DUBES RI SAUDI TEMUI WNI KORBAN PHK BIN LANDIN
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEXbqO2sP4xQ4ZiKBaINh-NRvPuuoHSrEC09W-2cXXO4a0VETXF9xdG0IkkWura5-9boeEysyQv9zvI-DteuAX0iJbYQnKQxXS_CN3hust0MNxE28UHkUsaRhYbUNHAiXG0ChS789miB8/s640/1.jpg)
Duta Besar RI untuk
Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel (tengah berkemeja hijau tua) bersama
dengan warga negara Indonesia korban PHK Saudi Bin Ladin Group(SBG).
Foto KBRI Riyadh.
Riyadh -
Insiden jatuhnya crane yang menewaskan ratusan jemaah haji pada
September 2015 mendatangkan duka pula bagi sejumlah warga negara
Indonesia yang bekerja di Saudi Binladin Group (SBG). Akibat insiden
itu, pemerintah Arab Saudi menghentikan kerja sama dan pembayaran
kontraktor utama perluasan Masjidil Haram itu.
Dampaknya, perusahaan milik keluarga Osama bin Ladin itu mengalami
kesulitan keuangan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal
pekerjanya, termasuk yang berasal dari Indonesia.
Jumlah pekerja SBG asal Indonesia diperkirakan mencapai 700-an
orang. Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel,
mengunjungi sekitar 200-an di antaranya yang kini ditampung di Mess
Aziziyah, sektor 30, Mekkah, Selasa lalu. Rata-rata mereka belum dibayar
gajinya selama tiga-empat bulan.
“Bapak, mas, adik dan saudaraku semua, mulai detik ini saya tidak
akan menggunakan istilah TKI untuk saudara- saudara sekalian, istilah
ekspatriat akan saya pakai dan akan saya suarakan sebagai upaya
mengangkat harkat dan martabat bangsa kita di hadapan bangsa lain,” kata
Dubes Maftuh dalam perbincangan dengan para mantan pekerja SBG.
Perbincangan santai sambil lesehan tersebut, Dubes Maftuh yang
didampingi Sunarko Hasan Munawar, Wakil Duta Besar RI, serta Saifuddin
dari KJRI Jeddah. Sebagian besar WNI menginginkan kepastian gaji dan
kepulangan mereka ke Indonesia.
“Kami hanya ingin mendapatkan informasi kejelasan gaji dan kepulangan
kami, mohon dari pihak KBRI bisa membantu kami memperoleh informasi
tersebut,” kata Damami, 52 tahun, ketua penghuni mess Aziziyah sektor
30. Dia telah bekerja di SBG selama setahun.
Senada dengan Damami, Solekan asal Lamongan dan Yusuf asal Pati Jawa Tengah menyatakan ingin pulang secepatnya.
KBRI Riyadh telah mengirimkan nota kepada Kementerian Luar Negeri
Arab Saudi untuk meminta pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan kasus
para korban PHK tersebut. KBRI juga mendorong perusahaan untuk segera
memenuhi hak-hak karyawan.
Acara blusukan dan silaturahmi Dubes Maftuh berlanjut pada Jumat di
Riyadh. Yakni menemui warga dan WNI yang bekerja di Perusahaan Empower
dan Unistar di Riyadh yang merupakan anak perusahaan konstruksi SBG.
Berdasarkan catatan KBRI, sekitar 260 karyawan asal Indonesia saat
ini tidak lagi bekerja di perusahaan dan tinggal di mess karyawan
menunggu proses pemulangan dan penyelesaian hak-haknya.
Sebelum melantunkan doa penutup dalam pertemuan tersebut, Dubes
Maftuh menegaskan bahwa tugas diplomat adalah menjadi pelayan yang baik
untuk segenap WNI yang ada di Arab Saudi. “Inilah yang saya sebut dengan
“diplomasiyyah insaniyyah”, diplomasi kemanusiaan, yang mengharuskan
bahwa segala aktivitas diplomatik harus diarahkan untuk kepentingan dan
kemaslahatan rakyat,” kata Dubes Maftuh lewat rilis yang diterima Tempo, Minggu, 17 April 2015.
Sumber: tempo.co