Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DUBES RI SAUDI TEMUI WNI KORBAN PHK BIN LANDIN

Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel (tengah berkemeja hijau tua) bersama dengan warga negara Indonesia korban PHK Saudi Bin Ladin Group(SBG). Foto KBRI Riyadh.

Riyadh - Insiden jatuhnya crane yang menewaskan ratusan jemaah haji pada September 2015 mendatangkan duka pula bagi sejumlah warga negara Indonesia yang bekerja di  Saudi Binladin Group (SBG).  Akibat insiden itu, pemerintah Arab Saudi menghentikan kerja sama dan pembayaran kontraktor utama perluasan Masjidil Haram itu. 

Dampaknya, perusahaan milik keluarga Osama bin Ladin itu mengalami kesulitan keuangan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pekerjanya, termasuk yang berasal dari Indonesia.

Jumlah pekerja SBG asal Indonesia diperkirakan mencapai 700-an orang.  Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, mengunjungi sekitar 200-an di antaranya yang kini ditampung di Mess Aziziyah, sektor 30, Mekkah, Selasa lalu. Rata-rata mereka belum dibayar gajinya selama tiga-empat bulan.

“Bapak, mas, adik dan saudaraku semua, mulai detik ini saya tidak akan menggunakan istilah TKI untuk saudara- saudara sekalian, istilah ekspatriat akan saya pakai dan akan saya suarakan sebagai upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa kita di hadapan bangsa lain,” kata Dubes Maftuh dalam perbincangan dengan para mantan pekerja SBG.

Perbincangan santai sambil lesehan  tersebut, Dubes Maftuh yang didampingi Sunarko Hasan Munawar, Wakil Duta Besar RI, serta Saifuddin dari KJRI Jeddah.  Sebagian besar WNI menginginkan kepastian gaji dan kepulangan mereka ke Indonesia.

“Kami hanya ingin mendapatkan informasi kejelasan gaji dan kepulangan kami, mohon dari pihak KBRI  bisa membantu kami memperoleh informasi tersebut,” kata Damami, 52 tahun, ketua penghuni mess  Aziziyah sektor 30. Dia telah bekerja di  SBG selama setahun.

Senada dengan Damami, Solekan asal Lamongan dan Yusuf asal Pati Jawa Tengah menyatakan ingin pulang secepatnya.

KBRI Riyadh telah mengirimkan nota kepada Kementerian Luar Negeri Arab Saudi untuk meminta pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan kasus para korban PHK tersebut. KBRI juga mendorong perusahaan untuk segera memenuhi  hak-hak karyawan.

Acara blusukan dan silaturahmi Dubes Maftuh berlanjut pada Jumat di Riyadh.  Yakni menemui warga dan WNI yang bekerja di Perusahaan Empower dan Unistar di Riyadh yang merupakan anak perusahaan konstruksi SBG.

Berdasarkan catatan KBRI, sekitar 260 karyawan asal Indonesia saat ini tidak lagi bekerja di perusahaan dan tinggal di mess karyawan menunggu proses pemulangan dan penyelesaian hak-haknya.

Sebelum melantunkan doa penutup dalam pertemuan tersebut, Dubes Maftuh menegaskan bahwa tugas diplomat adalah menjadi pelayan yang baik untuk segenap WNI yang ada di Arab Saudi. “Inilah yang saya sebut dengan “diplomasiyyah insaniyyah”, diplomasi kemanusiaan, yang mengharuskan bahwa segala aktivitas diplomatik harus diarahkan untuk kepentingan dan kemaslahatan rakyat,” kata Dubes Maftuh lewat rilis yang diterima Tempo, Minggu, 17 April 2015.




Sumber: tempo.co