Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEDOMAN AHOK (BASUKI TJAHAJA PURNAMA) MENJAGA INTEGRITAS DIRI SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

Inilah yang menjadi pedoman AHOK (Basuki Tjahaja Purnama) setiap hari dalam menjaga integritasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Pada zaman seperti saat ini, sangat sulit menemukan seorang yang berani menegakkan kebenaran dan mengembalikan fungsi pemerintahan di jalur yang semestinya serta menjadi teladan atau saksi Tuhan ditengah gejolak perekonomian dan dunia politik Indonesia, khususnya Jakarta.

AHOK sebagai Gubernur DKI Jakarta sekarang, dalam perseteruannya dengan DPRD baru-baru ini, membuka wawasan bagi seluruh rakyat Indonesia, bagaimana dia menjaga integritasnya, menjadi saksi Tuhan dan umat percaya, dan berani menegakkan kebenaran meskipun ada ancaman di turunkan dari jabatannya sekalipun.

“Saya berani menegakkan kebenaran, berbicara dengan penuh kejujuran, dan tanpa rasa takut sama sekali karena dituntun oleh Roh Allah.”

Majalah Integrity mendapat kesempatan mewawancarainya pada Desember 2013 pada saat beliau menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, dan dari hasil wawancara tersebut bisa menjadi pelajaran dan kesaksian bagi kita semua umat percaya bagaimana seseorang yang menjaga hubungan dengan Tuhannya bisa menjaga integritasnya di tengah keadaan Indonesia yang masih bergejolak dan terpuruk dalam masalah-masalah yang sepertinya tidak pernah selesai ini.

Bukan bermaksud mendewakan Pak Ahok, beliau pasti juga punya kekurangan, namun dalam pencapaiannya sampai saat ini, ternyata dibaliknya ada prinsip-prinsip alkitabiah yang dipegang teguh oleh beliau.

 

Berikut ini adalah kutipan-kutipan pertanyaan dan jawaban Pak Ahok dalam wawancara yang luar biasa dan memberkati kita semua :

Apakah pencapaian politik sebagai wagub DKI, menjadikan Bapak merasa terhormat?

“Saya tidak pernah berharap akan suatu jabatan tinggi, sehingga dielu-elukan masyarakat ke mana pun saya pergi. Bagi saya, pekerjaan yang Tuhan percayakan saat ini adalah sebuah panggilan yang perlu dijalankan seturut dengan kehendak-Nya.”

Bapak dikenal sebagai pribadi yang berani. Tidak sedikit masyarakat yang mencibir dengan sebutan “arogan”. Apakah benar seperti itu?

“Saya berani menegakkan kebenaran, berbicara dengan penuh kejujuran, dan tanpa rasa takut sama sekali karena dituntun oleh Roh Allah. Apapun yang saya lakukan, semuanya didasarkan atas hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan, serta norma-norma dan konstitusi yang ada. 

Saya berani karena karakter saya sejak kecil seperti ini. Karena Tuhan bersama saya, maka saya tidak gentar pada siapa pun, selama kebenaran tetap ditegakkan.”

Apa yang menjadi pedoman Bapak untuk menjalankan roda pemerintahan?

“Pegangan utama saya dalam menjalankan tugasnya saat ini hanyalah konstitusi, namun nilai hidup saya adalah standard firman Tuhan. Saya katakan, bahwa apabila seorang hamba Tuhan terbukti bersalah, saya tidak akan membelanya, tetapi membiarkannya melewati proses hukum. Saya tidak takut mati demi konstitusi.

Pesan saya kepada isteri, ”Kalaupun saya mati, tuliskan pada batu nisan kutipan dari Filipi 1:21 yaitu mati adalah keuntungan.” Untuk kalimat: ”Karena bagiku hidup adalah Kristus..” sengaja tidak mau saya cantumkan pada batu nisan kuburan karena saya belum sepenuhnya mempraktekkan bagian dari ayat itu.”

Apa yang Bapak doakan sebelum melaksanakan tugas sehari-hari yang sangat padat?

