DAMPAKNYA JIKA SI SULUNG DIPAKSA SELALU MENGALAH PADA ADIKNYA
Jakarta, Si sulung memang sudah semestinya bisa jadi
pengayom bagi sang adik. Termasuk ketika masih anak-anak, si sulung
kerap diminta selalu mengalah pada adiknya. Sebut saja untuk urusan
mainan atau makanan ia diminta agar mau berbagi dengan sang adik.
Diungkapkan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, MPSi, pada dasarnya di usia di bawah tiga tahun, anak memiliki konsep 'keakuan' sehingga dia belum tahu cara berbagi karena konsep kepemilikan pun belum jelas untuknya. Sehingga, untuk si anak semua benda adalah miliknya.
Menurut wanita yang akrab disapa Nina ini, ketika anak tidak memiliki konsep keakuan, dia justru tidak bisa berbagi. Dengan kata lain, si anak harus memiliki lebih dulu konsep 'saya punya' baru kemudian ia mengerti konsep 'saya memberi'. Hal ini pun menurut Nina normal.
"Dalam kasus satu anak kalah, misalnya si sulung diminta ngalah, tapi dia nggak mau dan dipaksa. Sebenarnya, anak sulung nggak bisa juga terus-terusan disuruh ngalah sama adiknya karena nanti dia malah jadi sebal sama adik-adiknya," tutur Nina ketika berbincang dengan detikHealth.
Sebetulnya, menurut Nina mengalah memang terkesan seperti berbagi, tapi berbagi dengan adanya paksaan. Padahal, seperti diketahui berbagi semestinya tidak dipaksa dan timbul dari keinginan sendiri. Nah, ketika anak sulung dipaksa terus mengalah dengan adiknya, selain sebal ia juga justru tidak punya keterampilan berbagi.
Nina menambahkan, ada beberapa tanda yang bisa terlihat ketika anak belum siap untuk berbagi. Si anak masih melihat bahwa segala sesuatunya untuk dia. Kemudian, ketika ia sudah memberi sesuatu pada orang lain akan dia ambil kembali. Bagi anak batita, memang dia belum mengerti konsep berbagi tapi orang tua tetap perlu mengajari.
"Ketika anak belum siap berbagi tapi dipaksa, pada dasarnya dia kan masih merasa nggak suka berbagi ya, tapi dipaksa. Jadi justru pas ada kesempatan berbagi dia nggak mau. Belakangan anaknya bisa aja malah jadi pelit," tutur Nina.
Diungkapkan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, MPSi, pada dasarnya di usia di bawah tiga tahun, anak memiliki konsep 'keakuan' sehingga dia belum tahu cara berbagi karena konsep kepemilikan pun belum jelas untuknya. Sehingga, untuk si anak semua benda adalah miliknya.
Menurut wanita yang akrab disapa Nina ini, ketika anak tidak memiliki konsep keakuan, dia justru tidak bisa berbagi. Dengan kata lain, si anak harus memiliki lebih dulu konsep 'saya punya' baru kemudian ia mengerti konsep 'saya memberi'. Hal ini pun menurut Nina normal.
"Dalam kasus satu anak kalah, misalnya si sulung diminta ngalah, tapi dia nggak mau dan dipaksa. Sebenarnya, anak sulung nggak bisa juga terus-terusan disuruh ngalah sama adiknya karena nanti dia malah jadi sebal sama adik-adiknya," tutur Nina ketika berbincang dengan detikHealth.
Sebetulnya, menurut Nina mengalah memang terkesan seperti berbagi, tapi berbagi dengan adanya paksaan. Padahal, seperti diketahui berbagi semestinya tidak dipaksa dan timbul dari keinginan sendiri. Nah, ketika anak sulung dipaksa terus mengalah dengan adiknya, selain sebal ia juga justru tidak punya keterampilan berbagi.
Nina menambahkan, ada beberapa tanda yang bisa terlihat ketika anak belum siap untuk berbagi. Si anak masih melihat bahwa segala sesuatunya untuk dia. Kemudian, ketika ia sudah memberi sesuatu pada orang lain akan dia ambil kembali. Bagi anak batita, memang dia belum mengerti konsep berbagi tapi orang tua tetap perlu mengajari.
"Ketika anak belum siap berbagi tapi dipaksa, pada dasarnya dia kan masih merasa nggak suka berbagi ya, tapi dipaksa. Jadi justru pas ada kesempatan berbagi dia nggak mau. Belakangan anaknya bisa aja malah jadi pelit," tutur Nina.
Sumber :detik.com