KENDALA TRANSPORTASI "BUNUH" BANYAK WARGA DI PELOSOK TERMASUK DR. ANDRA

Kematian Andra—demikian dia biasa disapa—menjadi sorotan saat cerita tersebut diunggah melalui jejaring media sosial. Betapa dokter yang mengabdikan dirinya untuk warga mengembuskan napas terakhir akibat keterbatasan alat kesehatan dan sarana transportasi.
Namun, terlepas dari cerita memilukan itu, sesungguhnya banyak warga di pedalaman yang mengalami nasib serupa, tetapi luput dari perhatian.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikyel Pontoh mengungkapkan hal itu di Kantor Dinas Kesehatan, Ambon, Kamis (12/11/2015), saat menyinggung kasus meninggalnya Andra.
"Kasus ini juga diharapkan jadi perhatian bagi pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Kesehatan. Ini satu dokter saja yang meninggal. Sebenarnya banyak warga di sana juga meninggal dengan kondisi yang sama karena kesulitan transportasi saat sakit," ungkap Pontoh.
Pontoh mengaku, banyak warga yang sakit di wilayah tersebut tidak bisa dibawa keluar dari Aru dan daerah-daerah perbatasan di wilayah Maluku. Padahal, mereka membutuhkan perawatan layak di rumah sakit yang memadai.
Sistem transportasi di sejumlah wilayah di Maluku masih sangat memprihatinkan.
"Masyarakat yang mengalami masalah seperti dr Andra ini setiap hari ada, cuma selalu luput dari perhatian dan jarang diperhatikan," kata dia lagi.
"Ada 3-4 warga yang meninggal karena tidak bisa dirujuk ke RS. Apakah ada perhatian dengan mereka?" kata dia.
Diberitakan sebelumnya, dr Andra meninggal dunia di RSUD Cendrawasih, Dobo, Kepulauan Aru, Rabu (11/11/2015) sekitar pukul 18.20 WIT.
Dia menjalani perawatan sejak hari Minggu sebelumnya. Tidak adanya sarana transportasi udara di Dobo membuat Andra tidak dapat dirujuk ke luar pulau.
Kini, setelah meninggal dunia, jasad Andra pun sulit dipindahkan karena masalah yang sama, yakni masalah transportasi.
Jenazah Andra hanya bisa dibawa menggunakan kapal feri menuju Maluku Tenggara, dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam.
Setelah itu, jenazah baru akan diterbangkan lagi ke Bandara Pattimura, Ambon, sebelum akhirnya dibawa ke Jakarta untuk diserahkan kepada pihak keluarga.
Sumber: kompas.com