknologi batubara bersih.

Ia menuturkan PLTU ini menghasilkan jumlah abu sisa pembakaran yang lebih sedikit, berkat fasilitas pembuangan dengan teknologi terkini.
“Seluruh abu sisa pembakaran yang dihasilkan, setiap hari dibawa ke pabrik semen terdekat untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Sehingga bak penampungan abu selalu dalam kondisi kosong,” katanya.

Agar debu batubara tidak merusak lingkungan, perusahaan juga memasang wind breaker setinggi 13 meter di sekitar area penampungan batubara. Sementara, menara pendingin dibangun agar air yang dibuang kembali ke laut tidak mengalami peningkatan suhu lebih dari 2 oC.

Atas inovasi pengolahan limbah PLTU yang dikelolanya tersebut, Cirebon Power diganjar penghargaan Coal Power Project of the Year dari Asian Power Awards di Seoul, Korea Selatan pada 21 September 2016 lalu.

“Dalam waktu dekat, kami tengah menyiapkan beroperasinya PLTU Cirebon unit 2 berkapasitas 1.000 MW di atas lahan milik pemerintah seluas 204 hektare. Kami tetap berkomitmen menjalankan kebijakan pengembangan energi yang berkesinambungan dalam proyek tersebut,” kata Heru. 
 
 
 
 
 
Sumber: cnnindonesia.com