Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BOM PANCI PRESO KEMBALI HANTUI AS

Sisa-sisa ledakan bom panci presto dalam serangan di ajang Boston Marathon tahun 2013 lalu. (Reuters/Dominick Reuter)
Jakarta,  Amerika Serikat diguncang bom pada akhir pekan, melukai puluhan orang. Dalam insiden kali ini, pelaku menggunakan bom panci presto, jenis peledak yang sebelumnya pernah meneror AS.

Ledakan terjadi di dua tempat di AS pada Sabtu lalu, New York dan New Jersey. Ledakan di New York melukai 29 orang, sementara New Jersey tidak memakan korban. Terjadi juga penikaman yang melukai sembilan orang dan menewaskan pelakunya di sebuah mal di Minessota.

Pelaku menggunakan jenis bom panci presto dalam serangan di New York, sedangkan di New Jersey adalah bom pipa. Bom panci presto lainnya ditemukan tidak jauh dari ledakan pertama di daerah Chelsea, Manhattan, New York.

Jenis bom yang sama digunakan oleh Tsarnaev bersaudara dalam serangan di Boston Marathon tahun 2013 silam. Dzhokhar dan Tamerlan Tsarnaev meledakkan dua bom panci presto di dekat garis finis lomba maraton tahunan tersebut, tiga orang tewas dan 260 lainnya terluka.

Bom jenis ini dibuat dengan memasukkan bahan peledak dan benda-benda tajam seperti paku, gotri, besi atau baut ke dalam panci presto. Ledakan dalam panci bertekanan tinggi ini berdampak mematikan, terutama karena benda-benda tajam yang berhamburan. Korban bisa tewas atau kehilangan anggota tubuh akibat serangan ini.

Selain di Boston, serangan dengan bom ini juga terjadi pada ledakan di stasiun kereta Mumbai, India, tahun 2006 lalu yang menewaskan 209 orang, di Stockholm, Swedia, tahun 2010 yang hanya menewaskan pelaku, dan upaya pengeboman yang gagal di Times Square, juga di tahun 2010.

Bom jenis ini dipilih karena mudah membuatnya, namun daya ledaknya mematikan. Kelompok teroris seperti ISIS dan al-Qaidah telah sejak lama menyerukan simpatisannya membuat peledak panci presto, dan menggunakannya untuk menyerang Barat.

Bahan-bahannya bom ini mudah didapatkan dan tidak akan menarik perhatian aparat. Perlakuan yang sama juga berlaku untuk bom pipa.

Dalam beberapa kasus yang jarang, pelaku teror menggunakan peledak yang lebih rumit. Seperti dalam kasus bom London yang menewaskan 52 orang dan melukai hampir 1.000 lainnya pada 7 Juli 2005. Namun bom berbahan dasar hidrogen peroksida ini butuh keahlian khusus untuk membuatnya, seperti dipaparkan oleh Sky News.

Peledak lain yang bisa dibuat dengan bahan sehari-sehari adalah bom pupuk amonium nitrat. Berbagai negara kini memperketat penjualan pupuk jenis ini dan mengawasi lekat para pembelinya.

Kelompok teroris menyerukan para pengikutnya untuk melakukan serangan dengan cara yang termudah, namun berdampak mematikan atau setidaknya menebar ketakutan.

Saat ini aparat di AS masih mencari pelaku dan motif ledakan di New York dan New Jersey. 
 
 
 
 
 
Sumber: cnnindonesia.com