STUDI UNGKAP CARA EFEKTIF MENGUBAH KEBIASAAN: MULAI DARI OTAK
Jakarta, Seseorang bisa saja tahu mana yang baik dan
mana yang buruk. Tapi kadang sekadar tahu saja belum tentu membuatnya
akan memilih hal yang baik seperti misalnya memilih diet sehat atau
rajin olahraga bila hal tersebut bukan kebiasaan.
Professor Ann Graybiel dari McGovern Institute for Brain Research, MIT, mengatakan mengubah kebiasaan bukan sesuatu hal yang mudah karena pola perilaku tersebut kuat tertanam dalam otak.
Studi pada hewan misalnya menunjukkan ketika para tikus sudah terlatih untuk mencari minuman yang menurut mereka menyenangkan, tikus-tikus akan tetap mencari minuman tersebut meski sudah dicampur senyawa yang membuat mual.
Hal serupa mungkin juga terjadi pada manusia dan menjelaskan mengapa seseorang bisa kesulitan untuk berhenti makan banyak atau malas berolahraga. Psikolog Professor Jeffrey M Schwartz menyebut meski pada manusia sesekali mungkin ia memilih pilihan baik, tapi 'sirkuit kebiasaan' di otak untuk pilihan buruk masih tetap ada.
Jadi kira-kira bagaimana supaya kita bisa mengubah sirkuit tersebut?
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Pennsylvania menemukan cara intervensi supaya kebiasaan bisa cepat berubah maka seseorang harus mengaktifkan bagian otak bernama ventromedial prefontal cortex yang bertanggung jawab terhadap proses pengambilan keputusan dan kebiasaan. Lakukan introspeksi diri seperti misalnya berpikir "lakukan ini untuk keluarga atau sahabat" setiap akan mengambil keputusan.
Studi melihat ketika partisipan melakukan pengambilan keputusan dibarengi dengan afirmasi diri, pindaian MRI menunjukkan perubahan aktivitas pada bagian otak ventromedial prefontal cortex.
"Merefleksikan diri dengan nilai-nilai dapat membantu orang melihat pesan yang tampak mengancam menjadi relevan. Studi kami melihat bahwa ketika orang-orang mengafirmasi dirinya, mereka memproses pesan secara berbeda," ujar salah satu peneliti, Emily Falk, seperti dikutip dari ABC Australia.
Professor Ann Graybiel dari McGovern Institute for Brain Research, MIT, mengatakan mengubah kebiasaan bukan sesuatu hal yang mudah karena pola perilaku tersebut kuat tertanam dalam otak.
Studi pada hewan misalnya menunjukkan ketika para tikus sudah terlatih untuk mencari minuman yang menurut mereka menyenangkan, tikus-tikus akan tetap mencari minuman tersebut meski sudah dicampur senyawa yang membuat mual.
Hal serupa mungkin juga terjadi pada manusia dan menjelaskan mengapa seseorang bisa kesulitan untuk berhenti makan banyak atau malas berolahraga. Psikolog Professor Jeffrey M Schwartz menyebut meski pada manusia sesekali mungkin ia memilih pilihan baik, tapi 'sirkuit kebiasaan' di otak untuk pilihan buruk masih tetap ada.
Jadi kira-kira bagaimana supaya kita bisa mengubah sirkuit tersebut?
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Pennsylvania menemukan cara intervensi supaya kebiasaan bisa cepat berubah maka seseorang harus mengaktifkan bagian otak bernama ventromedial prefontal cortex yang bertanggung jawab terhadap proses pengambilan keputusan dan kebiasaan. Lakukan introspeksi diri seperti misalnya berpikir "lakukan ini untuk keluarga atau sahabat" setiap akan mengambil keputusan.
Studi melihat ketika partisipan melakukan pengambilan keputusan dibarengi dengan afirmasi diri, pindaian MRI menunjukkan perubahan aktivitas pada bagian otak ventromedial prefontal cortex.
"Merefleksikan diri dengan nilai-nilai dapat membantu orang melihat pesan yang tampak mengancam menjadi relevan. Studi kami melihat bahwa ketika orang-orang mengafirmasi dirinya, mereka memproses pesan secara berbeda," ujar salah satu peneliti, Emily Falk, seperti dikutip dari ABC Australia.
Sumber :detik.com