“Karena saya harus berani dalam bertindak dan berbicara demi menegakkan kebenaran terhadap siapa saja, maka saya selalu membawa segala pergumulan ke dalam doa terlebih dahulu. Sebelum saya bicara, saya sudah cek hati saya, apakah itu untuk kepentingan pribadi atau bukan. 

Selalu saya minta Tuhan untuk selidiki hati saya, apakah itu untuk mengusahakan kesejahteraan orang lain atau belum? Saya suka curhat dengan Tuhan. Dalam Yesaya 42 juga menyatakan bahwa kamu harus bring justice (membawa keadilan).”

Mengenai saat teduh, apakah Bapak melihat manfaat di dalamnya?

“Kedisplinan antara jasmani maupun rohani harus seimbang. Selain rutin berolahraga, sebagai seorang percaya, saya juga menjalankan saat teduh setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan Yesus. Menurut saya, duduk diam di kaki Yesus adalah saat-saat paling berharga dalam hidup ini. 

Saya suka bangun pagi-pagi jam 4:30 dan malam sebelum tidur untuk saat teduh. Kalau dulu mau pelayanan jam 6.00 pagi, saya bangun jam 4.00 pagi. Hari Minggu harus bangun lebih pagi. 

Gereja harus melatih jemaat untuk memiliki hubungan intim dengan Tuhan. Pemimpin gereja harus membawa jemaat sampai mereka keranjingan baca Firman Tuhan. Kalau sudah begitu, Anda kemanapun akan membawa Bible. 

Seperti saya pribadi, saya tidak akan keluar dari kamar sebelum menghabiskan jatah membaca Alkitab satu hari. Sedang bersaat teduh dimana dan tanggal berapa selalu saya tulis. Saya disiplin dalam hal itu, juga termasuk rutin berolahraga.”

Apakah Firman Tuhan juga menjadi bagian hal penting dalam hidup Bapak?

“Dalam setahun, pasti saya selesai membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Apabila saya sudah membaca Alkitab sampai habis selama lima kali, saya pasti mengganti Alkitab tersebut karena banyak catatan-catatan yang menumpuk di setiap halamannya. 

Saya kurang suka Alkitab di gadget karena tidak bisa langsung ditulis berdekatan dengan ayat-ayat seperti di Alkitab biasa. 

Saya sangat menghargai rhema dari Tuhan. Pertemuan pribadi dengan Tuhan merupakan hal terindah bagi saya.

Pandangan Ahok mengenai Keluarga dan Gereja

“Namun bagi saya, keluarga tetap nomor satu dibanding pelayanan. Pelayanan tidak boleh membuat keluarga menjadi berantakan.”

“Saya selalu menyempatkan diri untuk sharing bersama istri dan anak-anak tentang firman Tuhan. Saya selalu menekankan agar anak-anak harus bertemu secara pribadi dengan Tuhan. Saya akan terus memperingati anak-anak dan isteri untuk selalu bergantung dan membangun hubungan intim dengan Tuhan. Saya bukan orang yang terlalu mistik (ngeroh – red). 

Saya mendidik akan-anak agar mereka selalu memandang Tuhan. Yang paling penting, disaat anak saya memiliki pergumulan, ia harus mengalami pertemuan sendiri dengan Tuhan, itulah yang saya ajarkan pada mereka. Bahkan, anak saya yang perempuan sudah habis membaca Alkitab sejak SMP. 

Saya harus yakinkan dia bahwa bapakmu sekarang bisa bertahan karena Tuhan, kalau suatu hari bapakmu tidak ada pun, Tuhan tidak pernah salah. Bapakmu tidak bisa menolongmu untuk menghadapi pergumulanmu. Lebih penting temui Tuhan.”

“Hal Itu juga perlu diperhatikan oleh gereja. Kita terlalu mengagungkan perayaan-perayaan, dan kehilangan hal yang paling utama yang harus dipraktikkan yaitu kasih

Kita semua harus introspeksi. Bagi saya, mimbar harus mengajarkan intim dengan Tuhan, bukan hanya terus-terusan mengajarkan ”what the benefit of knowing Christ”. (keuntungan dari pengenalan akan Kristus-red).”

