SAAT KESEDERHANAAN MENJADI "BARANG LANGKA" DI NEGERI INI
Bripka Seladi |
Satu
yang hampir pasti setiap kali Ramadhan dan Lebaran datang adalah
naiknya harga sembako. Alasan yang sudah umum, wajar dan terkesan basi adalah
berkurangnya pasokan di tengah permintaan yang meningkat. Hukum ekonomi
memanglah seperti itu adanya, saat permintaan tinggi sedangkan
distribusi persediaan kurang maka harga akan naik.
Hal semacam ini
sering kita sebut dengan “langka”, Sesuatu yang banyak dicari namun
ketersediaannya sedikit.
Namun saya tidak akan membahas naiknya harga sembako jelang Ramadhan, fakta di atas hanyalah intermezzo dari
sesuatu yang akan saya bahas. Karena saya akan membahas sesuatu yang
sudah sangat “langka” atau hampir hilang dari manusia modern seperti
kita.
Apa itu? Check it out…
Kurang lebih hampir satu pekan kebelakang netizen dibuat
heboh oleh pemberitaan seorang polisi bernama Bripka Seladi. Dari
pejabat tinggi negara semacam Ketua DPR sampai rakyat jelata ramai
membicarakan Pak Polisi yang bertugas di satuan Penyelenggara
Administrasi (Satpas) Surat Izin Mengemudi (SIM) di Jalan Dr. Wahidin,
Kota Malang itu.
Sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Cuma satu yaitu Kesederhanaan!
Yes, di tengah tuntutan dan beban kebutuhan gaya hidup manusia abad
millenium yang serba instan dan mudah ini Bripka Seladi tampil beda “anti Mainstream”.
Apa
buktinya? Pertama, bukan motor apalagi mobil, setiap hari beliau
mengayuh sepeda othel untuk berangkat ke kantor. Kedua, menurut
pengakuannya hampir selama 16 tahun beliau tidak pernah sepeserpun
menerima suap.
Padahal jika dilihat dari posisinya yang strategis
sebagai Satpas untuk pembuatan SIM sangat mungkin untuk mengambil “uangsampingan”.
Menurut penuturannya pula, pernah suatu ketika beliau menerima “salam tempel”
dari seseorang yang telah beliau bantu untuk proses pembuatan SIM.
Namun uang yang menempel tangannya saat berjabatan dengan orang tersebut
di jatuhkannya di tengah ruangan penuh masyawakat yang sedang mengurus
SIM juga.
Sikapnya yang hormat dan patuh pada perintah atasan untuk
bejerja ikhlas dan tanpa pamrih menjadikannya sebagai teladan bagi
sesama petugas di SATPAS SIM. Ketiga, dan ini yang membuat dirinya ramai
di perbincangkan.
Selepas bertugas beliau memulung sampah, bahkan tanpa
canggung beliau mencontohkan kesehariannya itu di depan kamera TV yang
menyorot beliau. Di tengah stigma negatif anggota polantas yang dekat
dengan suap bripka Seladi memilih memulung sampah sebagai sampingannya
dalam mencari tambahan untuk menutupi kebutuhannya.
Kejujurannya dalam bertugas seolah oase di tengah gurun pasir.
Hadirnya
sangat menyejukan hati masyarakat yang sempat di buat geram oleh berita
tentang sikap arogan beberapa oknum polantas.
Kesederhanaannya
mengajari kita bahwa hidup tidak selalu berbicara kemewahan dalam
berpenampilan melainkan berbicara tentang bagaimana kita bisa memberi
manfaat sebesar – besarnya kepada orang lain.
Seperti sembako yang
keberadaannya semakin langka di pasaran, kesederhanaan Bripka Seladi
sangat di butuhkan banyak orang namun keberadaannya masih bisa di hitung
dengan jari.
Semoga kita bisa mencontoh Bripka dari satlantas Polresta Malang ini.
Agar virus kebaikan semakin menjalar di tengah – tengah krisis moral
yang melanda manusia modern seperti kita.
Sumber: blogdetik.com