ASTRONOM UNGKAP ALASAN DI BALIK DUGAAN JATUHNYA PUING ROKET FALCON 9 DI SUMENEP
![]() |
Lintasan Falcon 9 pada Senin (26/9/2016) |
Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) menyatakan bahwa benda misterius yang jatuh di Sumenep,
Madura, pada Senin (26/9/2016), mungkin merupakan sampah antariksa.
Diduga kuat, obyek yang jatuh itu adalah puing roket Falcon 9 yang
bertugas mengantar satelit JCSAT-16 ke antariksa pada 14 Agustus 2016.
Analisis lebih lanjut oleh LAPAN dan astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengungkap sejumlah faktor yang semakin menguatkan dugaan tersebut.
Analisis lebih lanjut oleh LAPAN dan astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengungkap sejumlah faktor yang semakin menguatkan dugaan tersebut.
Thomas mengatakan, obyek yang jatuh dalam katalog sampah antariksa
yang dikembangkan North American Aerospace Defence Command (NORAD) punya
nomor 41730. Obyek dengan nomor tersebut melintasi wilayah sekitar
Madura Senin sekitar pukul 9.21 WIB.
Sementara itu, Marufin menyebut bahwa berdasarkan perhitungan Joseph
Remis, puing Falcon 9 akan jatuh pada 26 September 2016 pukul 9.10 WIB
plus minus 4 jam.
Melihat waktu jatuhnya obyek misterius di Sumenep, fakta bahwa obyek
41730 melintas sekitar Madura, serta prediksi jatuh yang berdekatan,
maka besar kemungkinan benda yang jatuh memang sampah dari Falcon 9.
Ma'rufin menambahkan faktor ketinggian orbit obyek 41730 yang semakin lama semakin rendah.
Pada 17 Agustus 2016, orbitnya 184 km x 35.912 km (baca : orbit
lonjong dengan titik terdekat 184 km dan titik terjauh 35.912 km).
Sementara pada 20 September 2016 TU lalu orbitnya sudah berubah dramatis
menjadi 96 km x 6.448 km.
"Lima hari kemudian orbitnya berubah dramatis kembali menjadi 105 km x
1.145 km. Semua ini merupakan pertanda bahwa roket bekas itu akan
segera jatuh kembali ke Bumi," kata Ma'rufin dalam tulisan yang diunggah
di blog-nya, Selasa (27/9/2016) dini hari.
Lantas, bagian Falcon 9 manakah yang mungkin jatuh di Sumenep?
Menurut Thomas, benda misterius yang jatuh diduga tingkat dua Falcon 9.
Falcon 9 merupakan roket dua tingkat. Saat membantu sebuah peluncuran
satelit, tingkat pertama roket akan mendorong muatan ke ketinggian 150 -
300 kilometer dari permukaan bumi. Pada roket kontemporer, tingkat
pertama ini akan kembali lagi mendarat di bumi dan bisa digunakan untuk
peluncuran satelit lainnya.
Sementara itu, tingkat dua roket atau upperstage akan mengantarkan muatan ke ketinggian orbit, sekitar 35.000 kilometer dari permukaan bumi. Bagian roket itu tidak akan mendarat kembali ke bumi tetapi tertinggal sebagai sampah antariksa.
Sementara itu, tingkat dua roket atau upperstage akan mengantarkan muatan ke ketinggian orbit, sekitar 35.000 kilometer dari permukaan bumi. Bagian roket itu tidak akan mendarat kembali ke bumi tetapi tertinggal sebagai sampah antariksa.
Tingkat dua roket terdiri dari bahan bakar cair berupa minyak tanah
yang diolah khusus sebagai Rocket Propellant-1 (RP-1). "Jadi yang jatuh
di Sumenep diduga tangki bahan bakar dari roket," katanya.
Sebagian tangki bahan bakar mungkin telah terbakar saat memasuki atmosfer. Bagian yang jatuh mungkin terbuat dari material komposit sehingga lebih tahan saat bergesekan dengan atmosfer. "Mungkin komposit yang lebih kuat, hanya sejenis dengan komposit karbon," kata Thomas.
Dari foto, benda misterius yang jatuh di Sumenep sangat mirip dengan tangki bahan bakar Falcpn 9. Namun, Thomas mengatakan, pihaknya masih perlu menganalisis untuk memastikan. Saat ini, pemeriksa dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) ditugaskan untuk mengamankan benda tersebut untuk dianalisis.
Sebagian tangki bahan bakar mungkin telah terbakar saat memasuki atmosfer. Bagian yang jatuh mungkin terbuat dari material komposit sehingga lebih tahan saat bergesekan dengan atmosfer. "Mungkin komposit yang lebih kuat, hanya sejenis dengan komposit karbon," kata Thomas.
Dari foto, benda misterius yang jatuh di Sumenep sangat mirip dengan tangki bahan bakar Falcpn 9. Namun, Thomas mengatakan, pihaknya masih perlu menganalisis untuk memastikan. Saat ini, pemeriksa dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) ditugaskan untuk mengamankan benda tersebut untuk dianalisis.
Sumber : kompas.com