Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

6 FAKTA KESEHATAN TENTANG DEODORAN BAGI TUBUH MANUSIA


Jakarta, Deodoran selama ini dikenal sebagai cara mencegah bau badan dan keringat berlebih. Padahal efek deodoran bagi tubuh tidak sebatas dua hal itu saja.

Sebuah penelitian mengungkap deodoran dapat meningkatkan rasa percaya diri pria dan membuatnya terlihat lebih macho. Penelitian lain mengatakan penggunaan deodoran justru membuat jumlah bakteri di ketiak lebih banyak.

Karena itu dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, berikut 6 fakta kesehatan tentang deodoran bagi tubuh manusia yang mungkin belum pernah Anda baca:

1. Tingkatkan rasa percaya diri

Penelitian terbaru yang dilakukan University of Stirling mengungkap, wanita menganggap pria terlihat lebih macho setelah memakai deodoran.

Fakta ini terungkap setelah peneliti meminta 130 partisipan untuk menilai tingkat feminitas dan maskulinitas beberapa orang jika hanya dilihat dari fotonya. Kemudian 239 partisipan menilai hal yang sama dari sampel bau badan 40 orang yang berbeda kelamin. Sampel ini1` terdiri atas sampel sebelum memakai deodoran dan sesudahnya.

"Artinya, pria bisa menggunakan deodoran untuk setidaknya mensejajarkan diri mereka dengan pria yang lebih maskulin, terutama berkaitan dengan bau badan," ungkap ketua tim peneliti, Caroline Allen, PhD.

2. Tidak wajib digunakan

Sebagian orang, terutama kaum pria, menganggap penggunaan deodoran wajib untuk mengurangi keringat dan bau badan. Lalu, bagaimana tanggapan dokter?

Spesialis kulit dari EDMO Clinic Jakarta Selatan, dr Eddy Karta, SpKK, mengatakan deodoran tidak wajib digunakan setiap hari. Penyebab bau badan adalah keringat berlebih sehingga saat seseorang tidak beraktivitas berat maka ia tidak harus menggunakan deodoran.

"Tidak wajib. Terutama jika tidak memiliki ketiak yang mudah berbau tidak sedap. Pada kondisi tropis yang lembab dan mudah berkeringat deodoran dipakai oleh mereka yang akan banyak beraktivitas harian dan berkeringat," papar dr Eddy kepada detikHealth.

3. Bisa menyumbat kelenjar keringat

Meski tidak wajib, namun deodoran juga bisa digunakan setiap hari untuk berjaga-jaga agar BB tidak muncul. Penggunaan deodoran setiap hari dikatakan oleh dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK, tidak masalah selama tidak menimbulkan reaksi alergi.

Berkaitan dengan hal tersebut, jika digunakan setiap hari maka saat mandi deodoran harus dibersihkan dengan baik. Sebab jika tidak dibersihkan dengan baik deodoran dapat menimbulkan gumpalan di kelenjar keringat yang nyeri jika tertekan.

"Umumnya yang lebih sulit (dibersihkan -red) jika mengandung antiperspiran yang mengandung bahan aluminium. Hal ini karena terjadi gumpalan di kelenjar keringat. Untuk itu bisa dibersihkan dengan air hangat dan sabun," jelas dr Darma.

4. Deodoran untuk bau kaki dan kentut

Nullo adalah deodoran unik yang tak hanya mengatasi bau pada kentut, tapi juga bau mulut, kaki, dan mulut. Bahan utama pembuatnya adalah klorofilin tembaga kompleks, suatu isolat yang berasal dari sumber alami. Menurut situsnya, klorofilin tembaga kompleks merupakan molekul yang larut air.

Bakteri dalam tubuh membantu mencerna makanan manusia, namun efek sampingnya adalah munculnya bau pada zat buang manusia. Nah, klorofilin ini disebut mampu membuat perubahan metabolisme bakteri penghasil bau, sehingga mengurangi bau 'limbah' manusia.

5. Tingkatkan bakteri di ketiak

Deodoran dan antiperspirant sebenarnya relatif aman digunakan sehari-hari, namun demikian menurut studi ada dampak terutama terhadap keragaman bakteri yang ada di ketiak. Menurut peneliti biologi mikro Julie Horvath dari North Carolina University ketika dilihat dari ragam yang tertinggal maka jumlah bakteri yang ada malah makin banyak jenisnya.

Dalam studi yang dilaporkan dalam jurnal PeerJ, peneliti mengambil sampel ketiak 17 orang partisipan dalam 8 hari berturut-turut. Dari situ bisa terlihat bagaimana keragaman hayati terpengaruh oleh penggunaan deodoran dan antiperspirant.

Rata-rata sebelum memakai produk, partisipan memiliki 750 koloni bakteri di ketiaknya. Jumlah tersebut menurun drastis menjadi rata-rata 73 pada hari pertama pemakaian dan kemudian turun lagi jadi 25 koloni pada hari kedua.

Menariknya partisipan rata-rata memiliki 22 jenis bakteri di bawah ketiaknya sebelum mereka memakai produk. Jumlah tersebut lalu melonjak menjadi 106 setelah partisipan diminta untuk berhenti memakai produk.

6. Bisa sebabkan keracunan hingga meninggal

Deodoran tak hanya digunakan untuk mencegah keringat berlebih dan menghilangkan bau badan. Di Amerika Serikat, muncul kebiasaan menghirup deodoran yang diklaim dapat membuat 'teler' seperti menghirup bensin atau lem.

"Beberapa produk yang digunakan untuk tujuan tertentu, bisa disalahgunakan. Apalagi, produk itu bisa didapat dengan mudah. Produk yang digunakan sebagai inhalansia ini diharapkan oleh penggunanya bisa membuat mereka merasa santai dan seperti mengawang-awang," tutur Bronwyn Milne dari Departemen Kedokteran Remaja di Children's Hospital.

Milne menambahkan inhalansia juga bisa membuat penglihatan kabur dan disorientasi. Efek-efek tersebut bisa berlangsung selama 10 sampai 15 menit. Selain itu, ada risiko lain yang bia terjadi yakni nyeri dada, gangguan suplai darah, kemudian jika dalam jangka panjang, bisa menimbulkan gangguan pada otak.

"Ada beberapa kasus di mana penggunaan inhalansia juga bisa memicu serangan jantung bahkan meski baru dilakukan satu kali. Tahun ini saja, saya sudah beberapa kali menemui kasus remaja yang menjadikan deodoran sebagai inhalansia dan mereka mengalami serangan jantung," tutur Milne.




Sumber :detik.com