Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Taman Cahaya yang Indah

“Rindu mendalam akan cahaya”, itu ciri dominan banyak jiwa di zaman ini. Sebagian orang bahkan mengejar cahaya ke tempat yang sangat jauh, membayar dengan ongkos yang sangat mahal agar bisa berjumpa sang cahaya. Sedikit yang menyadari kalau keluarga juga bisa dibuat menjadi taman cahaya yang indah. Terutama melalui ketekunan dan ketulusan untuk selalu saling menerima, saling memaafkan dan saling menyayangi.

Setiap sahabat yang sudah menikah dengan pasangan yang sama selama lebih dari seperempat abad mengerti, tatkala kita jatuh cinta dengan calon pasangan hidup di masa remaja, sesungguhnya kita mencintai “gambaran ideal” tentang orang yang sedang kita cintai, bukan mencintai mereka apa adanya.

Itu sebabnya, wanita yang bermasalah dengan papanya cenderung mencari figur atau sosok ayah di calon suaminya. Pria yang di dalamnya keras menyukai wanita yang bermata sayu. Terutama karena menduga wanita yang bermata sayu itu di dalamnya lembut.
Di tahun-tahun awal pernikahan, hampir semua orang tidak menemukan gambaran ideal tadi. Itu sebabnya, di tahun-tahun awal pernikahan, keluarga mirip dengan neraka panas yang penuh dengan pertengkaran dan perkelahian.

Akan tetapi, begitu seseorang menikah, pilihan terbaiknya adalah terus menerus menyayangi pasangan hidup setulus-tulusnya. Sering kali terjadi, menyayangi pasangan hidup di awal-awal pernikahan itu sangat menyakitkan. Sebagian orang bahkan nyaris roboh.
Dan serupa perjalanan menemukan harta karun, perjalanan menemukan taman cahaya di keluarga juga penuh cobaan dan godaan. Namun tidak ada pilihan lain selain memaafkan, menerima, menyayangi terus menerus.

Melalui ketekunan untuk selalu memaafkan, menerima dan menyayangi inilah kita sedang menanam bibit-bibit cahaya di keluarga. Kenakalan anak-anak tatkala remaja, istri yang emosinya labil menjelang menopause, suami yang energi seksnya menaik saat andrepause hanya sebagia kecil cobaan dan godaan.

Tapi tidak ada pilihan lain selain memaafkan, menerima, menyayangi. Memaafkan pasangan hidup yang punya kekurangan memang sulit. Dan kesulitan memaafkan terjadi bukan karena besarnya kesalahan orang lain, melainkan karena besarnya ego di dalam.
Ketekunan dan ketulusan untuk terus menerus memaafkan, menerima, menyayangi inilah yang suatu hari bisa membuat keluarga menjadi taman cahaya yang indah. Lebih dari itu, ketekunan untuk terus menerus memaafkan, menerima dan menyayangi inilah yang bisa membuat seseorang berjumpa cahaya di dalam.
Penulis: Gede Prama.
http://gedeprama.blogdetik.com