HARIS AZHAR BEBERKAN ALASANNYA UNGKAP PENGAKUAN FREDDY BUDIMAN
Jakarta - Haris Azhar yang juga Koordinator KontraS mengungkapkan
alasannya menulis pengakuan Freddy Budiman terkait keterlibatan oknum
penegak hukum. Dia melakukan itu, melepas informasi ke publik karena
tahu hanya publik yang bisa mengontrol negara. Saat itu Freddy jelang
dieksekusi mati.
"Saya bukan bicara setelah FB meninggal. Saya merilis 4 jam sebelum FB meninggal," jelas Haris dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (9/8/2016).
"Publik juga banyak bertanya kenapa dilakukan pada waktu itu. Sementara negara ada dilema. Saya merilis ke publik sebagai pilihan terakhir. Karena saya tahu ada kekuatan publik yang bisa mengontrol negara juga," tambah dia.
Haris mengaku, dia sebenarnya sudah mencoba membangun komunikasi dan memberi informasi. Tetapi tidak mendapat respons hingga akhirnya dia melepas informasi ke publik.
"Ketika tidak dapat respons, saya coba tunggu waktu yang tepat. Waktu yang tepat itu, saya bilang, ya sudah tunggu di detik terakhir.
"Saya bukan bicara setelah FB meninggal. Saya merilis 4 jam sebelum FB meninggal," jelas Haris dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (9/8/2016).
"Publik juga banyak bertanya kenapa dilakukan pada waktu itu. Sementara negara ada dilema. Saya merilis ke publik sebagai pilihan terakhir. Karena saya tahu ada kekuatan publik yang bisa mengontrol negara juga," tambah dia.
Haris mengaku, dia sebenarnya sudah mencoba membangun komunikasi dan memberi informasi. Tetapi tidak mendapat respons hingga akhirnya dia melepas informasi ke publik.
"Ketika tidak dapat respons, saya coba tunggu waktu yang tepat. Waktu yang tepat itu, saya bilang, ya sudah tunggu di detik terakhir.
Detik terakhir itu, ketika namanya masuk dalam daftar, dan
jadwal eksekusinya sudah keluar, itu waktu yang paling tepat. Karena
kalau tidak begitu, pemerintah tidak aware.
Makanya, begitu namanya
sudah keluar, eksekusinya sudah ada jadwalnya, makanya saya omongin.
Bahkan sedikit sebelum ada kepastian," tegas dia.
"Kepastian kan selasa pagi. Selasa sore saya kasih kabar ke Johan Budi. Kenapa saya ke JB, bukan ke presiden dan yang lain-lain? Jujur saja saya tidak punya problem dengan polisi untuk komunikasi. Saya tidak punya problem komunikasi dengan Mabes Polri," tambah dia.
Menurutnya, keputusan level eksekusi sudah berada di tangan presiden, bukan ke polisi atau Mabes TNI.
"Makanya saya ngomong ke presiden, apalagi presiden. Apalagi presiden diasumsikan dapat laporan terus menerus terkait laporan perkembangan dari kejaksaan terkait eksekusi. Itu yang saya cukup kecewa. Saya ngomng hari senin.
"Kepastian kan selasa pagi. Selasa sore saya kasih kabar ke Johan Budi. Kenapa saya ke JB, bukan ke presiden dan yang lain-lain? Jujur saja saya tidak punya problem dengan polisi untuk komunikasi. Saya tidak punya problem komunikasi dengan Mabes Polri," tambah dia.
Menurutnya, keputusan level eksekusi sudah berada di tangan presiden, bukan ke polisi atau Mabes TNI.
"Makanya saya ngomong ke presiden, apalagi presiden. Apalagi presiden diasumsikan dapat laporan terus menerus terkait laporan perkembangan dari kejaksaan terkait eksekusi. Itu yang saya cukup kecewa. Saya ngomng hari senin.
Hingga kamis tidak ada perkembangan. Begitu tidak ada
perkembangan dari presiden, maka saya putuskan untuk rilis tulisan,"
tutur dia.
"Begitu disebar, sejam kemudian, Pak Slamet Pribadi menghubungi saya. Artinya kalau ada kemauan dan keberanian, bisa dicegah dalam rangka menggali informasi lebih lanjut.
"Begitu disebar, sejam kemudian, Pak Slamet Pribadi menghubungi saya. Artinya kalau ada kemauan dan keberanian, bisa dicegah dalam rangka menggali informasi lebih lanjut.
Menggali informasi dari
FB kan bukan berarti menghilangkan hukuman mati baginya. Jadi jangan
salah kaprah juga," tegas dia.
Sumber: detik.com