Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

EKONOMI MENGGELIAT SETELAH INVESTOR MULAI PERCAYA

Ilustrasi proyek pembangunan/bangunan bertingkat/Apartemen. ANTARA/Sigid Kurniawan
Jakarta - Sejumlah indikator ekonomi makro menunjukkan perekonomian nasional belakangan ini mulai menggeliat dan membuat banyak kalangan makin optimistis. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ataupun meningkatnya penyaluran kredit merupakan sinyal positif, kendati perekonomian global belum sepenuhnya pulih.

Data teranyar Bank Indonesia tentang perkembangan uang beredar per September 2015, yang dirilis Rabu 4 November 2015, menyebutkan kredit per September tumbuh 10,9 persen ketimbang bulan sebelumnya yang 10,8 persen. 
 
"Peningkatan pertumbuhan kredit utamanya terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara.

Tirta juga melihat telah kembalinya kepercayaan diri para pelaku usaha setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kenaikan nilai pencairan kredit Agustus-September lalu sekitar Rp 75 triliun. “Kalau dihitung tahunan (year on year), pertumbuhan kredit sampai September lalu ternyata sudah 11,01 persen, lebih tinggi dibanding posisi Juni,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Deputi Komisioner OJK Bidang Pengawasan Bank III, Irwan Lubis. Per Agustus lalu, penyaluran kredit mencapai Rp 3.881 triliun dan pada September naik menjadi Rp 3.956 triliun. 
 
“Naik 1,94 persen secara bulanan dan sejak awal tahun hingga September naik 7,68 persen,” ucapnya pekan lalu.

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga turut memberi sinyal positif bagi perbaikan perekonomian. Meskipun belum kembali seperti posisi di awal tahun, kondisi terakhir kurs tengah BI kemarin di level 13.460 per dolar AS sudah menunjukkan penguatan setelah sempat anjlok hampir menembus 15.000 per dolar AS, akhir September lalu.

Optimisme juga datang dari Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, yang memperkirakan ekonomi bakal tumbuh hingga 4,85 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Angka tersebut melampaui pencapaian di kuartal satu dan dua yang masing-masing sebesar 4,72 persen dan 4,67 persen. Tahun ini, pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh 5,7 persen.

Keyakinan pun muncul dari kalangan pengusaha, salah satunya perusahaan asal Jepang, PT Sumitomo Wiring Systems Batam Indonesia. Perusahaan ini berencana membenamkan modalnya senilai US$ 5 juta dan menyerap kurang-lebih 1.500 tenaga kerja baru. 
 
Padahal semula beredar kabar banyak investor bakal hengkang dari Batam karena kurang kompetitif.

Untuk mendorong lebih kencang lagi roda perekonomian, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar proses pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas pemerintah bisa dipercepat. "Sebenarnya dari dulu pemerintah mendengar rencana pembangunan infrastruktur, tapi dikerjakan pelan-pelan," katanya kemarin.

Kali ini, menurut Kalla, pemerintah akan mengebut pembangunan infrastruktur dan memancing lebih banyak pertumbuhan investasi untuk menggenjot perbaikan ekonomi. 
 
Pembangunan yang dimaksudkan itu berupa proyek kereta cepat, megaproyek pembangkit listrik, jaringan telekomunikasi, sumber daya air minum, serta pelabuhan dan jalan.
    
Sektor konstruksi juga diharapkan jadi kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia selanjutnya. Terlebih sudah ada komitmen Presiden Joko Widodo untuk mempercepat pembangunan proyek-proyek infrastruktur dalam lima tahun ke depan. 
 
“Indonesia akan menjadi pasar konstruksi terbesar di ASEAN dengan nilai proyek mencapai sekitar US$ 267 miliar,” ujar Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Yusid Toyib.
 
 
 
Sumber: tempo.co