Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AIRNAV SORONG AKAN GUNAKAN MOBILE TOWER PERTAMA DI INDONESIA

Mobile tower AirNav Sorong direncanakan akan beroperasi selama renovasi tower utama ATC di Bandara Domine Eduard Osok, Sorong berlangsung.

Jakarta -- Bandar udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong tengah menyelesaikan proyek perpanjangan landasan pacu, setelah diresmikan mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, pada bulan April lalu.

Tak hanya landasan pacu, bandara Sorong juga tengah membenahi sistem navigasinya, yakni dengan merenovasi tower air traffic control (ATC).

Penanggung jawab Airnav Indonesia Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan (KPNP) Kota Sorong, Hadi Mulya mengatakan, renovasi kabin tower dilakukan lantaran struktur bangunan yang banyak mengalami keretakan usai gempa tahun lalu.

"Mobile tower dari cabang Jayapura rencananya akan difungsikan untuk pemberian pelayanan terkait lalu lintas penerbangan," ujar Hadi di kantornya, Sorong, Rabu (24/8).

Hadi menjelaskan, pengoperasian mobile tower untuk mengantisipasi gangguan saat proses renovasi tower. Hal ini agar panduan navigasi lalu lintas pesawat dapat berjalan lancar.

Pengoperasian mobile tower, kata Hadi, masih menunggu tim manajemen keamanan dari Jayapura. Jika jadi dioperasikan, bandara Sorong nantinya akan menjadi bandara pertama di Indonesia yang menggunakan mobile tower.

"Kalau memang mobile tower bisa untuk pelayanan, kita akan lakukan pemindahan dari tower ke mobile tower. Mobile tower ini jadi yang pertama di Indonesia," ujarnya.

Secara statistik, AirNav KPNP Sorong telah melayani pergerakan pesawat rata-rata 45-50 per hari. Total pergerakan pesawat yang mereka layani dari bulan Januari-Juni 2016, sebanyak 7.691.

Saat ini, tower ATC yang sedang direnovasi masih digunakan. Mobile tower sendiri, masih terparkir tak jauh dari tower utama.

Secara ukuran, mobile tower tidak sebesar tower ATC utama. Ruangan yang berdiri dengan topangan truk tersebut, hanya dapat diisi hingga empat orang. Namun, fasilitas di dalamnya tak jauh berbeda dengan tower ATC utama.

Selain tower, Hadi berkata, pihaknya sedang mengupayakan peningkatan fasilitas navigasi bandara tersebut, yakni peremajaan alat navigasi bernama instrument landing system (ILS).

Walaupun, peningkatan fasilitas ILS itu disebut masih menunggu penyelesaian landasan pacu yang rencananya akan diperpanjang hingga 2500 meter.

"Proses ILS masih lelang, mudah-mudahan tahun ini selesai, dan 2017 awal bisa dipakai untuk perpanjangan runway," kata Hadi.

ILS, kata Hadi, berfungsi membantu pilot untuk mendaratkan pesawat. Dengan ILS, pilot akan lebih mudah mendaratkan pesawat secara presisi, dan tower air traffic controller (ATC) juga turut terbantu.

Selama proses pembangunan, Bandara Sorong, kata Hadi, mengandalkan precision approach indicator (PAPI). Namun, alat tersebut tidak bisa membantu pendaratan pesawat jika terjadi cuaca buruk.

"Jadi, pada saat cuaca buruk hanya mengandalkan visual (lihat lampu di daratan), kalau tidak lihat bisa langsung go round. Kalau ada ILS bisa dipandu mendarat sampai berhasil," kata Hadi.

Namun, menurut Hadi, kondisi bandara Sorong tidak memiliki banyak hambatan yang menghalangi pesawat untuk mendarat, seperti gunung atau lembah. Hal ini karena didukung oleh letak geografis bandara yang dekat dengan laut.

Bandara Sorong yang kini baru memiliki landasan pacu sepanjang 2100 meter, baru bisa didarati pesawat reguler jenis Boeing 737, yang biasanya digunakan maskapai Express Air, Garuda Indonesia, Nam Air, dan Sriwijaya Air, Travira, dan Wings Air.

Sementara, untuk penerbangan perintis, dilayani maskapai Susi Air dengan tujuan Kambuaya, Inawatan, Teminabuan, Marinda/Wasai, dan Ayawasai. 





Sumber :cnnindonesia.com