PALA, REMPAH ASLI INDONESIA MULTIKHASIAT
![]() |
Pala (Myristica fragrans, Houtt.) |
Nama pala tidak
asing lagi terdengar di telinga. Pala menjadi salah satu komoditi yang
luar biasa pada awal abad ke-16. Rempah-rempah kekayaan alam Nusantara
ini bahkan menjadi salah satu penyebab awal mula penjajah asing masuk ke
bumi Nusantara ini.
Nilai ekonomi yang tinggi sebagai rempah-rempah juga menyebabkan buah
dan biji pala menjadi komoditi perdagangan penting sejak masa Romawi.
Meskipun sekarang banyak negara penghasil pala selain Indonesia, pala
dari Banda di Kepulauan Maluku tetap yang terbaik di dunia.
Daging buah pala diolah menjadi penganan, manisan contohnya, baik kering ataupun basah, juga menjadi sirop.
Selain daging buah, biji pala juga kaya manfaat, sangat aromatik, dan
menimbulkan rasa hangat. Biji pala cepat kehilangan keharumannya jika
digiling, sehingga cukup memarut secukupnya sebelum menggunakannya.
Ampasnya keras, hampir seperti kayu, dan sangat asam.
Di Indonesia, biji pala digunakan untuk membuat selai lezat beraroma
sedap. Di negara-negara Arab, Iran, dan India di wilayah utara, pala
terdapat dalam hidangan daging berempah yang lembut. Dalam tradisi
masakan Barat, rempah ini digunakan untuk saus bechamel, kue, biskuit,
rebusan buah, dan keju. Kombinasi bayam dan biji pala populer di Italia
untuk pasta, seperti ravioli. Orang Belanda menggunakannya untuk
mengolah daging, membumbui sup, membumbui rebusan, saus, juga kubis,
kentang, dan sayuran lain.
Selain dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dapur, minyak biji pala
juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. Menurut JW Purseglove,
Eb Brown, dan SL Green, tanaman pala adalah tanaman rempah asli
Kepulauan Maluku, Pulau Banda, dan Semenanjung Malaya. Pala
dibudidayakan di Indonesia dan kawasan Hindia Barat.
Pala yang menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Myristica fragrans,
Houtt., juga memiliki nama lain yakni mace (Inggris), basbas (Arab),
rou dou kou (Tiongkok), foelie (Belanda), fleur de muscade (Prancis),
bicuiba (Portugis). Warga di Tanah Melayu menyebutnya pala, sementara di
Banda, pala juga dikenal dengan nama pahalo, paala, paala bibinek.
Pala Indonesia Memiliki Aroma Khas
Pala, menurut ditjenbun.pertanian.go.id adalah tumbuhan
pohon dengan tampilan tajuk berbentuk piramida atau silindris dengan
tinggi 10-20 m. Percabangannya relatif teratur.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious), sehingga dikenal pohon jantan
dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing, dan berwarna hijau
mengkilap dan gelap.
Bunganya, mempunyai kelopak dan mahkota yang berbeda, berwarna
kuning. Mahkota bunga betina bersatu mulai dari bagian pangkal dan pada
bagian atas terbuka menjadi dua bagian yang sistematis.
Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging,
dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya.
Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat
terbungkus fuli berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji
berwarna cokelat dan mengkilat pada bagian luarnya, kernel bijinya
berwarna keputih-putihan. Fulinya warna merah gelap, ada pula yang putih
kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari
fulinya. Pengeringan memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian
dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji
digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual
sebagai pala. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14 persen.
Saat ini pala tersebar di banyak daerah di Indonesia. Selain Maluku,
juga Minahasa, Jawa Tengah, Sulawesi, Sumatera, dan Papua. Menurut
Achmad Bachmid, sampai saat ini diperkirakan 85 persen kebutuhan pala di
pasaran dunia berasal dari Indonesia. Sisanya dipenuhi dari negara lain
seperti Grenada, India, Sri Lanka, dan Papua Nugini.
Pala jenis Myristica fragans kini juga banyak dibudidayakan di Aceh Selatan, seperti dikutip dari situs nad.litbang.pertanian.go.id.
Pala jenis ini memiliki kualitas ekonomi lebih tinggi dan harga jual
lebih mahal di pasaran internasional. Data dari Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Aceh Selatan menyebutkan pada tahun 2001 Aceh Selatan
mampu menghasilkan 4.937 ton pala dengan devisa sedikitnya Rp 6,5
miliar.
Menurut Sunanto, hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasaran
dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak
tinggi. Selain dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai
ekonomis, tanaman ini juga multiguna. Setiap bagian tanaman, mulai dari
daging, biji, hingga tempurung pala dapat dimanfaatkan untuk industri
makanan, minuman, maupun kosmetika.
Khasiat Pala
Biji buah pala mengandung minyak atsiri, saponin, miristisin, enzim
lipase, pektin, lemonena, asam oleanolat, pentosan, dan furfural. Biji
pala mengandung sekitar 10 persen minyak esensial, yang sebagian besar
tersusun atas terpena hidrokarbon, turunan terpena, dan fenilpropanoid.
Hampir seluruh bagian dari buah pala mengandung senyawa kimia
bermanfaat. Beberapa manfaat buah pala antara lain mengobati susah
tidur, mengobati masuk angin, melancarkan pencernaan dan meningkatkan
selera makan, karminatif (memperlancar buang angin), meringankan nyeri
haid, mengobati rematik serta mengatasi rasa mual seperti mau muntah.
Senyawa kimia dalam pala bisa menghilangkan insomnia tidur yang tidak
berkualitas.
Buah pala juga memiliki sifat antiemetik. Antiemetik tersebut
bermanfaat untuk menghilangkan mual dan muntah, dan cocok sekali untuk
orang yang mudah mabuk kendaraan. Buah pala mengandung zat saponin yang
bermanfaat untuk meredakan dan menurunkan asam lambung di dalam tubuh.
Dr Keri Lestari MSi Apt dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Bandung, melalui penelitiannya, berhasil membuat obat antidiabetes dari
ekstrak biji pala. Di dalam penelitian yang dilaksanakan bekerja sama
dengan Yonsei University Korea itu, ditemukan aktivitas ekstrak biji
pala berpotensi untuk penyakit diabetes.
Pada tahun 2010 Keri mendapatkan hak paten atas pembuatan dan
penggunaan ekstrak biji pala sebagai anti hiperglikemik, untuk obat
antidiabetes pada pasien diabetes tipe 2. Pada tahun 2012, Keri
mendapatkan hak paten atas sediaan bahan untuk obat antidislipidemik
menggunakan ekstrak biji pala dan metode pembuatannya.
Sumber :satuharapan.com