ANIAYA MEMBUAT PENGIKUT KRISTUS BERTAMBAH
![]() |
Pengungsi Suriah di kamp pengungsi di Arbat wilayah Kurdi Irak. (Foto: USA TODAY) |
Melihat tindakan-tindakan
mengerikan kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah
(ISIS/Islamic State of Iraq and Syria) ribuan warga Irak Utara memilih
menjadi pengikut Kristus.
Seorang pemimpin pelayanan Kristen di Wilayah Kurdi Irak mengatakan
kepada Christian Aid Mission bahwa organisasinya hampir tidak dapat
menahan lagi keinginan para pengungsi untuk belajar tentang Kristus dan
Alkitab. Keinginan itu tumbuh makin kuat sejak ISIS mencaplok banyak
bagian dari wilayah tersebut.
“Mereka hanya muak dengan agama yang mereka anut,” katanya.
“Orang-orang sangat lapar untuk mengetahui tentang Kristus, terutama
ketika mereka mendengar tentang mukjizat, penyembuhan, belas kasih, dan
kasih.”
Dia menambahkan, “Walaupun ISIS melakukan tindakan menakutkan dan
mengerikan, yang mereka lakukan itu malah menolong kami. Sebab, saat
ISIS melakukan pembunuhan, mereka mengatakan bahwa itu semua dilakukan
karena mengikuti ajaran kitab suci mereka. Jadi sekarang kami tidak
perlu banyak bicara, kami hanya mengatakan kebenaran.”
Berdasar data PBB pada bulan Januari diperkirakan di daerah Kurdi
Irak ada 900.000 pengungsi, sekitar 233.000 dari Suriah dan sisanya dari
tempat lain di Irak. Selain orang Kurdi yang melarikan diri dari Suriah
utara, wilayah tersebut juga telah menerima ribuan orang Arab yang
melarikan diri dari provinsi Anbar yang dikuasai ISIS pada 2014 lalu.
Direktur pelayanan mengungkapkan bahwa organisasinya memberikan
bantuan kepada para pengungsi di tenda-tenda dan bangunan-bangunan semi
permanen dengan kebutuhan untuk selimut, pemanas, makanan dan popok.
Dan, kebutuhan itu masih tinggi.
Setelah menunjukkan pengungsi kasih Kristus dengan memenuhi kebutuhan mereka, pekerja bantuan kemudian membawa Alkitab, katanya.
“Kami hanya membantu karena kita mengasihi mereka dan pada waktu lain
kami mengunjungi mereka dan memberi tahu tentang Yesus dan memberi
mereka Alkitab,” katanya. “Kami percaya pada kekuatan dari firman Allah.
Kami tidak memiliki banyak pengkhotbah. Kami tidak memiliki banyak
misionaris, tapi kami memiliki firman Tuhan. Kami mampu mencetak,
membeli, dan memberikan kepada orang-orang dan anak mereka.”
Pemimpin pelayanan—namanya tidak disebut karena alasan
keamanan—mengatakan bahwa ada sebuah “kebangkitan” besar di antara warga
di Irak utara. Sebab, berbondong-bondong mereka menjadi pengikut baru
Yesus Kristus. Si pemimpin pelayanan ini mendengar langsung kesaksian
orang-orang Kristen baru itu dan kesaksian dari gereja-gereja setempat.
Dia ingat satu kesaksian yang sangat mengesankan seorang Kurdi yang diberi Alkitab.
“Si orang Kurdi itu mengatakan, ‘Ok, tapi saya tidak bisa menjadi
Kristen. Saya memiliki keluarga besar dan ayah saya adalah sangat
ekstremis radikal,’” kata si pemimpin pelayanan. “Saya berkata, ‘Saya
tidak meminta Anda untuk menjadi Kristen. Saya tidak berusaha mengubah
agama Anda di sini. Saya hanya ingin Anda untuk membaca Alkitab dan tahu
siapa Yesus Kristus. Saya ingin Anda untuk memiliki hubungan dengan
Allah.’”
Orang Kurdi itu setuju dan ia mulai membaca Alkitab bersama istri dan
banyak anak-anak mereka. Seiring waktu, orang Kurdi memberi pemimpin
pelayanan dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat saat ia membaca
Alkitab. Berkali-kali dia bertanya. Sampai akhirnya, orang Kurdi itu
berkata, “Saya ingin menjadi seorang Kristen.” Si pemimpin pelayanan itu
menimpali, “Saya kira Anda bilang tidak ingin menjadi.” Dia menjawab,
“Oh, saya berubah pikiran.”
Direktur pelayanan itu menekankan bahwa firman Tuhan memiliki
kekuatan untuk mengubah hidup. Dia ingat contoh lain saat administrator
pada perguruan tinggi syariah minta 21 Alkitab untuk kelas perbandingan
agama sehingga mereka bisa melengkapi orang-orang untuk mengkritik
Alkitab agar orang-orang Kristen jadi mualaf.
“Dalam beberapa bulan, setelah mereka mengambil kelas mempelajari
Alkitab, lima dari siswa itu malah jadi pengikut Kristus,” kata pemimpin
pelayanan.
Kesal dengan kondisi ini, dosen perguruan tinggi syariah ini mengadu
ke pihak berwenang, yang pada gilirannya memanggil direktur pelayanan.
Setelah ditanya apakah ia telah berusaha mengubah siswa-siswa itu,
direktur pelayanan menjelaskan bahwa ia bahkan tidak kenal mereka.
Kepada siswa-siswa itu hanya tersedia Alkitab karena sekolah telah
meminta mereka.
Petugas bersama dengan dosen meminta para siswa menjelaskan mengapa mereka ikut Kristus.
“Satu kata, ‘Alkitab itu kuat, penuh kuasa, itu mengubah kehidupan
kami,’” kata pemimpin pelayanan itu menirukan jawaban para siswa.
“Lalu
polisi itu mengatakan, ‘Oke, kami pergi, tidak ada kasus di sini, saya
tidak bisa berbuat apa-apa.’ Jadi dia membubarkan mereka dan bertanya,
‘Apakah benar bahwa Alkitab memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupan?’
Saya berkata, ‘Ya, tentu saja. Sudah mengubah hidup di mana-mana.’ Dia
bertanya, ‘Dapatkah saya memiliki Alkitab?’” (gospelherald.com)
Sumber: satuharapan.com