MINTA TIRU PRESIDEN FILIPINA, HARIS AZHAR, TANTANG BNN UNGKAP 'PELABUHAN TIKUS" DAN NAMA GEMBONG NARKOBA
Koordinator Kontras, Haris Azhar di Kantor Kontras, Senen, Jakarta, Minggu (19/6/2016). |
JAKARTA, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan, Haris Azhar berharap, agar Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat memanfaatkan besarnya jumlah penduduk Indonesia di dalam upaya pemberantasan narkoba.
Salah satunya, dengan membuka informasi jalur “pelabuhan tikus” dan identitas bandar narkoba besar yang masih berkeliaran.
“Dengan momentum apa yang terjadi di Filipina, saya mau mengajak BNN. Berani enggak BNN
buka di mana saja lokasi pelabuhan tikus yang biasa digunakan sebagai
lokasi penyelundupan narkoba,” kata Haris di Kantor Seknas Peradi, Senin
(8/8/2016).
“Rakyat Indonesia itu jumlahnya lebih dari 240 juta orang. Ajak dong berpartisipasi untuk membongkar pelabuhan itu,” lanjut dia.
Selain itu, Haris menilai, BNN selama ini masih kurang transparan di dalam upaya pemberantasan narkoba. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus, BNN kerap mengungkap adanya narkoba jenis baru yang diperoleh dari hasil penangkapan seorang bandar.
Namun, lanjut dia, BNN
tidak pernah mengungkap secara gamblang, bagaimana dan dari mana jalur
masuk narkoba itu. Selain itu, juga tidak diungkap siapa saja pihak yang
menjadi penyuplai narkoba tersebut.
“Meski masih dalam tahap pengejaran, setidaknya bisa diungkap siapa
gembongnya, bagaimana ciri-cirinya. Sehingga, kita bisa juga membantu,”
kata dia.
Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte berencana
memublikasikan nama-nama pejabat negara yang terlibat dalam perdagangan
narkotika. Meski demikian, pemerintah Filipina memberi kesempatan kepada
para pejabat yang namanya dipublikasikan untuk membersihkan nama
mereka.
"Demi Tuhan, kalian akan terkejut melihat daftar itu. Presiden akasn
membeberkan nama 27 politisi lokal itu dalam waktu dekat," kata Salvador
Panelo, penasihat hukum Duterte dua hari lalu.
Bulan lalu, Presiden Duterte menyebut lima jenderal polisi terlibat
dalam peredaran narkoba di Filipina. Kelima jenderal itu, tiga di
antaranya masih aktif berdinas, membantah semua tuduhan yang dilontarkan
Duterte.
Kepolisian Filipina mengatakan, sejak Duterte berkuasa setidaknya 400
tersangka pengedar narkotika tewas. Di sisi lain, 4.500 orang ditahan
dan 585.805 orang lainnya menyerah. Namun, angka ini belum mencakup
tersangka pengedar yang tewas dibunuh kelompok-kelompok massa
non-kepolisian.