Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SUDAHKAN ANDA SETIA?

Ibrani 13:4; Efesus 5:28
Kesetiaan baru akan berwujud ketika dibentuk di dalam dapur kesukaran. Dalam masa inilah komitmen yang dahulu diucapkan di hadapan Tuhan teruji kemurniannya. Seorang pria yang tidak lagi muda, telah setia mendampingi istrinya. Selain bekerja, di dalam kesehariannya ia juga harus merawat sang istri yang sakit. 

Pasangan suami-istri ini dikaruniai 3 orang anak. Ketika sang istri melahirkan anak mereka yang ke-3, saat itulah kesetiaan sang suami diuji. Sang istri tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada kaki dan beberapa tahun kemudian seluruh tubuhnya mengalami kelumpuhan total. 

Sejak saat itu, beban hidup pria tersebut telah bertambah, selain bekerja mencari nafkah, ia juga harus merawat sang istri dan menggantikan peran istrinya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya. 

Setiap hari sebelum berangkat ke kantor, terlebih dahulu ia memandikan sang istri, membersihkan kotorannya, dan mendudukannya di depan layar TV agar sang istri tidak merasa kesepian. 

 Setiap jam istirahat kantor, ia selalu pulang ke rumah untuk menyuapi sang istri, untungnya jarak antara rumah dan kantornya tidak terlalu jauh. Sebelum terlelap dalam tidur, ia selalu bersenda gurau bersama sang istri, walau sang istri tidak dapat berbicara. Semuanya ini ia lakukan selama 25 tahun. 

Setelah ketiga anaknya beranjak dewasa dan sudah memiliki kehidupan masing-masing, mereka berkeinginan untuk merawat sang ibu. Mereka juga memberikan izin kepada sang ayah untuk menikah lagi. 

Namun, tawaran tersebut ditolak berkali-kali oleh pria paruh baya itu. "Jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin sejak lama Ayah sudah menikah lagi. 

Sekarang coba tanyakan pada Ibumu, apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan Ayah yang diberi kesehatan oleh Tuhan untuk dirawat dan dibahagiakan oleh orang lain? 

Lalu, bagaimana dengan Ibumu yang sakit? Sejak awal Ayah telah memilih Ibumu menjadi pasangan hidup Ayah. Sewaktu sehat dahulu, Ibumu juga telah setia merawat dan mencintai Ayah. 

 Ia pun telah memberikan anak-anak yang lucu pada Ayah, dan sekarang ia sakit karena berkorban untuk cinta kami. Ini adalah ujian bagi Ayah, apakah Ayah dapat memegang komitmen untuk mencintai Ibumu apa adanya atau tidak." Ucap pria tersebut kepada anak-anaknya.

Dalam suatu hubungan, kesetiaan adalah hal utama yang dibutuhkan untuk mengikat hubungan tersebut. Kesetiaan bukan sekadar ungkapan perasaan yang diucapkan. Kesetiaan baru akan termaknai setelah menghadapi ujian kehidupan. Kesetiaan adalah sebuah janji luhur yang tak lekang oleh waktu. 

Jadi, kesetiaan itu bukanlah suatu pilihan, tetapi merupakan sebuah keputusan. Anda bisa menjadi pasangan setia, jika Anda memutuskan untuk setia! Banyak hubungan yang hancur karena kesetiaan telah berkurang. 

Untuk itu, jagalah hati Anda untuk tetap setia. Jadikanlah Kristus sebagai Kepala dalam rumah tangga Anda, maka ia akan senantiasa menuntun langkah Anda dan pasangan Anda pada jalan yang benar.
   

DOA
Bapa, terima kasih karena Engkau telah memberikan pasangan terbaik untuk mendampingiku. Berikan kepada kami kesetiaan untuk menjaga cinta kami. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.




Sumber: mannasorgawi.net