Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KONFLIK BERSENJATA DI MYANMAR GARA-GARA BISNIS BATU GIOK

Buruh tambang mencari batu giok di galian dari tambang di Hpakant, Negara Bagian Kachin.
Industri batu giok yang dirahasiakan di Myanmar dinilai menyulut konflik bersenjata dan merusak lingkungan di Negara Bagian Kachin yang berbatasan dengan Cina.

Kesimpulan itu dikeluarkan oleh kelompok hak asasi manusia, Global Witness, dalam laporannya pada Jumat (23/10).

Disebutkan oleh organisasi yang berkantor di London itu bahwa para pemilik tambang memberikan dana kepada kelompok pemberontak Kachin dan pemerintah dalam konflik yang menewaskan ribuan orang sejak 2011.

Batu giok diperkirakan menghasilkan US$31 miliar atau sekitar Rp421 triliun pada 2014, jauh lebih tinggi dibandingkan data resmi pemerintah.

Namun seorang pejabat Myanmar menepis tudingan bahwa batu giok dieksploitasi secara besar-besaran. Menurutnya, batu giok yang ditambang disimpan sebagai kekayaan negara.

Batu-batu giok berkualitas bagus dilaporkan diselundupkan ke Cina.
Seiring dengan pelonggaran sanksi internasional terhadap Myanmar, impor peralatan berat dimungkinkan untuk digunakan di pertambangan batu giok.

Akibatnya, praktik tersebut menimbulkan banyak lubang besar yang sering longsor dan kemudian menimbun para pekerja.

Salah satu pusat batu giok, Hpakant di Negara Bagian Kachin. Di sana dilaporkan hampir tidak ada sejengkal tanah yang tidak tersentuh aktivitas perburuan batu berharga ini, mulai dari penggalian hingga pengangkutan.

Batu-batu giok berkualitas bagus, kata Global Witness, diselundupkan ke Cina.




Sumber: bbc.com
  Image copyright Getty