KISAH SUKSES IMIGRAN, USIA 22 TAHUN PUNYA RESTORAN DI AUSTRALIA
Author -
doulospusat.org
Akanksha Taneja (22) tidak membiarkan usia menjadi penghalangnya untuk maju dalam usaha. (Sumber news.com.au)
Penrith - Bagi sebagian orang, terjun ke bisnis restoran bak melompat dari penggorengan dan malah terjatuh ke api. Sama-sama panas. Namun, kesan menakutkan bisnis kuliner tak menghentikan langkah Akanksha Taneja. Padahal, usia gadis itu baru 22 tahun.
Dikutip dari News.com.au
pada Senin (18/01/2016), pada usia semuda itu, ia telah menjadi pemilik
salah satu gerai restoran waralaba Oporto Penrith, yang terletak di
barat kota Sydney, Australia. Tentu dengan segala tantangan mengatur sekitar 20 pegawai, termasuk ibu dan bibinya.
Tapi itu baru awalnya. “Saya tentunya berencana untuk menambah lebih
banyak cabang pada pohon (usaha) yang saya bangun, agar tumbuh pesat
menjadi perusahaan hebat,” kata dia kepada Penrith Press.
Lanjutnya, “Saya merencanakan untuk mengembangkan usaha saya di kawasan Penrith, menuju Blue Mountains dan Richmond.”
Mantan siswi Kingswood High ini bepergian dari Cranebrook ke Penrith
setiap hari, ujarnya, “Hari saya dimulai pada jam 8.30 pagi.”
Selain kesuksesannya, yang menonjol dari Akanksha Taneja adalah
asal-usulnya. Ia bukan penduduk asli Negeri Kanguru. Melainkan imigran.
Taneja menyebutkan kedatangannya ke Australia pada 2008 yang memungkinkan semua ini.
Menurutnya, ia harus menunggu hingga usia 18 tahun untuk boleh bekerja di negara asalnya, India. Di Australia, ia bisa memulainya bahkan ketika masih berusia 16 tahun. Pekerjaan pertamanya adalah di Oporto Penrith.
Pada usia 20 tahun, ia sudah dipromosi menjadi manajer toko yang
memiliki wewenang atas sejumlah orang, termasuk adik lelakinya sendiri.
Setelah lulus dari jurusan akuntansi di Western Sydney University,
Taneja sempat mengejar karir sebagai akuntan di Novotel Hotel selama 6
bulan hingga akhinya mantan atasannya mengatakan bahwa ia akan menjual
bisnis restoran waralabanya.
“Ia menanyakan apakah saya tertarik, lalu saya membahas dengan ayah
yang sangat mendukung, kemudian kami secara resmi mengambil alihnya pada
Juni 2015. Mungkin ini memang panggilan saya untuk menjalankan Oporto,”
kata dia.
Wanita imigran muda ini mengatakan bahwa ia tidak pernah membiarkan usianya menjadi halangan untuk maju.(Sumber nollyscoop.com)
Ayahnya memiliki perusahaan peruntuhan bangunan di India dan Taneja
mengambil mata kuliah pengaturan organisasi sebagai syarat kelulusannya.
Dua hal ini membantu perannya sekarang. Bukan hanya itu, pamannya juga
baru membuka sebuah cabang Oporto di Liverpool.
Tanje mengatakan bahwa ia tidak pernah membiarkan usianya menjadi halangan untuk maju.
“Menurut saya, suatu hal yang terbaik di Australia adalah kesadaran
orang tentang nilai uang sejak dini karena mereka mengetahui betapa
gigihnya mereka bekerja untuk meraihnya.”
Oporto adalah jaringan restoran Australia yang memiliki 140 gerai.
Restoran ini bermula di Bondi pada 1986, dan terkenal dengan menu ayam
bakar dan burger.
Kualitas ada dalam daftar prioritas Taneja. "Kalau saya tidak mau
memakannya, saya tidak akan menghidangkannya kepada pelanggan."
Semangat.