Babi mangalitsa yang memiliki penampilan unik ini juga menjadi idola karena rasa dagingnya sekaligus kegunaan bulunya.
Budapest - Melihat dari moncong dan postur tubuhnya, tidak sulit menebak hewan ini adalah babi. Namun, jika dilihat dari bulu lebat ikal dan mengembang, mangalitsa terlihat sangat mirip dengan domba.
Dikutip dari d'Artagnan, Jumat (4/12/2015), Mangalitsa atau nama lainnya Mangalica merupakan babi langka asal Hungaria dengan bulu keriting mirip domba. Bulunya bisa berwarna hitam atau merah, namun lebih sering pirang.
Babi umumnya memiliki bulu pendek, ras babi lainnya yang memiliki
bulu panjang adalah jenis Lincolnshire Curly Coat dari Inggris, yang
kini sudah punah.
Sehingga, mangalitsa merupakan babi terakhir berbulu domba, dan hampir punah pada tahun 1990-an-- saat ini spesiesnya hanya tersisa kurang dari 200 ekor.
Babi mangalitsa memiliki bulu menyerupai domba. (foto: panoramio.com)Pengembangbiakkan mangalitsa dimulai pada tahun 1830-an, di kerajaan
Austro-Hungarian. Archduke Joseph Anton Johann, anak ketujuh Kaisar Roma
Leopold II menerima sejumlah babi jenis Sumadija dari pangeran Serbia
dan mengawinkannya dengan babi Bakony dan Szalonta. Hasilnya, mangalitsa
memiliki bulu keriting dan cenderung lebih gendut.
Awalnya, babi dipersiapkan untuk menjamu kerajaan Habsburg. Namun
karena rasanya yang lezat, babi ini sangat populer, sehingga pada akhir
Abad ke-19 menjadi spesies babi utama di Eropa.
Babi mangalitsa tidak sulit dipelihara, karena tidak membutuhkan
perawatan khusus. Mangalitsa memiliki kemampuan alami menggemukkan
tubuh, bahkan merupakan jenis babi tergemuk du dunia dengan lemaknya
menjadi 65 sampai 70 persen berat tubuh.
Dagingnya dianggap merupakan daging babi terlezat di dunia, daging
mangalitsa kemerahan, berbercak lemak putih, dan kaya asam lemak omega-3
dan antioksidan alami.
Ini karena diet alami hewan itu, yang memakan tumbuhan hutan, gandum,
jagung, dan jelai. Lemak mangalica juga mengandung lemak jenuh lebih
banyak.
Selain penampilan uniknya, mangalitsa jadi 'idola' karena cita rasa daging dan kegunaannya. (foto: agricultura.arad-stiri.info)
Dari awal Abad ke-19 sampai tahun 1950-an, babi mangalitsa merupakan
ras babi terpopuler di Hungaria. Lemak dan produk olahan dagingnya
merupakan produk paling diminati di pasar Eropa. Sebelum adanya minyak
sayur, lemak mangalitsa juga diminati untuk minyak memasak dan produksi
lilin, sabun, dan kosmetik.
Namun, di pertengahan Abad ke-20, mangalitsa turun pamor. Pasalnya,
orang-orang sudah tahu bahwa lemak jenuh bahaya untuk kesehatan.
Akibatknya, pengembangbiakkan babi menurun, digantikan dengan ras babi
yang lebih rendah kadar lemaknya.
Pada akhir 1970-an, babi mangalitsa di Austria hanya bisa ditemukan
di penangkaran dan kebun binatang, dan kurang dari 200 ekor di Hungaria.
Namun, di pertengahan 1980-an, minat terhadap Mangalitsa kembali
muncul, dan pada tahun 1994, Hungarian National Association of Mangalica
Pig Breeders dibangun untuk melindungi ras ini.
Selama 20 tahun
terakhir, sosis mangalitsa dengan paprika menjadi hidangan Hungaria yang
diminati. Hari ini, ada lebih dari 8.000 peternakan babi di Hungaria yang
memproduksi 60.000 babi mangalitsa setiap tahunnya. Walau masih masuk
kategori spesial dan terbatas, babi mangalitsa tidak akan segera punah.