PERTAMINA AKAN IMPOR GAS DARI AUSTRALIA
Kapal Cargo Tangguh Towuti Singapura pengangkut pertama Gas LNG Perta Arun Gas bersandar di Pelabuhan Blang Lancang, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (19/2). (ANTARA FOTO/Rahmad) |
Jakarta,
PT Pertamina (Persero) mengakui telah meneken
pokok perjanjian (Head of Agreement/HoA) jual beli gas dengan
perusahaan asal Australia yakni Australia Woodside Petroleum Ltd.
Dalam perjanjiannya, perusahaan minyak dan gas pelat
merah tersebut akan mengimpor gas alam cair (LNG) sebanyak 0,5 sampai 1
juta ton per tahun (MTPA) dengan tenor 15 sampai 20 tahun.
"Semua posisi suplai gas Pertamina adalah untuk memenuhi portofolio domestik kebutuhan gas nasional," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro kepada CNN Indonesia, Selasa (19/4).
Wianda mengungkapkan pembelian gas dari Woodside dilakukan demi menyiasati defisit gas yang mengancam Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
"Semua posisi suplai gas Pertamina adalah untuk memenuhi portofolio domestik kebutuhan gas nasional," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro kepada CNN Indonesia, Selasa (19/4).
Wianda mengungkapkan pembelian gas dari Woodside dilakukan demi menyiasati defisit gas yang mengancam Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
|
Selain disebabkan oleh penaikan angka kebutuhan, defisit neraca
gas bumi nasional juga didasarkan pada molornya proyek-proyek hulu gas
seperti Blok Masela yang digarap Inpex Corporation dan proyek laut dalam
atau Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dikembangkan Chevron
Indonesia.
"Apalagi saat 2020, kita akan defisit gas mencapai 4 miliar juta kaki kubik," imbuh Wianda.
Selain dengan Woodside, sedianya Pertamina juga telah meneken kontrak jual beli gas senilai US$13 miliar dari perusahaan gas asal Amerika Serikat, Cherniere Energy Inc.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, melalui anak usaha Cherniere yakni Corpus Christi Liquefaction LLC, Pertamina akan mengimpor gas sebanyak 1,52 MTPA dengan durasi kontrak selama 20 tahun hingga 2039.
"Dalam jangka panjang Indonesia akan impor LNG, jadi kami kontrak dengan mereka untuk memasok LNG ke Indonesia," ujar Dwi.
"Apalagi saat 2020, kita akan defisit gas mencapai 4 miliar juta kaki kubik," imbuh Wianda.
Selain dengan Woodside, sedianya Pertamina juga telah meneken kontrak jual beli gas senilai US$13 miliar dari perusahaan gas asal Amerika Serikat, Cherniere Energy Inc.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, melalui anak usaha Cherniere yakni Corpus Christi Liquefaction LLC, Pertamina akan mengimpor gas sebanyak 1,52 MTPA dengan durasi kontrak selama 20 tahun hingga 2039.
"Dalam jangka panjang Indonesia akan impor LNG, jadi kami kontrak dengan mereka untuk memasok LNG ke Indonesia," ujar Dwi.
Sumber: cnnindonesia.com