WARGA MUSLIM AS TANPA KECUALI HARUS MELAWAN ISIS
Diakuinya bahwa ideologi ekstremis telah menyebar juga ke dalam beberapa komunitas Muslim. “Warga Muslim sendiri yang harus menghadapinya tanpa terkecuali,” tegas Obama.
![]() |
Presiden AS Barack Obama dalam konferensi pers
untuk menutup kunjungannya di Paris, Perancis, 1 Desember 2015. (Foto:
voaindonesia.com)
|
WASHINGTON DC - Presiden
Amerika Barack Obama menegaskan agar perang melawan teror tidak membuat
warga Amerika menjadi saling menyerang satu sama lain.
“Jangan biarkan upaya melawan teror ini didefinisikan
sebagai perang antara Amerika melawan Islam. Ini adalah yang diinginkan
ISIS. ISIS tidak mewakili Islam. Mereka adalah penjahat dan pembunuh
yang kejam,” tegas Obama.
Lebih jauh disampaikannya bahwa mayoritas korban ISIS di seluruh dunia justru warga Muslim.
Presiden Obama menyampaikan pidato dari ruang Oval
Gedung Putih Minggu malam (6/12) yang disiarkan secara langsung oleh
televisi-televisi nasional.
Dalam pidato selama 13 menit itu Presiden Obama secara
garis besar meyakinkan warga bahwa pemerintahannya telah melakukan
apapun untuk melindungi warga dari teroris dan sekaligus mengalahkan
kelompok ISIS pasca serangan di Paris dan California.
Di awal pidato Presiden Obama menjelaskan bagaimana
setelah serangan 11 September 2001, aksi teroris kini sudah berkembang
ke tahap baru.
Teroris kini beralih ke aksi kekerasan yang lebih
sederhana seperti penembakan massal yang semakin sulit untuk dicegah dan
digagalkan. Ia menyebut beberapa contoh seperti penembakan di Fort Hood
– Texas hingga di San Bernardino, California.
Khusus tentang penembakan di San Bernardino, Obama
mengatakan tim penyelidik FBI masih mempelajari rincian serangan itu,
namun jelas kedua pembunuh di San Bernardino, California telah
“teradikalisasi”.
Presiden Obama dengan tegas menyebut penembakan di
pusat latihan bagi gangguan mental Kamis lalu (3/12) sebagai “tindakan
teroris yang dirancang untuk membunuh orang-orang tidak berdosa”, tetapi
menambahkan belum ada bukti bahwa kedua pembunuh itu diperintahkan oleh
organisasi teroris di luar negeri atau merupakan bagian dari jaringan
yang lebih luas di dalam Amerika.
Presiden Obama mengatakan telah memerintahkan
Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mengkaji ulang program pembebasan
visa, yang sempat dimanfaatkan Tashfeen Malik – salah seorang penembak
yang juga istri penembak Syed Rizwan Farook – untuk masuk ke Amerika.
Obama kembali menyerukan warga Muslim-Amerika untuk
menjadi mitra utama dalam perang melawan ISIS. Warga Muslim – ujar Obama
– bisa mengirim pesan yang kredibel dan efektif untuk melawan dan
menentang propaganda jihadis. Diakuinya bahwa ideologi ekstremis telah
menyebar juga ke dalam beberapa komunitas Muslim.
“Warga Muslim sendiri yang harus menghadapinya tanpa terkecuali,” tegas Obama.
Dan ketika warga Muslim memenuhi tanggungjawabnya
melawan radikalisasi tersebut – ujar Obama – merupakan tanggungjawab
seluruh warga Amerika untuk menolak diskriminasi.
“Merupakan tanggungjawab kita untuk menolak usulan supaya memperlakukan warga Muslim secara berbeda,” tambah Obama.
Presiden Obama untuk kesekian kalinya menyerukan aturan
kepemilikan senjata yang lebih ketat. Obama kembali menyerukan Kongres
untuk melarang orang-orang yang ada dalam daftar larangan terbang untuk
membeli senjata. “Upaya pembelian senjata serbu seperti yang
dipergunakan dalam penembakan di San Bernardino juga harus dipersulit”,
ujar Obama.
Di bagian akhir pidatonya, Presiden Obama mengingatkan
warga Amerika untuk tidak melupakan hal-hal yang membuat Amerika menjadi
luar biasa.
“Jangan lupakan bahwa kebebasan lebih kuat dari rasa
takut.
Dan bagaimana kita berhasil mengalahkan tantangan baik dalam
perang, depresi, bencana alam atau serangan teror dengan tampil sebagai
satu bangsa," tegas Obama mengakhiri pidatonya.
Sumber: satuharapan.com