Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SURVEI: WARGA SKOTLANDIA TAK INGIN REFERENDUM KEMERDEKAAN

Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon menegaskan bahwa Skotlandia akan melakukan apa pun untuk tetap berada di Uni Eropa, termasuk berpotensi menghalangi proses hukum keluarnya Inggris dari Uni Eropa. (Reuters/Russell Cheyne)
Jakarta,  Jajak pendapat yang digelar lembaga survei The Survation menunjukkan bahwa warga Skotlandia tak ingin ada referendum kemerdekaan kedua, menyusul keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Hasil survei ini bertentangan dengan seruan Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon yang memerintahkan pejabatnya untuk kembali menyusun rencana referendum kemerdekaan dari Inggris agar tetap menjadi bagian dari UE.
Hasil jajak pendapat yang dipublikasikan Reuters pada Minggu (26/6) menunjukkan 44,7 persen warga Skotlandia menyatakan bahwa referendum kemerdekaan kedua tak perlu dilakukan menyusul Brexit. Hanya 41,9 persen suara yang mendukung diadakannya kembali referendum.

Referendum kemerdekaan Skotlandia pertama kali digelar pada September 2014 dengan hasil 55 persen warga Skotlandia menolak merdeka dari Inggris.

Potensi digelarnya kembali referendum kemerdekaan Skotlandia mengemuka menyusul keputusan Inggris untuk hengkang dari UE pekan lalu. Pasalnya, hasil referendum itu juga menunjukkan bahwa sebagian besar warga Skotlandia ingin Inggris tetap berada dalam blok 28 negara Eropa itu.

Referendum kemerdekaan juga menguat ketika Sturgeon menilai hal itu "sangat mungkin" terjadi dan menegaskan bahwa Skotlandia akan melakukan apa pun untuk tetap berada di Uni Eropa, termasuk berpotensi menghalangi proses hukum keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Jajak pendapat yang diadakan Daily Record dan Daily Mirror sejak 25 Juni dan diikuti oleh 1.002 responden itu juga menunjukkan bahwa meskipun tidak mendukung digelarnya referendum kemerdekaan kedua, namun jika referendum itu jadi digelar maka sebanyak 47 persen responden memilih akan memisahkan diri dari Inggris, ketimbang 41,2 persen responden yang memilih tetap bersama Inggris.

Sementara, Boris Johnson, mantan wali kota London yang diduga kuat akan menggantikan Perdana Menteri David Cameron, menyatakan ia tidak mendeteksi "kemungkinan kuat" bahwa Skotlandia akan mendesak digelarnya referendum kemerdekaan kedua.




Sumber: cnnindonesia.com