“Memang Firman Tuhan berkata apa yang dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia. Tapi, apakah mereka waktu menikah benar-benar dipersatukan Tuhan atau mereka yang memaksakan kehendak mereka sendiri pada waktu itu? 

Kelakuan anak muda sekarang ini tidak jelas, apakah dia sudah bersetubuh layaknya suami-isteri sebelum menikah,atau mereka ingin cepat-cepat menikah karena takut tidak punya pasangan?”

“Secara tidak sadar, banyak orang di gereja menjadi seperti Ahli Taurat atau orang Farisi. Suka sekali ngomong gak boleh ini dan itu, bukannya memberi solusi untuk pergumulan mereka. Jemaat pun menjadi tidak berani cerita karena dihakimi. 

Kita harus berani mencari solusi, kalau tidak gereja akan pecah. Misalnya, kita tidak boleh hanya mengajarkan kalau kita pelayanan di gereja, Tuhan akan memberkati. Kalau aktif melayani sepanjang hari, pasti Tuhan jaga. Kalau begitu saya sibuk seharian saja di gereja. Salah besar.

Menurut saya, Tuhan pasti memberkati orang-orang yang melayani Dia, tapi kita juga harus berusaha dengan cara bekerja. Rasul Paulus berkata, mengenai iman setiap orang yang berbeda-beda dimana tidak ada seorangpun di dunia ini sempurna. Menurut saya, makna kekristenan sesungguhnya adalah kita hidup di dalam kasih karunia, dan mempertanggungjawabkan hidup dengan cara mengerjakan keselamatan.”

“Sepanjang zaman, gereja pasti akan mengalami aniaya. Tanpa penganiayaan, gereja tidak akan bertumbuh.

Kekristenan ini aneh, dalam keadaan nyaman, tenang, tidak ada pertumbuhan. Malahan rusak. Contoh, di kerajaan Romawi dulu, kekristenan hancur justru disaat rajanya menjadi Kristen. Semua orang pura-pura jadi Kristen untuk mendapatkan posisi. 


Jadi, bagi saya, kalau penganiayaan terjadi, kita harus terima dan jalani saja. Namun kita harus mengusahakan pemerintahan yang bagus. Kalau tidak, apa yang terjadi? 

Lambat-laun orang dapat berpaling melupakan firman Tuhan kembali setelah terbuai oleh pemerintahan yang bagus walaupun dasar undang-undang itu dari firman Tuhan, seperti apa yang terjadi di kerajaan demi kerajaan di Perjanjian Lama. 

Manusia memang begitu sampai ke kerajaan yang kekal. Namun, kita tetap harus menjadi saksi atau showcase dimanapun kita ditempatkan. Kalau dianiaya, jangan pernah menyangkal Tuhan.”

“Di atas mimbar kita hampir tidak pernah mengajarkan dengan baik tentang siapa Yesus, tentang bagaimana Anda memiliki hubungan pribadi dengan Dia, bagaimana Anda memiliki keen mind (pikiran yang tajam dan peka) untuk dengar suara Tuhan, bagaimana bisa menjadikan Tuhan seperti teman curhat . 

Hampir semua gereja hari ini mengajarkan ”what’s the benefit of knowing Christ” (keuntungan dari pengenalan akan Kristus) karena lebih menarik dibanding mengajarkan tentang ”who is Christ”. (siapa itu Kristus).”

“Saya sadar bahwa visi dari Tuhan mengharuskan saya pindah ke Jakarta, walaupun banyak yang meremehkan saya. Saya tidak peduli dengan omongan orang yang melihat dengan sebelah mata tentang karir birokrasi saya. Yang penting kita lakukan yang benar sesuai dengan firman Tuhan, Itu saja.”


Demikian cuplikan wawancara dengan Bapak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Disadur dari Wawancara Majalah Integrity Edisi 21 Desember 2013.