DENSUS 88 TEMBAK TIGA TERDUKA TERORIS DI POSO
Jakarta - Detasemen
Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri melumpuhkan tiga orang yang
diduga sebagai teroris pengikut kelompok Santoso di Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah, pada Rabu, 20 Januari 2016. “Satu orang berhasil
ditangkap dan dua orang meninggal,” tutur Kepala Divisi Humas Mabes
Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan di kantornya, Kamis, 21 Januari
2016.
Ketiga orang tersebut, kata Anton, ditembak saat Densus 88 melakukan penyergapan di kawasan pegunungan Poso. Kontak senjata tak terelakkan. Dua terduga anggota kelompok Santoso yang sempat melawan ditembak mati. Sedangkan satu orang lainnya berhasil ditangkap dalam keadaan hidup untuk diperiksa lebih lanjut.
Saat ini, terduga teroris itu masih diperiksa di kantor Polres Poso. Sedangkan dua jenazah rekannya masih berada di rumah sakit setempat. “Nanti kami identifikasi dulu, siapa orang tersebut,” tuturnya.
Menurut Anton, dua jenazah bakal dilakukan identifikasi dan tes DNA. Termasuk mencari keluarganya dan meminta keterangan soal peran mereka dalam jaringan kelompok Santoso. Sedangkan seorang warga masih diperiksa kepolisian setempat.
Mabes Polri belum berencana membawa terduga kelompok Santoso tersebut ke Jakarta, mengingat harus menempuh jarak yang jauh. Karena itu, dia harus memastikan peran terduga dalam jaringan Santoso.
Anton mengatakan, sejak Desember tahun lalu, pihaknya telah mengintensifkan diri untuk menyergap kelompok Santoso. Apalagi, pascateror bom Thamrin pekan lalu, pihaknya mengerahkan pasukan untuk memburu markas Santoso. Dia ingin mempersempit ruang gerak kelompok yang diduga teroris itu.
Sampai saat ini, polisi berhasil menemukan tiga markas kelompok Santoso di dalam hutan. Mereka biasanya sering berpindah-pindah markas. Polisi hanya menemukan bekas makanan dan pelatihan militer di tempat tersebut.
Santoso disebut-sebut memiliki kaitan dengan teror bom Thamrin. Dia diduga berkoordinasi dengan terduga teroris Bahrun Naim untuk melancarkan aksi teror di depan gedung Sarinah. Saat ini polisi telah memeriksa 15 saksi yang diduga terlibat dalam tragedi tersebut. Enam orang diindikasikan terkait langsung dengan teror Thamrin, 2 orang diduga menyuplai bahan-bahan, 5 orang terkait dengan kepemilikan senjata, dan sisanya masih menjalani pemeriksaan.
Ketiga orang tersebut, kata Anton, ditembak saat Densus 88 melakukan penyergapan di kawasan pegunungan Poso. Kontak senjata tak terelakkan. Dua terduga anggota kelompok Santoso yang sempat melawan ditembak mati. Sedangkan satu orang lainnya berhasil ditangkap dalam keadaan hidup untuk diperiksa lebih lanjut.
Saat ini, terduga teroris itu masih diperiksa di kantor Polres Poso. Sedangkan dua jenazah rekannya masih berada di rumah sakit setempat. “Nanti kami identifikasi dulu, siapa orang tersebut,” tuturnya.
Menurut Anton, dua jenazah bakal dilakukan identifikasi dan tes DNA. Termasuk mencari keluarganya dan meminta keterangan soal peran mereka dalam jaringan kelompok Santoso. Sedangkan seorang warga masih diperiksa kepolisian setempat.
Mabes Polri belum berencana membawa terduga kelompok Santoso tersebut ke Jakarta, mengingat harus menempuh jarak yang jauh. Karena itu, dia harus memastikan peran terduga dalam jaringan Santoso.
Anton mengatakan, sejak Desember tahun lalu, pihaknya telah mengintensifkan diri untuk menyergap kelompok Santoso. Apalagi, pascateror bom Thamrin pekan lalu, pihaknya mengerahkan pasukan untuk memburu markas Santoso. Dia ingin mempersempit ruang gerak kelompok yang diduga teroris itu.
Sampai saat ini, polisi berhasil menemukan tiga markas kelompok Santoso di dalam hutan. Mereka biasanya sering berpindah-pindah markas. Polisi hanya menemukan bekas makanan dan pelatihan militer di tempat tersebut.
Santoso disebut-sebut memiliki kaitan dengan teror bom Thamrin. Dia diduga berkoordinasi dengan terduga teroris Bahrun Naim untuk melancarkan aksi teror di depan gedung Sarinah. Saat ini polisi telah memeriksa 15 saksi yang diduga terlibat dalam tragedi tersebut. Enam orang diindikasikan terkait langsung dengan teror Thamrin, 2 orang diduga menyuplai bahan-bahan, 5 orang terkait dengan kepemilikan senjata, dan sisanya masih menjalani pemeriksaan.
Sumber : tempo.co