DUA REMAJA SEMARANG UBAH KULIT SINGKONG JADI INTERIOR PESAWAT
![]() |
Kulit singkong dan serat kulit pisang yang dipungut Suprihatin dan Raafi Jaya dari limbah untuk bahan eksperimennya. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina) |
Jakarta,
Raafi dan Atin berhasil menyabet medali emas di
ajang kompetisi penemuan ilmiah di Georgia, Eropa Timur, pada April lalu
berkat inovasi yang bermodalkan limbah kulit singkong.
Duet remaja asal Semarang tersebut berhasil melahirkan temuan bahan baku interior pesawat dari komposit kulit singkong dan serat kulit pisang. Otak di balik temuan ini adalah Raafi Jaya Sutrisna (Raafi) dan Suprihatin (Atin). Keduanya masih belia, yakni 17 tahun.
Berangkat dari menumpuknya limbah singkong dan batang pisang di lingkungan tempat tinggalnya, Raafi dan Atin awalnya merasa terganggu. Keduanya lalu mencari cara agar limbah tersebut bisa bermanfaat dan didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih berguna.
"Bayangkan saja, limbah singkong dan batang pisang bisa mencapai 10 ton per bulan di kabupaten Pati," kisah Raafi saat dijumpai sejumlah awak media di Jakarta, Jumat (19/8).
Dia menyambung, "dari situ kami coba melakukan penelitian dengan membaca berbagai jurnal ilmiah online mengenai manfaat limbah singkong dan pisang."
Raafi bersama Atin kemudian mulai bereksperimen mengolah bahan tersebut menjadi karbon aktif kulit singkong dan serat batang pisang untuk membentuk komposit.
Duet remaja asal Semarang tersebut berhasil melahirkan temuan bahan baku interior pesawat dari komposit kulit singkong dan serat kulit pisang. Otak di balik temuan ini adalah Raafi Jaya Sutrisna (Raafi) dan Suprihatin (Atin). Keduanya masih belia, yakni 17 tahun.
Berangkat dari menumpuknya limbah singkong dan batang pisang di lingkungan tempat tinggalnya, Raafi dan Atin awalnya merasa terganggu. Keduanya lalu mencari cara agar limbah tersebut bisa bermanfaat dan didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih berguna.
"Bayangkan saja, limbah singkong dan batang pisang bisa mencapai 10 ton per bulan di kabupaten Pati," kisah Raafi saat dijumpai sejumlah awak media di Jakarta, Jumat (19/8).
Dia menyambung, "dari situ kami coba melakukan penelitian dengan membaca berbagai jurnal ilmiah online mengenai manfaat limbah singkong dan pisang."
Raafi bersama Atin kemudian mulai bereksperimen mengolah bahan tersebut menjadi karbon aktif kulit singkong dan serat batang pisang untuk membentuk komposit.
Diakui Atin, mereka menghabiskan waktu riset selama satu tahun dari
Februari 2015. Di tengah proses uji coba, Atin dan Raafi mengaku kendala
utama yang mereka hadapi adalah pembuatan kompositnya.
"Kami mengaduknya secara manual, lalu nanti akan muncul void yang menyebabkan kekuatan tariknya menurun. Lalu kami pakai mesin yang dirancang sendiri secara pelan-pelan untuk meminimalisir void itu," terang Raafi yang kini sudah tercatat sebagai mahasiswa jurusan Teknik Kimia di Universitas Diponegoro.
Kemudian proses pengambilan serat juga dianggap sulit, karena prosesnya juga manual menggunakan tangan. Mereka mengendapkannya selama 10 hari sebelum akhirnya bisa dilanjutkan ke tahap percetakan.
"Kami mengaduknya secara manual, lalu nanti akan muncul void yang menyebabkan kekuatan tariknya menurun. Lalu kami pakai mesin yang dirancang sendiri secara pelan-pelan untuk meminimalisir void itu," terang Raafi yang kini sudah tercatat sebagai mahasiswa jurusan Teknik Kimia di Universitas Diponegoro.
Kemudian proses pengambilan serat juga dianggap sulit, karena prosesnya juga manual menggunakan tangan. Mereka mengendapkannya selama 10 hari sebelum akhirnya bisa dilanjutkan ke tahap percetakan.
Setelah berhasil Atin dan Raafi memutuskan untuk mengikuti
serangkaian lomba kelas nasional seperti Indonesian Science Project
Olympiad (ISPO) hingga internasional yaitu International Young Inventors
Project Olympiad (YIPO) yang memberi keduanya medali emas.
Bisa jadi Interior Pesawat dan Bumper Mobil
Hasil komposit kulit singkong dan pelepah pisang tersebut dikatakan Raafi dan Atin bisa menjadi bahan baku pesawat terbang seperti interior, bahkan bumper untuk mobil karena memiliki daya tahan baik.
Bagi Atin, temuannya itu mengandung nilai tambah yang patut diperhitungkan. Melihat dari bahan dasarnya saja sudah pasti membuat inovasi kompositnya itu bersifat eco-friendly alias ramah lingkungan.
"Barang-barang baku masih impor sampai sekarang. Mengapa harus dari luar negeri jika kita bisa membuatnya sendiri?" kata Atin.
Bisa jadi Interior Pesawat dan Bumper Mobil
Hasil komposit kulit singkong dan pelepah pisang tersebut dikatakan Raafi dan Atin bisa menjadi bahan baku pesawat terbang seperti interior, bahkan bumper untuk mobil karena memiliki daya tahan baik.
Bagi Atin, temuannya itu mengandung nilai tambah yang patut diperhitungkan. Melihat dari bahan dasarnya saja sudah pasti membuat inovasi kompositnya itu bersifat eco-friendly alias ramah lingkungan.
"Barang-barang baku masih impor sampai sekarang. Mengapa harus dari luar negeri jika kita bisa membuatnya sendiri?" kata Atin.
Raafi berkata temuannya itu juga anti api sehingga tidak mudah
terbakar. Hal tersebut dianggap penting bagi industri otomotif yang
memang menjadi fokus utamanya. Keduanya berharap inovasi yang mereka
kembangkan bisa betul-betul diaplikasikan ke industri.
Raafi menambahkan, meski pihak pemerintah belum 'mencoleknya' untuk berdiskusi lebih lanjut soal temuannya itu, dia mengaku sudah ada perusahaan yang tertarik. Namun Raafi dan Atin merasa mereka masih di tahap yang sangat awal, sehingga keduanya masih ingin mengembangkannya agar lebih sempurna.
Raafi menambahkan, meski pihak pemerintah belum 'mencoleknya' untuk berdiskusi lebih lanjut soal temuannya itu, dia mengaku sudah ada perusahaan yang tertarik. Namun Raafi dan Atin merasa mereka masih di tahap yang sangat awal, sehingga keduanya masih ingin mengembangkannya agar lebih sempurna.
Sumber: cnnindonesia.com