Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KORBAN TEWAS GEMPA EKUADOR JADI 262 ORang

Hingga Ahad malam (17/4), jumlah korban tewas di gempa Ekuador menjadi 262 orang, sementara 2.500 lainnya terluka. (Reuters/Paul Ochoa)
Jakarta,  Korban gempa berkekuatan 7,8 SR yang melanda Ekuador pada Sabtu lalu terus bertambah.

Hingga Ahad malam (17/4), jumlah korban tewas menjadi 262 orang, sementara 2.500 lainnya terluka.

Presiden Ekuador, Rafael Correa, segera pulang dari lawatannya ke Italia karena dampak gempa yang begitu besar.

“Prioritas utama adalah menyelamatkan orang-orang di reruntuhan,” kata Correa di akun Twitter.
“Semuanya bisa dibangun kembali namun nyawa tak bisa dikembalikan dan itulah yang sangat menyakitkan,” ujar Correa di radio milik pemerintah.

Gempa paling hebat dirasakan di wilayah barat laut pesisir, termasuk Pedernales, sebuah tempat wisata terkenal bagi turis yang dilengkapi pantai dan pohon-pohon palem di dekat Cojimies.

Warga mengingat guncangan hebat yang segera diikuti oleh hancurnya bangunan yang memerangkap orang-orang.

“Kau bisa mendengar orang-orang berteriak dari reruntuhan,” kata Agustin Robles saat ia mengantre air bersama sekitar 40 orang lain di sebuah stadion di Pedernales. “Ada apotek di mana orang-orang terjebak dan kami tak bisa melakukan apa pun.”

Kondisi darurat

Otoritas negara berpopulasi 16 juta orang itu mengatakan ada lebih dari 160 gempa susulan, terutama di wilayah Pedernales. Kondisi darurat diberlakukan di enam provinsi.

Di dalam stadion di Pedernales, puluhan tenda berisi jenazah sementara tim medis berupaya mengobati korban luka. Sekitar 91 orang tewas di Pedernales dan sekitar 60 persen rumah hancur, menurut kepolisian.

“Kami mendengar peringatan hingga untungnya kamu berada di jalan karena seluruh rumah hancur. Kami tak punya apa-apa,” kata Ana Farias, 23, ibu dari dua anak kembar berusia 16 bulan.

Ia mengambil air, makanan dan selimut dari tim penyelamat. “Kami akan tidur di luar hari ini,” ujar Farias.

Para penyintas berkumpul di tempat-tempat perlindunga, sementara polisi berpatroli di kota yang kini tak punya penerangan.

Sekitar 13.500 personel keamanan dimobilisasi untuk mengaja keamanan di seluruh Ekuador.

Meski peringatan tsunami telah dicabut, warga di pesisir tetap berada di dataran tinggi untuk mengantisipasi jika air laut naik.

Pemerintah menyebut bencana ini sebagai gempa terburuk sejak 1979. Ketika itu, 600 orang tewas dan 20 ribu lainnya terluka, menurut badan Survei Gelologi AS (USGS). 
 
 
 
 
Sumber: cnnindonesia.com