UBAH POLA PIKIR!
Bacaan Firman
Filipi 4:8
Timothy mengatakan dalam bukunya The Inner Game of Tennis, bahwa ia
dapat mengajar siapa saja untuk bermain tenis hanya dalam waktu 30
menit. Ia kemudian ditantang oleh sebuah stasiun televisi yang datang
bersama seorang ibu berusia sekitar 50-an, yang seumur hidupnya tidak
pernah memegang raket tenis. Dengan senang hati Timothy menerima
tantangan tersebut.
Ia pun mengajak ibu itu berbicara dan tidak lama
kemudian mereka berjalan ke tengah lapangan. Ibu tersebut kelihatan
sangat gugup dalam memegang raket. Kamera televisi terus mengikuti
mereka tanpa melewatkan setiap pembicaraan walaupun sedetik.
Ia meminta agar ibu itu jangan takut atau ragu-ragu, bila masih ragu-ragu jangan memukul bola, biarkan bola itu berlalu. Ibu itu hanya boleh memukul bolanya bila ia sudah merasa nyaman dan menyukai bola tersebut.
Ia meminta agar ibu itu jangan takut atau ragu-ragu, bila masih ragu-ragu jangan memukul bola, biarkan bola itu berlalu. Ibu itu hanya boleh memukul bolanya bila ia sudah merasa nyaman dan menyukai bola tersebut.
Sudah
enam bola lewat dan Timothy terus mengajaknya berbicara, memberi
dorongan dan semangat. Pada bola ketujuh, ibu itu langsung memberikan
reaksi, ia memukul bola itu tepat di tengah raketnya dengan sempurna.
Selama sekitar 30 menit ibu itu melakukan latihan forehand, backhand, serving, volleying, dan sebagainya. Akhirnya dalam 30 menit, si ibu dapat belajar tenis, bahkan tidak ingin berhenti.
Selama sekitar 30 menit ibu itu melakukan latihan forehand, backhand, serving, volleying, dan sebagainya. Akhirnya dalam 30 menit, si ibu dapat belajar tenis, bahkan tidak ingin berhenti.
Pelajaran yang diberikan oleh Timothy adalah bagaimana agar seseorang melakukan tindakan mulai dari dalam pikirannya. Ibu tersebut berhasil melakukan permainan mulai dari dalam pikirannya, yaitu mengalahkan setiap rasa takut, ragu-ragu, dan semua hal yang menekan. Pikiran kita sangat memengaruhi tindakan kita dan hasilnya.
Itulah sebabnya ketika kita
hendak memulai sesuatu, maka hal pertama yang harus kita perhatikan
adalah pikiran kita. Mungkin kita bertanya, mengapa banyak orang takut
untuk pergi memberitakan Kabar Baik? Jelas, karena mereka diliputi oleh
ketakutan.
Jadi, ketika kita mengetahui bahwa penderitaan, penganiayaan,
dan penindasan akan mewarnai pelayanan pemberitaan ini, kita pun takut
untuk melangkah. Ketakutan dan keraguan mulai menyelimuti seluruh
pikiran, sehingga ketika kita memberitakan Kabar Baik pun, menjadi
kurang maksimal.
Meresapi semua hal yang baik dan memfokuskan diri pada
hal yang membangun, itulah yang diharapkan dari kita. Meresapi hal-hal
buruk yang diperkirakan akan terjadi, akan membuat diri kita kehilangan
semangat.
Oleh sebab itu, kita harus mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang positif. Rasul Paulus menasihati agar semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, itulah yang harus kita pikirkan.
Dengan selalu memikirkan hal-hal yang
demikian, maka setiap perasaan takut, ragu-ragu, tekanan yang ada dalam
pikiran kita akan segera tersingkirkan. Hal tersebut tidak akan
menguasai diri kita lagi, kemudian itu akan memberikan dampak yang
berbeda di dalam hidup kita.
DOA
Bapa sorgawi, mampukan aku agar dapat menaklukkan ketakutan yang ada dalam pikiranku karena itu mengganggu pelayanan pemberitaanku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Sumber : mannasorgawi.net
Gambar:google.com