ISRAEL BERENCANA BUKA PERBATASAN JALUR GAZA UNTUK PERDAGANGAN
![]() |
Ilustrasi pasukan Hamas di Gaza. (Reuters/Mohammed Salem) |
Jakarta,
Israel berencana membuka kembali titik perbatasan
kedua untuk perdagangan ke Jalur Gaza, salah satu langkah pelonggaran
blokade atas Palestina sejak 2007 lalu.
Selama ini, Israel memberlakukan blokade untuk mencegah pergerakan militan dan menghentikan masuknya konstruksi material yang dapat digunakan oleh Hamas sebagai benteng atau terowongan. warga Palestina di Jalur Gaza pun terkepung dan tak dapat membangun kembali rumah mereka yang hancur akibat pengeboman Israel.
Selama ini, Israel memberlakukan blokade untuk mencegah pergerakan militan dan menghentikan masuknya konstruksi material yang dapat digunakan oleh Hamas sebagai benteng atau terowongan. warga Palestina di Jalur Gaza pun terkepung dan tak dapat membangun kembali rumah mereka yang hancur akibat pengeboman Israel.
|
Keputusan untuk mengizinkan truk melewati terminal Erez ini akhirnya
diumumkan mengingat gencatan senjata untuk mengakhiri perang dengan
Hamas pada 2014 lalu hingga kini masih bertahan.
Israel sebenarnya sudah menghentikan arus perdagangan melalui Erez sejak 2000 lalu, setelah pemberontakan Palestina dimulai. Hanya penumpang transit yang boleh melintasi jalur itu.
Seorang pejabat anonim mengatakan bahwa detail dari pembukaan kembali jalur ini masih dibicarakan dan tak dapat memberikan tanggal pasti penerapannya. "Tidak mungkin hari ini atau besok," katanya kepada Reuters.
Perubahan dalam kebijakan di Jalur Gaza ini masih sangat sensitif di Israel. Pasalnya, Hamas masih menunjukkan hawa perseteruan meskipun sudah tidak lagi angkat senjata. Pengumuman kebijakan inipun tak terlalu digembar-gemborkan.
Negara-negara kawasan, seperti Mesir dan Turki, juga memantau ketat apa yang terjadi di Gaza.
Mesir, satu-satunya negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, membantu Israel menegakkan blokade. Turki mengatakan bahwa pembangunan kembali hubungan baik dengan Israel tergantung pada berakhirnya blokade di Gaza.
Pejabat Israel sendiri mengatakan, tujuan utama dari keputusan ini adalah untuk mengurangi tekanan pada titik perlintasan utama perdagagangan, juga mencegah penumpukan truk di jalan Israel.
Namun, para pejabat juga menambahkan bahwa Israel, "memiliki kepentingan dalam memberikan warga Gaza kehidupan yang bermartabat, di tingkat kemanusiaan, dan karena Gaza membantu menjaga ketenangan, sejalan dengan upaya pencegahan kekerasan yang ada. Ini baik untuk warga Gaza dan kami."
Erez kemungkinan bakal dilewati oleh sekitar 600 truk dari Karem Shalon setiap harinya. Ketika ditanyakan ihwal kebijakan baru ini dapat menambah ekspor keseluruhan di Gaza, pejabat itu hanya berkata, "Tak masalah, pada tingkat itu semua tergantung pada kami."
Menurut Reuters, itu berarti perabatasan dapat ditutup kembali ketika ada serangan Palestina.
Sementara itu, keputusan ini sangat penting bagi Gaza yang merupakan rumah bagi 1,95 juta warga Palestina, 80 persen di antaranya adalah perempuan yang rentan.
Para ekonom mengatakan bahwa tingkat impor saat ini sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, tapi tidak dapat memulihkan keadaan. Sejak perang pada 2014, angka pengangguran di sana meningkat dari 28 persen menjadi 43 persen.
"Gaza membutuhkan penggabungan semua ukuran kayu, bahan kimia mentah, besi, dan semua yang tidak ada selama ini.
Israel sebenarnya sudah menghentikan arus perdagangan melalui Erez sejak 2000 lalu, setelah pemberontakan Palestina dimulai. Hanya penumpang transit yang boleh melintasi jalur itu.
Seorang pejabat anonim mengatakan bahwa detail dari pembukaan kembali jalur ini masih dibicarakan dan tak dapat memberikan tanggal pasti penerapannya. "Tidak mungkin hari ini atau besok," katanya kepada Reuters.
Perubahan dalam kebijakan di Jalur Gaza ini masih sangat sensitif di Israel. Pasalnya, Hamas masih menunjukkan hawa perseteruan meskipun sudah tidak lagi angkat senjata. Pengumuman kebijakan inipun tak terlalu digembar-gemborkan.
Negara-negara kawasan, seperti Mesir dan Turki, juga memantau ketat apa yang terjadi di Gaza.
Mesir, satu-satunya negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, membantu Israel menegakkan blokade. Turki mengatakan bahwa pembangunan kembali hubungan baik dengan Israel tergantung pada berakhirnya blokade di Gaza.
Pejabat Israel sendiri mengatakan, tujuan utama dari keputusan ini adalah untuk mengurangi tekanan pada titik perlintasan utama perdagagangan, juga mencegah penumpukan truk di jalan Israel.
Namun, para pejabat juga menambahkan bahwa Israel, "memiliki kepentingan dalam memberikan warga Gaza kehidupan yang bermartabat, di tingkat kemanusiaan, dan karena Gaza membantu menjaga ketenangan, sejalan dengan upaya pencegahan kekerasan yang ada. Ini baik untuk warga Gaza dan kami."
Erez kemungkinan bakal dilewati oleh sekitar 600 truk dari Karem Shalon setiap harinya. Ketika ditanyakan ihwal kebijakan baru ini dapat menambah ekspor keseluruhan di Gaza, pejabat itu hanya berkata, "Tak masalah, pada tingkat itu semua tergantung pada kami."
Menurut Reuters, itu berarti perabatasan dapat ditutup kembali ketika ada serangan Palestina.
Sementara itu, keputusan ini sangat penting bagi Gaza yang merupakan rumah bagi 1,95 juta warga Palestina, 80 persen di antaranya adalah perempuan yang rentan.
Para ekonom mengatakan bahwa tingkat impor saat ini sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, tapi tidak dapat memulihkan keadaan. Sejak perang pada 2014, angka pengangguran di sana meningkat dari 28 persen menjadi 43 persen.
"Gaza membutuhkan penggabungan semua ukuran kayu, bahan kimia mentah, besi, dan semua yang tidak ada selama ini.
Hal yang juga perlu diperhatikan adalah apakah
Israel akan mengizinkan produk yang dilarang itu untuk masuk ke Gaza,
bukan meningkatkan jumlah truk yang membawa semua barang yang memang
sudah diizinkan," kata seorang ahli ekonomi Palestina, Mahed Al-Tabaa.
Sumber: cnnindonesia.com