MENGAPA ISIS MELAKUKAN PEMBOMAN SAAT RAMADAN?
![]() |
Sudah lebih lebih 300 orang tewas karena serangan ini dari Orlando ke Dhaka sampai Istanbul. |
Lebih dari 160
orang diketahui meninggal karena serangan di Baghdad, Irak, pada Minggu
(03/07). Ini hanyalah satu dari delapan serangan berbeda yang diyakini
dilakukan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS dalam
sebulan ini, saat Ramadan.
Secara keseluruhan, sudah lebih 300 orang tewas karena serangan serupa mulai dari Orlando, Dhaka sampai Istambul.
Ramadan
secara tradisional dipandang sebagai bulan paling suci dan spiritual
pada kalendar Islam, saatnya penebusan dosa dan pengendalian diri.
Selama 30 hari, Muslim tidak minum dan tidak makan selama
matahari terbit dengan keyakinan Allah paling banyak memberikan
pengampunan pada saat ini.
Masjid lebih penuh daripada umumnya, biasanya sesak jamaah yang ingin mendapatkan pengampunan dan restu.
Bersamaan
dengan kesucian ini, terdapat juga pandangan kelompok radikal yang
memperlakukan Ramadan sebagai bulan untuk 'menguasai dan menjarah'.
Mereka
meyakini ini adalah waktunya untuk menggandakan perang melawan
peradaban dan karenanya mereka melakukan lebih banyak serangan dari pada
biasanya.
Dan memang kelompok resmi al-Qaida di Suriah, Front
Nusra, baru-baru ini memang menggambarkannya sebagai 'bulan untuk
menguasai'.
Saat Ramadan mendekat, juru bicara ISIS, Abu Mohammed
al-Adnani, mengatakan kepada para pendukungnya di dunia, "Bersiap, siap
untuk menjadikannya bulan kehancuran di manapun bagi orang yang tidak
percaya ... terutama para pejuang dan pendukung khalifah di Eropa dan
Amerika."
Ini adalah panggilan yang membangunkan pejuang tunggal
seperti Omar Mateen, yang membunuh 49 orang di bar homoseksual di
Orlando, Florida, setelah menyatakan dukungan kepada Abu Bakr
al-Baghdadi, yang mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin di Suriah
dan Irak.
'Jalan Allah'
![]() |
Omar Mateen membunuh 49 orang di bar gay di Orlando, Florida, setelah menyatakan dukungan kepada Abu Bakr al-Baghdadi. |
Keyakinan bahwa Ramadan adalah bulan peperangan berasal dari sejarah Islam sendiri.
Nabi Muhammad melakukan jihad pertamanya, yang dikenal dengan nama Perang Badr, saat Ramadan pada tahun 624.
Delapan
tahun kemudian Nabi juga menguasai Mekkah saat bulan Ramadan, menguasai
kota yang memiliki tempat paling suci Islam saat ini, Ka'bah.
Abdullah
Azzam, yang seringkali dipandang 'pimpinan jihad modern' karena dia
memimpin pejuang asing Arab yang pertama pada tahun 1980-an, mengatakan
'tidak memperhatikan jihad sama seperti tidak berpuasa dan sembahyang'.
Dia
kemudian menulis, "Jihad adalah bentuk doa yang paling baik dan dengan
cara ini Muslim dapat mencapai tingkatan tertinggi (surga)."
Pemahaman ekstremis
Muslim pada umumnya sedih dengan pemahaman jihad seperti ini dan kaitannya dengan Ramadan.
Bagi
mereka, ini adalah bulan untuk menahan diri dan mengkaji diri, tetapi
seperti inilah krisis yang dialami Islam modern bahwa bagi pemahaman
ekstremisme, pemikiran yang sama nyaris benar-benar terpisah dari
pemahaman normatif.
Menurut pemikiran radikal, jika penambahan doa dan amal didorong saat Ramadan, mengapa tidak meningkatkan pertumpahan darah?
Jika dipandang seperti ini dan Anda pasti bisa memahami cara berpikir yang menyebabkan besarnya korban meninggal tahun ini.
Shiraz
Maher adalah anggota Department of War Studies, King's College London
dan Wakil Direktur International Centre for the Study of Radicalisation. Dia menulis buku Salafi-Jihadism: The History of an Idea. Anda bisa mengikutinya di @ShirazMaher.
Sumber: bbc.com