EKONOMI JATUH, 90 PERSEN WARGA VENEZUELA TAK MAMPU BELI BAHAN PANGAN
![]() |
Aksi unjuk rasa memprotes dan menuntut Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mundur pada 11 Mei 2016 di Caracas. |
CARACAS, Jatuhnya perekonomian di Venezuela menggiring negara tersebut pada bencana kelaparan massal.
Hampir 90 persen, yakni 87 persen warga Venezuela, menyatakan bahwa
mereka tidak mempunyai uang untuk membeli makanan yang layak. Persentase
tersebut didasarkan pada penghitungan standar hidup layak yang dibuat
oleh Simon Bolivar University.
Dilaporkan pula oleh Center for Documentation and Social Analysis
bahwa 72 persen penghasilan bulanan dialokasikan hanya untuk membeli
bahan pangan. Segala kesulitan terkait pangan pun menimbulkan gejolak di
masyarakat.
Dalam waktu dua minggu, ada sekitar 50 kerusuhan dan unjuk rasa
terkait pangan. Krisis yang terjadi di Venezuela akibat kesalahan
pengelolaan ekonomi dan harga minyak dunia yang jatuh.
Venezuela, anggota OPEC dan pemilik cadangan minyak terbesar dunia,
amat mengandalkan ekonominya pada pendapatan ekspor minyak. Namun,
Venzuela terpukul harga minyak yang jatuh drastis sejak tahun 2014.
Dalam beberapa bulan terakhir, Presiden Nicolas Maduro mencoba beragam cara guna merespons bencana ekonomi tersebut.
Adapun cara yang dilakukan ialah seperti menggeser zona waktu agar
jam kerja lebih panjang, memaksa para wanita tak menggunakan alat
pengering rambut untuk hemat listrik, hingga memaksa para PNS untuk
libur.
Data ekonomi Venezuela pun suram. Pada tahun 2015, pertumbuhan
ekonomi terkontraksi 5,7 persen dan Dana Moneter Internasional (IMF)
memprediksi pertumbuhan ekonomi negara itu akan terkontraksi 8 persen
pada 2016.
Sementara itu, inflasi Venezuela saat ini mencapai 180,9 persen, tertinggi kedua di dunia.
Pada bulan Januari lalu, IMF memprediksi inflasi Venezuela akan melonjak ke posisi 720 persen pada tahun 2016 ini.
Analis dari RBC Capital Markets, Helima Croft, menyatakan, Venezuela
juga terlilit krisis utang. Menurut Croft, barangkali tidak ada negara
anggota OPEC yang menderita krisis ekonomi yang parah akibat harga
minyak seperti yang dialami Venezuela.
"Tantangan politik dan menggunungnya utang terus menekan situasi yang
memang sudah menantang. Ada kemungkinan tidak ada jalan keluar yang
terlihat," kata Croft.
Sumber: kompas.com