TIGA SITU DI BOGOR AKAN DISULAP JADI PASAR APUNG

BOGOR- Situ akan dijadikan tujuan
wisata di Kabupaten Bogor. Lewat konsep Situ Front City, Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Bogor bakal menjadikan keberadaan situ sebagai
potensi wisata.
Direktur Utama PT Sayaga Wisata Supriyadi Jufri mengatakan, pihaknya
menggagas konsep wisata kota dengan membuat Floating Market (Pasar
Apung).
“Itu sudah dimasukkan dalam rencana kerja perusahaan. Mirip seperti
Lembang, nanti dibuatkan tempat bagi pedagang, sehingga situ punya daya
tarik tersendiri. Prioritas kami ada tiga situ, yakni Situ Cikaret, Situ
Kebantenan dan Situ Gedong,” ujarnya.
Sedangkan Kepala Bappeda Kabupaten Bogor Syarifah menambahkan, saat
ini pihaknya sedang menyatukan Situ Kabantenan dengan Situ Cikaret untuk
meningkatkan daya tampung air guna menghindari banjir Jakarta.
Selain itu, ia juga menganggap kedua situ yang berada di Kecamatan
Cibinong memiliki nilai jual untuk dijadikan objek wisata. “Nanti itu
akan dipromosikan menjadi salah satu objek wisata. Lokasinya di tengah
pusat pemkab dan mudah diakses,” pungkasnya.
Perbaikan sejumlah situ di Kabupaten Bogor masih terkendala biaya.
Meski banyak situ yang rusak, pemerintah daerah (pemda) tak mampu
menuntaskan permasalahan. Dari 59 situ yang rusak, baru lima situ yang
saat ini dalam proses perbaikan.
Sedangkan Bupati Bogor Nurhayanti mengatakan, rehabilitasi situ
memang terkendala anggaran, sehingga proses perbaikannya dilakukan
bertahap.
“Iya, target kita 23 situ yang diperbaiki. Tapi yang sudah direhab
itu baru lima. Itu pun menggunakan dana talangan, karena bantuan dari
DKI untuk penanggulangan banjir belum diterima,” ungkapnya.
Adapun lokasi situ yang menjadi sasaran, di antaranya Kecamatan
Sukaraja, Cibinong, Bojonggede dan Tajurhalang. “Sedangkan dari total
situ yang kondisinya baik ada 34, sedang 22, rusak ringan 15 dan rusak
berat 24,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah berharap dana bantuan Pemprov DKI
Jakarta segera cair. Jika telat, maka proses perbaikannya terancam molor
tahun depan. Termasuk pengadaan tanah.
“Sebab, sebagian lahan situ yang rusak itu sudah ditempati dan
digarap bertahun-tahun oleh warga. Nah, ketika direlokasi dari kawasan
situ, mereka menuntut uang ganti untung,” katanya.
Sumber: http://jabar.pojoksatu.id/