GUS NURIL MENGHADIRI PERAYAAN NATAL
![]() |
Ibadah perayaan Natal Gereja Bethel Indonesia Kemuliaan Kasih Agape (GBI KKA) digelar pada hari Jumat (11/12), di Gedung BKOW Jakarta Timur. |
JAKARTA, Ibadah perayaan
Natal yang dilaksanakan Gereja Bethel Indonesia Kemuliaan Kasih Agape
(GBI KKA) bersama Badan Koordinasi Nasional:
Gerakan Mencegah Daripada
Mengobati (BAKORNAS GMDM),
HMT Ministry,
Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia (BNN),
Bareskrim Polri Direktorat Narkoba,
Kementerian Sosial Republik Indonesia,
Forum Organisasi Kemasyarakatan
Anti Narkoba Nasional (FOKAN),
Kodam Jaya, Baladhika Karya, Universitas
Wiraswasta Indonesia (UWIN),
Ronny Pattinasarany Foundation,
dan
sejumlah komunitas motor di wilayah Jakarta, hari Jumat (11/12),
di
Gedung BKOW Jakarta Timur, menghadirkan DR KH Nuril Arifin Husen MBA
(Gus Nuril), Pimpinan Pondok Pesantren Soko Tunggal Jakarta dan
Semarang.
Tema yang diangkat dalam ibadah
perayaan Natal bersama tersebut adalah “Arti Kehadiranmu Tuhan”, dengan
pembicara Pendeta Jefri Tambayong dari Gereja Bethel Indonesia Kemuliaan
Kasih Agape (GBI KKA).
“Pastikan Tuhan selalu hadir dalam
setiap aspek kehidupan kita agar terang itu selalu bersinar. Keadaan
dunia ini bukan semakin mudah, karena kehancuran demi kehancuran marak
terjadi, tetapi selalu ada harapan sekalipun di dalam hal yang dianggap
manusia adalah mustahil,” kata Pendeta Jefri ketika mengawali kotbahnya.
Ibadah perayaan Natal bersama ini
mengangkat Nats Alkitab dari Yesaya 41:10 yang berbunyi: “janganlah
takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini
Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Pendeta Jefri dalam kotbah
singkatnya mengatakan bahwa Nats Alkitab itu selalu mengingatkan manusia
agar tidak gentar dalam menjalani kehidupan. Pendeta Jefri menekankan
bahwa ketika manusia merasa merasa dirinya tidak berharga, tetapi
sesungguhnya bagi Tuhan, manusia adalah berharga dan ciptaanNya yang
sempurna.
Dalam ibadah ini, turut hadir para
mantan pengguna dan pengedar narkoba yang telah sembuh dan bertobat.
Mereka terlihat bersukacita atas kesempatan yang selalu diberikan Tuhan
di dalam kehidupan, hal itu tampak jelas ketika mereka diminta oleh
Pendeta Jefri mengangkat tangan di tengah para undangan.
Pendeta Jefri menyampaikan bahwa
masa depan manusia sudah dijamin oleh Tuhan dan tidak dapat direnggut
oleh apapun apabila Tuhan selalu dihadirkan dalam setiap langkah dan
usaha manusia menggapai cita-cita.
Selain itu, Pendeta Jefri sangat bersukacita atas ibadah Natal
bersama tersebut karena dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai elemen
masyarakat, tidak memandang agama maupun suku apapun. Semua berbaur
menjadi satu dalam ibadah perayaan Natal bersama tersebut.
Gus Nuril sebagai Pimpinan Pondok
Pesantren juga merasakan hal yang sama dalam ibadah perayaan Natal
bersama itu. Gus Nuril memberikan banyak pesan Natal yang menggugah para
hadirin untuk selalu menjunjung toleransi beragama di Indonesia.
Dia
menyayangkan atas segala konflik dan peperangan yang terjadi akhir-akhir
ini di dunia hanya karena permasalahan beda agama. Gus Nuril menegaskan
bahwa tidak mungkin terjadi kehancuran apabila umat manusia saling
menghormati dan menghargai.
