PETERNAKAN SAPI TERBESAR DI RI YANG MENAMPUNG SAPI IMPOR AUSTRALIA

Padang -Peternakan sapi berbasis padang rumput
di Padang Mengatas, Sumatera Barat memiliki sedikitnya 1.250 ekor sapi
terdiri dari Sapi Simental, Sapi Limousin asal Australia dan Eropa dan
sapi lokal jenis Sapi Pesisir.
Peternakan ini diklaim yang terbesar di Indonesia untuk kategori peternakan sistem gembala dengan luas 280 hektar.
Kepala Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang Mangatas, Kementerian Pertanian Sugiono mengatakan sempat ada keraguan dari berbagai pihak soal keberhasilan memelihara sapi-sapi asal impor di dalam negeri termasuk di Padang Mengatas.
"Malah ada yang bilang, entah teori dari mana? Percuma ternak sapi Australia. Nggak akan berkembang biak karena iklimnya nggak cocok.
Peternakan ini diklaim yang terbesar di Indonesia untuk kategori peternakan sistem gembala dengan luas 280 hektar.
Kepala Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang Mangatas, Kementerian Pertanian Sugiono mengatakan sempat ada keraguan dari berbagai pihak soal keberhasilan memelihara sapi-sapi asal impor di dalam negeri termasuk di Padang Mengatas.
"Malah ada yang bilang, entah teori dari mana? Percuma ternak sapi Australia. Nggak akan berkembang biak karena iklimnya nggak cocok.
Jadi lebih baik bawa sapi
dewasa saja untuk langsung dipotong," cerita Sugiono saat berbincang di
peternakan Padang Mangatas, Sumatera Barat, Sabtu (10/10/2015).
Namun Sugiono tetap memelihara sapi-sapi tersebut dan mengembangbiakannya. Hasilnya, pertumbuhan sapi-sapi impor di Padang Mengatas cukup baik hingga memiliki berat badan ideal.
"Buktinya, sapi-sapi ini beranak kok. Sapi-sapi ini tetap gemuk kok. Selama ini kita hanya dibodoh-bodohi. Padahal kita bisa bikin peternakan seperti ini," katanya.
Ia membuktikan, bahwa Indonesia bisa memelihara sapi bibit unggul dan tidak perlu hanya bergantung pada impor sapi dewasa siap potong mau pun daging sapi segar.
"Sapi, di mana-mana itu sama, yang penting ini (sembari menunjuk rumput). Jadi kalau kita bisa pelihara induk, kita bisa ternak, kenapa harus impor untuk potong saja," tuturnya.
Menurutnya, saat ini di dalam negeri hanya berkembang perusahaan penggemukan sapi (feedlot), sedangkan untuk peternakan apalagi pembibitan masih sangat terbatas.
"Harusnya peternakan seperti ini yang dibesarkan. Selama ini kita hanya membesarkan feedlot (penggemukan). Feedlot itu hanya menguntungkan peternakan di luar negeri.
Namun Sugiono tetap memelihara sapi-sapi tersebut dan mengembangbiakannya. Hasilnya, pertumbuhan sapi-sapi impor di Padang Mengatas cukup baik hingga memiliki berat badan ideal.
"Buktinya, sapi-sapi ini beranak kok. Sapi-sapi ini tetap gemuk kok. Selama ini kita hanya dibodoh-bodohi. Padahal kita bisa bikin peternakan seperti ini," katanya.
Ia membuktikan, bahwa Indonesia bisa memelihara sapi bibit unggul dan tidak perlu hanya bergantung pada impor sapi dewasa siap potong mau pun daging sapi segar.
"Sapi, di mana-mana itu sama, yang penting ini (sembari menunjuk rumput). Jadi kalau kita bisa pelihara induk, kita bisa ternak, kenapa harus impor untuk potong saja," tuturnya.
Menurutnya, saat ini di dalam negeri hanya berkembang perusahaan penggemukan sapi (feedlot), sedangkan untuk peternakan apalagi pembibitan masih sangat terbatas.
"Harusnya peternakan seperti ini yang dibesarkan. Selama ini kita hanya membesarkan feedlot (penggemukan). Feedlot itu hanya menguntungkan peternakan di luar negeri.
Kalau kita bisa ternak sendiri, kita nggak
perlu impor lagi. Impor sekali hanya untuk induk, selebihnya kita bisa
produksi sendiri," katanya.
Sumber: detik.com