MENYAMAR PELACUR DEMI HAPUSKAN PERDAGANGAN MANUSIA
![]() |
Para biarawati sedang di jalan. (Foto: wikipedia.org) |
LONDON – “Para biarawati
dari Talitha Kum menyelamatkan korban perdagangan manusia dengan
menyamar sebagai pelacur untuk menyusupkan bordil dan membeli anak-anak
yang dijual sebagai budak meluas ke 140 negara, kata kepala biarawati,
pada hari Rabu (18/11).
John Studzinski, seorang bankir investasi dermawan yang memimpin
Talitha Kum, mengatakan jaringan 1.100 suster tersebut saat ini
beroperasi di sekitar 80 negara, tetapi permintaan untuk upaya memerangi
perdagangan dan perbudakan meningkat secara global.
Kelompok itu, yang didirikan pada tahun 2004, memperkirakan satu
persen dari populasi dunia diperdagangkan dalam beberapa bentuk, dari 73
juta orang, 70 persen adalah perempuan dan hampir setengahnya berusia
16, bahkan ada yang lebih muda.
"Saya tidak mencoba untuk menjadi sensasi, tapi saya mencoba untuk
menggarisbawahi fakta ini, dunia telah kehilangan hal baik, di mana hal
gelap banyak sekali terjadi," kata Studzinski, wakil ketua bank
investasi The Blackstone Group AS.
"Ini adalah masalah yang disebabkan oleh kemiskinan," katanya kepada Trust Women Conference yang diselenggarakan oleh Thomson Reuters Foundation.
Merinci beberapa kasus yang melibatkan perdagangan dan perbudakan,
Studzinski mengatakan, pengobatan terhadap beberapa korban itu
mengerikan.
Dia mengatakan, ada seorang wanita yang diperbudak sebagai pelacur
dikunci selama seminggu tanpa makanan, dan terpaksa makan dari
kotorannya sendiri, ketika ia gagal berhubungan seks dengan 12 klien per
hari.
Dalam kasus ekstrim yang lain, seorang wanita dipaksa untuk berhubungan seks dengan 10 orang pada saat yang sama.
Studzinski mengatakan bahwa biarawati yang bekerja untuk memerangi
perdagangan akan melakukan perjalanan panjang untuk menyelamatkan
perempuan, sering berpakaian seperti pelacur, dan pergi ke jalan untuk
menyusupkan diri ke dalam rumah bordil.
"Biarawati-biarawati relawan ini tidak mempercayai siapa pun. Mereka
tidak percaya pemerintah, mereka tidak percaya perusahaan, dan mereka
tidak percaya polisi setempat. Dalam beberapa kasus mereka tidak bisa
mempercayai pendeta laki-laki," katanya, menambahkan bahwa mereka lebih
fokus pada pekerjaan penyelamatan daripada kegiatan promosi.
"Mereka bekerja di rumah bordil. Tidak ada yang tahu mereka ada,” katanya.
Para biarawati juga proaktif berusaha menyelamatkan anak-anak yang
dijual sebagai budak oleh orang tua mereka, menyiapkan jaringan rumah di
Afrika, Filipina, Brazil, dan India untuk tempat berlindung anak-anak
tersebut.
Dia mengatakan, para biarawati dari Talitha Kum mengumpulkan uang untuk membeli anak-anak ini.
"Ini adalah suatu jaringan baru dari rumah perlindungan bagi
anak-anak di seluruh dunia yang seharusnya menjadi korban perdagangan
manusia. Hal ini mengejutkan, tetapi itu nyata," katanya.
Studzinski mengatakan bahwa jaringan biarawati, yang dalam proses
perluasan, juga sempat menjadi target perbudakan dalam rantai pasokan
perdagangan manusia.
Talitha Kum sekarang bekerja sama dengan perusahaan untuk melihat apa
yang terjadi sehubungan dengan rantai pasokan dan memperluas jaringan
secara global sehingga akan membantu mengatasi persoalan ini.
"Anda tidak bisa menggeneralisasi perdagangan dan perbudakan manusia karena tidak ada dua negara yang sama," kata Studzinski. (huffingtonpost.com/feb)
Sumber: satuharapan.com