Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEMBUNUH PERWIRA POLISI PERANCIS DIDUGA TERKAIT ISIS

Kesatuan elite polisi Prancis dikerahkan setelah seorang pria yang diduga pengikut ISIS menikam seorang perwira polisi.


Seorang pria yang diduga bersumpah setia terhadap kelompok ISIS dilaporkan telah membunuh seorang perwira tinggi kepolisian Prancis dengan tikaman belati.

Insiden ini terjadi di rumah sang perwira di Magnanville, sekitar 55 kilometer sebelah barat laut Kota Paris, pada Senin (13/06) malam waktu setempat.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Pierre-Henry Brandet, mengatakan kesatuan elite polisi dikerahkan setelah diketahui bahwa tersangka pelaku juga menyandera pasangan sang perwira dan anaknya.

Brandet mengaku perundingan mengalami kegagalan dan keputusan untuk melancarkan serangan dibuat sekitar tengah malam.

“Perwira kepolisian ini tewas dibunuh oleh individu tersebut...kami menemukan tubuh seorang perempuan. Penyerang, pelaku kejahatan, tewas. Syukurlah bocah laki-laki diselamatkan. Dia dalam keadaan baik,” kata Brandet.

Berdasarkan keterangan sumber aparat, pelaku dilaporkan mengklaim dirinya telah bersumpah setia kepada ISIS saat berbicara dengan juru runding dari kepolisian. Hingga sekarang identitas tersangka pelaku dan perwira kepolisian belum diumumkan.

Dalam insiden tersebut, seorang perwira polisi, pasangannya, dan tersangka pelaku meninggal dunia.
Lalu, kepada kantor berita AFP, sejumlah saksi mata mengatakan pria yang menghunus belati itu sepertinya memekik ”Allahu akbar” saat menyerang perwira polisi yang tengah berada di luar rumah dan tidak mengenakan seragam.

Tersangka pelaku kemudian masuk ke dalam rumah dan menyandera pasangan perwira polisi dan anaknya.

Belakangan, kantor berita ISIS, Amaq, menyatakan seorang anggota ISIS telah melancarkan serangan, walau sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari ISIS.

Menanggapi peristiwa itu, para jaksa Prancis telah melancarkan penyelidikan anti-teror. Presiden Prancis, Francois Hollande, mengatakan sebuah pertemuan akan diadakan di Istana Elysee pada Selasa (14/06) untuk membahas insiden tersebut.

”Akan ada sorotan terhadap situasi drama mengerikan ini,” ujar Hollande.

Insiden itu terjadi setelah Presiden Prancis, Francois Hollande, mengakui potensi serangan teror selama penyelenggaraan putaran final Piala Eropa 2016.



Sumber: bbc.com