“Saya yakin bahwa semangat Natal
ini mampu menerangi dan memberkati setiap orang, kita harus bersuka cita
bersama. Kita harus punya komitmen besar bagi kemajuan bangsa. Kita
bisa saling bergandengan tangan tanpa membeda-bedakan agama. Pesan Tuhan
begitu kuat pada kita semua hari ini, bukan hanya orang Kristen yang
membutuhkan damai itu, tetapi semua orang, semua agama. Mari kita
utamakan hukum tertinggi, yaitu kasih,” ujar Gus Nuril dalam pesan
Natalnya.
Gus Nuril juga menyoroti isu dunia,
yaitu isu akan akan ada pelarangan orang beragama Islam untuk bisa
masuk ke Amerika.
Gus Nuril berharap bahwa umat Kristen di Indonesia
tidak menyepakati isu tersebut. Isu tersebut menurutnya justru semakin
membuat hancur persatuan umat beragama yang ada. Gus Nuril menyayangkan
kebijakan-kebijakan yanng tidak mengutamakan kasih.
Gus Nuril dalam perayaan Natal
bersama itu juga mengajak para tamu menyanyikan lagu Malam Kudus yang
biasa dinyanyikan oleh umat Kristen di malam Natal. Dia memimpin para
tamu untuk menyanyikan lagu Malam Kudus versi bahasa Indonesia dan
bahasa Arab.
Selain itu, Gus Nuril bersama Pendeta Jefri, pimpinan
lembaga-lembaga pemerintahan, ketua lembaga-lembaga sosial, dan
perwakilan komunitas bersama-sama menyalakan lilin Natal.
Profil Gus Nuril Arifin Husein
Dilansir dari IslamCendekia.com,
nama Gus Nuril semakin melambung, setelah dirinya memimpin pasukan
berani mati, saat Presiden Gus Dur hendak dilengserkan.
Nama Gus Nuril juga semakin dikenal publik ketika dirinya dengan
senang berceramah lintas agama di gereja-gereja dan tempat ibadah
lainnya, seperti Vihara dan Kelenteng.
Sontak, dakwah Gus Nuril menuai
kecaman dari berbagai pihak, termasuk ulama dan kiai sendiri.
Puncaknya, ketika Gus Nuril diminta untuk turun paksa oleh Habib Ali bin Husein Assegaf sebagai Pimpinan Majlis Ta'lim Nurul Habib.
Ia diusir
lantaran dinilai ceramahnya tentang sejarah Islam, Wahabi, dan
Penyebaran Islam di Indonesia berasal dari Cina berlalu provokatif dan
tidak sesuai dengan tema.
Namun, pengusiran memalukan sesama pendakwah tersebut berbuah manis bagi Gus Nuril. Sejak peristiwa itu, ia justru semakin dikenal publik.
Namun, pengusiran memalukan sesama pendakwah tersebut berbuah manis bagi Gus Nuril. Sejak peristiwa itu, ia justru semakin dikenal publik.
Banyak agenda yang mendatangkan beliau sebagai pendakwah.
Banyak media Islam yang menulis Gus Nuril dari berbagai sisi. Ada yang mendukung, ada juga yang menghujat, mencemooh, dan menghina. "Kiai ora waras”, begitu sebutan untuk Gus Nuril.
Ia juga dijadikan tokoh yang bersebarangan dengan ormas Front Pembela Islam (FPI). Banyak kalangan dari Islam garis keras yang kemudian berhadapan dengannya.
Hal tersebut disebabkan gaya pemikiran Gus Nuril yang dianggap menyimpang, nyeleneh, dan tidak lumrah. Maka tidak heran jika ulama ini ditentang keras dengan umat Islam seperti FPI.
Sesat, sesat, dan sesat. Sematan ini seolah sudah kenyang bagi Gus Nuril.
FPI dan aliran Islam radikal lainnya sepertinya acapkali
melontarkan kalimat tersebut padanya.
Sumber: Satuharapan.com