JIKA BUNTU, TNI AMBIL OPSI OPERASI MILITER BEBASKAN 10 WNI
KSAD Jenderal TNI Mulyono menegaskan operasi militer terhadap kelompok Abu Sayyaf merupakan pilihan terakhir jika upaya negosiasi membebaskan 10 WNI yang disandera mengalami jalan buntu. |
Jakarta,
Kepala Staf TNI-AD (KSAD) Jenderal TNI Mulyono
menegaskan operasi militer terhadap kelompok Abu Sayyaf di Filipina,
merupakan pilihan terakhir jika upaya negosiasi untuk membebaskan 10
warga negara Indonesia yang disandera mengalami jalan buntu.
"Berbagai langkah negosiasi sudah dilakukan untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina itu. Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai maka langkah terakhir adalah dengan melakukan operasi militer," katanya kepada pers di Atambua, seperti diberitakan Antara, Jumat (1/4).
Mulyono secara langsung melihat kondisi prajurit TNI yang bertugas di tapal batas negara serta meninjau beberapa pos pengamanan. Salah satu wilayah yang dikunjunginya adalah perbatasan RI-Timor Leste.
Pulau kecil yang terletak di wilayah paling selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia itu merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Rote Ndao, NTT.
Pulau ini dijaga oleh prajurit TNI dari Yonif 743/PSY (pasukan organik milik Korem 161/Wirasakti Kupang) dan sebuah batalyon dari Marinir.
Mulyono enggan membicarakan detail operasi militer. Alasannya, menurutnya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah menyampaikan kepada media soal upaya pembebasan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf.
"Panglima TNI sudah memberikan komentar dan telah memberikan gambaran kepada semua media di Indonesia, sehingga saya merasa, tidak perlu menjelaskan lagi. Saya pikir, kita sampai di sini saja," ujar Mulyono.
"Berbagai langkah negosiasi sudah dilakukan untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina itu. Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai maka langkah terakhir adalah dengan melakukan operasi militer," katanya kepada pers di Atambua, seperti diberitakan Antara, Jumat (1/4).
Mulyono secara langsung melihat kondisi prajurit TNI yang bertugas di tapal batas negara serta meninjau beberapa pos pengamanan. Salah satu wilayah yang dikunjunginya adalah perbatasan RI-Timor Leste.
Pulau kecil yang terletak di wilayah paling selatan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Australia itu merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Rote Ndao, NTT.
Pulau ini dijaga oleh prajurit TNI dari Yonif 743/PSY (pasukan organik milik Korem 161/Wirasakti Kupang) dan sebuah batalyon dari Marinir.
Mulyono enggan membicarakan detail operasi militer. Alasannya, menurutnya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah menyampaikan kepada media soal upaya pembebasan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf.
"Panglima TNI sudah memberikan komentar dan telah memberikan gambaran kepada semua media di Indonesia, sehingga saya merasa, tidak perlu menjelaskan lagi. Saya pikir, kita sampai di sini saja," ujar Mulyono.
Pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk menyelamatkan ke 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina.
Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menyatakan ada warga negara asing yang saat ini disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina bersama 10 anak buah kapal asal Indonesia.
“Di samping WNI, ada WNA. Setahu saya ada 11 orang. Ada dari Kanada, Belanda, Norwegia, Filipina,” kata Sutiyoso di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/3).
Keberadaan sejumlah warga asing itu, ujar Sutiyoso, membuat opsi pembebasan sandera dengan cara penyerbuan menjadi tak mudah karena ada aspek politis yang dipertimbangkan di samping aspek taktis semata.
Keberadaan warga asing otomatis membuat operasi pembebasan sandera lebih sulit karena risiko kian tinggi. Keselamatan warga asing, selain 10 warga Indonesia sendiri di sana, juga mesti dipertimbangkan.
“(Kondisi 10 ABK Indonesia) masih aman, cuma kami tidak tahu apakah mereka (disandera secara) terpencar atau tidak. Itu perlu diketahui,” kata Sutiyoso.
Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menyatakan ada warga negara asing yang saat ini disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina bersama 10 anak buah kapal asal Indonesia.
“Di samping WNI, ada WNA. Setahu saya ada 11 orang. Ada dari Kanada, Belanda, Norwegia, Filipina,” kata Sutiyoso di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/3).
Keberadaan sejumlah warga asing itu, ujar Sutiyoso, membuat opsi pembebasan sandera dengan cara penyerbuan menjadi tak mudah karena ada aspek politis yang dipertimbangkan di samping aspek taktis semata.
Keberadaan warga asing otomatis membuat operasi pembebasan sandera lebih sulit karena risiko kian tinggi. Keselamatan warga asing, selain 10 warga Indonesia sendiri di sana, juga mesti dipertimbangkan.
“(Kondisi 10 ABK Indonesia) masih aman, cuma kami tidak tahu apakah mereka (disandera secara) terpencar atau tidak. Itu perlu diketahui,” kata Sutiyoso.
Sumber : cnnindonesia.com